Hardi Budiyana
Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Published : 18 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 18 Documents
Search

Peran Orang Tua dalam Pendidikan Agama Kristen Menurut Kitab Amsal Bagi Anak Usia 7-12 Tahun Paulus Kunto Baskoro; Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Praktika Vol 2, No 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tenggarong

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51465/jtp.v2i2.36

Abstract

Family is the most comfortable palce in a chlid’s education. Because children have a lot of time in a family. Chlirdren’s education is the most important part in life in the future. Especially in Christian religious education. Parents must play an active role in educating their their children to grow spiritually in Christ. Christian regilious education for children cannot be ruled out. Some parents think that their children’s education in Christianity is not primary. As evidenced by several cases, parents are more focused on work, career, position rather than focusing on Christian religious education. Some also stated that the role of educating children could be left to the church. Trough this wiritng, the author would like to remind again how important the role of parents for Christian religious education for their children aged 7-12 years according to the Book of Provebs. This writing uses the mothed of descriptive literature. The goal is that through writing, First, to awaken every Christian parent to play an active role in Christian religious education for their children. Second, parents practice the role system of Christian religious education for children according to Bible truth. Third, children of believers experience early spiritual growth, so that their future is strong in God.Abstrak:Keluarga adalah tempat yang paling nyaman dalam sebuah pendidikan anak. Sebab anak memiliki banyak waktu dalam sebuah keluarga. Pendidikan anak merupakan bagian terpenting dalam kehidupan di masa depan. Terutama dalam pendidikan agam Kristen. Orang tua harus berperan aktif dalam mendidik anaknya untuk bertumbuh secara rohani dalam Kristus. Pendidikan agama Kristen terhadap anak, tidak bisa dikesampingkan begitu saja. Beberapa orang tua menganggap bahwa pendidikan anak pada agama Kristen adalah hal yang tidak primer. Terbukti dengan beberapa kasus yang terjadi, orang tua lebih fokus kepada pekerjaan, karir, jabatan daripada fokus kepada pendidikan agama Kristen. Beberapa juga menyatakan bahwa peran mendidik anak bisa diserahkan kepada gereja. Lewat penulisan ini, penulis mau kembali mengingatkan betapa pentingnya peran orang tua bagi pendidikan agama Kristen bagi anak-anaknya di usia 7-12 tahun menurut Kitab Amsal. Penulisan ini menggunakan metode deskritif literatur. Tujuannya supaya lewat penulisan yaitu Pertama, menyadarkan setiap orang tua Kristen untuk berperan aktif dalam pendidikan agama Kristen terhadap anak. Kedua, orang tua mempraktekkan sistem peran pendidikan agama Kristen bagi anak menurut kebenaran Alkitab. Ketiga, anak-anak orang percaya mengalami pertumbuhan rohani secara dini, sehingga masa depan mereka kuat di dalam Tuhan. 
Membangun Pola Pengajaran melalui Mezbah Keluarga sebagai Gaya Hidup Keluarga Kristen Masa Kini Paulus Kunto Baskoro; Hardi Budiyana
THRONOS: Jurnal Teologi Kristen Vol 2, No 2: Juni 2021
Publisher : Badan Musyawarah Perguruan Tinggi Keagamaan Kristen Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (445.245 KB) | DOI: 10.55884/thron.v2i2.24

Abstract

Family is the best place for education. Good education for fathers, mothers and especially for children. Because children are an inheritance for the next family. What happens in family life become a patron for orther families. A strong family will build a strong church, a strong church will bulid a strong country. Many people underestimate an education in the family. So that it cannot be denied that there are so many Chirstian families that have experienced destruction because they do not have a correct teaching pattern. Education in the family must be built with the best teaching patterns. The family altar is one of the best patterns of family education. This is important to understand and imply in today’s family life into a lifestyle to build teaching patterns. This writing uses a descriptive literature method to provide and ideal description of the teaching pattern in the family through the family altar for each heart. With an end goal. First, every family realizes how important the family altar is to be part of Christian family ecudation; Second, the entire Christian family applies this pattern of teaching to the family which becomes a divine inheritance for all of its descendants; Third, the formation of a strong Christian family and a strong spiritual life, because is hat the best teaching pattern through the family prayer altar. AbstrakKeluarga menjadi tempat yang terbaik bagi sebuah pendidikan. Baik pendidikan bagi bapak, ibu dan terlebih bagi anak-anak. Sebab anak-anak adalah warisan bagi keluarga selan-jutnya. Apa yang terjadi dalam kehidupan keluarga menjadi sebuah patron bagi keluarga yang lain. Keluarga yang kuat akan membangun sebuah gereja yang kuat, gereja yang kuat akan membangun sebuah negara yang kuat. Banyak orang menganggap sepele sebuah pendidikan dalam keluarga. Sehingga tidak bisa dipungkiri banyak sekali keluarga-keluarga Kristen yang mengalami kehancuran karena tidak memiliki sebuah pola pengajaran yang benar. Pendidikan dalam keluarga harus dibangun dengan sebuah pola pengajaran yang terbaik. Mezbah keluarga menjadi salah satu pola yang terbaik dalam pendidikan keluarga. Hal ini penting untuk dipahami dan diimplikasikan dalam kehidupan keluarga masa kini menjadi sebuah gaya hidup membangun pola pengajaran. Penulisan ini menggunakan metode diskriptif literatur untuk memberikan pemapa-ran yang ideal tentang pola pengajaran dalam keluarga melewati mezbah keluarga setiap hati. Dengan sebuah tujuan akhirnya Pertama, setiap keluarga menyadari betapa pentingnya mezbah keluarga menjadi bagian pendidikan keluarga Kristen; Kedua, seluruh keluarga Kristen menerap-kan pola pengajaran tersebut dalam keluarga yang menjadi sebuah warisan ilahi bagi seluruh keturunannya; Ketiga, terbentukanya keluarga Kristen yang kuat dan kehidupan rohani yang kokoh, karena memiliki pola pengajaran terbaik lewat mezbah doa keluarga. 
Ineransi Alkitab sebagai Dasar Kurikulum Pendididikan Kristen Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.92

Abstract

Inerrancy means the Bible is infallible. Because the Bible was revealed by God the Holy Spirit Himself. Even though the researcher is a sinner; however, the initiator is a God who cannot do wrong. The Holy Spirit uses all the individual potentials (shortcomings and strengths) of the Bible writers and is completely under the leadership and control of the Holy Spirit, so that what the authors of the books of the Bible write do not come from the author, but from God concerning the Word of God himself. A Christian can accept this inerrant biblical quality, so he must also accept other biblical qualities. This study uses a descriptive qualitative method regarding the Christian education curriculum that must be based on the inerrancy of the Bible. Biblical inerrancy emphasizes that the Bible is the Word of God, the Bible was written without errors because the idea of writing came from God. The curriculum is structured based on the inerrancy of the Bible with the aim of Christian education so that learners know God's work of salvation in and through the Lord Jesus alone, so that they believe that Jesus is God, so that those who believe have eternal life and their lives are changed by the Holy Spirit through the power of the Bible. The power of the Bible is because the Bible is the Word of God. Nothing can survive under the sovereignty of God's written Word, which is the Bible. Therefore, the Christian religious education curriculum is built based on the Bible in order to achieve its goals.Ineransi berarti Alkitab tidak mungkin salah. Karena Alkitab diwahyukan oleh Allah Roh Kudus sendiri. Walau penelitinya adalah orang berdosa; namun, inisiatornya adalah Allah yang tidak mungkin berbuat salah. Roh Kudus menggunakan semua potensi individual (kekurangan dan kelebihan) penulis Alkitab dan secara utuh berada dalam pimpinan dan kontrol Roh Kudus, sehingga yang ditulis oleh penulis kitab dalam Alkitab bukanlah berasal dari penulis, melainkan dari Allah mengenai Firman Allah sendiri. Orang Kristen dapat menerima sifat Alkitab yang ineransi ini, maka ia pasti juga menerima sifat-sifat Alkitab yang lain. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif mengenai kurikulum pendidikan  Kristen harus didasarkan pada ineransi Alkitab.  Ineransi Alkitab menekankan Alkitab adalah Firman Tuhan, Alkitab ditulis tanpa ada kesalahan karena ide dari tulisan berasal dari Allah. Kurikulum disusun berdasar pada ineransi Alkitab dengan tujuan Pendidikan Kristen agar pembelajar mengenal karya keselamatan Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus saja, supaya percaya bahwa Yesuslah Allah, sehingga yang percaya beroleh hidup yang kekal dan hidupnya diubah oleh Roh Kudus melalui kuasa Alkitab. Kuasa Alkitab adalah karena Alkitab adalah Firman Allah. Tidak ada yang dapat bertahan di bawah kedaulatan Firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab. Karena itu kurikulum pendidikan Agama Kristen dibangun berdasarkan Alkitab agar mencapai tujuan.
Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.5

Abstract

AbstrakPerkembangan kebudayaan masa kini, termasuk bidang pendidikan, cenderung mengarah kepada kebangkitan agama (spiritualitas). Ini merupakan trend global yang berkembang pesat setelah era tahun 1990-an. Agama yang diminati sekarang adalah agama yang menekankan dimensi spiritualitas, yaitu pengalaman-pengalaman yang bersifat supranatural.   Dalam dunia pendidikan sekarang, spiritualisme sering dipakai untuk mensuport metode-metode pembelajaran. Sebagai contoh adalah pemakaian metode-metode pembelajaran meditatif dan spiritualistik gerakan Abad Baru (New Age Movement). Sementara itu, spiritualitas juga menjadi trend dalam berkembangan kekristenan masa kini. Gerakan Karismatik berkembang mendunia. Aliran ini menekankan pentingnya pengalaman-pengalaman supranatural dalam pertumbuhan rohani. Proses pembelajaran Firman Tuhan, juga diyakini sebagai proses supranatural. Faktor Roh Kudus diyakini merasuki semua bidang pelayanan, termasuk pelayanan pendidikan. Timbullah banyak persoalan mengenai bagaimana peran Roh Kudus dalam pendidikan Kristen, khususnya pembelajaran. Kelompok Karismatik ekstrim meyakini dominasi pekerjaan Roh Kudus dalam segala aspek kehidupan dan pelayanan Kristen. Dalam kotbah – termasuk pengajaran Alkitab lainnya – Roh Kudus diyakini sebagai Pribadi yang memberi campur tangan sampai pada detil-detil kegiatan belajar. Pada prinsipnya, Roh Kudus bekerja dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya. Pertumbuhan rohani Kristen merupakan karya Roh Kudus, mulai dari proses kelahiran baru oleh Roh Kudus, pendiaman oleh Roh Kudus, dan proses dipenuhi oleh Roh Kudus. Setiap pelayanan Kristen juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karena pimpinan dan kekuatan dari Roh Kudus. Faktor Roh Kudus tidak boleh dilupakan dalam proses pembelajaran Kristen. Roh Kudus adalah representasi Kristus yang berkarya secara supranatural sebagai Guru Agung dalam proses pembelajaran. Roh Kudus yang telah mewahyukan bahan ajar (Alkitab) itu kini turut bekerja dalam proses pembelajaran untuk memberi penerangan (iluminasi) sehingga guru bisa mengajar dengan baik dan murid bisa belajar dengan baik pula. Roy B. Zuck memandang begitu pentingnya peran Roh Kudus sehingga tanpa Dia, pembelajaran tidak akan efektif (bahkan menjadi cenderung sekuler) walaupun ada guru dan bahan ajar berupa Alkitab. Roh Kudus dan pembelajaran dalam Pendidikan Kristen (PAK) mempunyai korelasi yang sangat kuat. Keberadaan dan peran Roh Kudus dalam PAK merupakan ciri pembeda PAK dibanding dengan pembelajaran sekuler. Namun, hal itu bukan berarti PAK merupakan proses pembelajaran yang total supranatural. PAK merupakan sebuah pembelajaran kontemporer yang berdimensi supranatural. Peran Roh Kudus yang merupakan representasi Kristus dalam PAK adalah sebagai Guru Agung. Pembelajaran dalam PAK ditangani secara tim oleh Roh Kudus dan guru PAK. Baik guru PAK maupun murid PAK sama-sama harus bergantung dalam pimpinan iluminatif dari Roh Kudus. Peran Roh Kudus juga dinyatakan dalam kasih karunia yang Dia berikan untuk meningkatkan kapasitas guru dan murid. Ada dimensi-dimensi yang harus dikembangkan secara akal budi. Tetapi, dalam hal dimensi spiritual, Roh Kudus harus merupakan satu-satunya Pribadi yang boleh mengisi dan memberi penguatan. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang empowered by Holy Spirit. 
Ineransi Alkitab sebagai Dasar Kurikulum Pendididikan Kristen Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 3, No 2 (2021): Maret 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v3i2.92

Abstract

Inerrancy means the Bible is infallible. Because the Bible was revealed by God the Holy Spirit Himself. Even though the researcher is a sinner; however, the initiator is a God who cannot do wrong. The Holy Spirit uses all the individual potentials (shortcomings and strengths) of the Bible writers and is completely under the leadership and control of the Holy Spirit, so that what the authors of the books of the Bible write do not come from the author, but from God concerning the Word of God himself. A Christian can accept this inerrant biblical quality, so he must also accept other biblical qualities. This study uses a descriptive qualitative method regarding the Christian education curriculum that must be based on the inerrancy of the Bible. Biblical inerrancy emphasizes that the Bible is the Word of God, the Bible was written without errors because the idea of writing came from God. The curriculum is structured based on the inerrancy of the Bible with the aim of Christian education so that learners know God's work of salvation in and through the Lord Jesus alone, so that they believe that Jesus is God, so that those who believe have eternal life and their lives are changed by the Holy Spirit through the power of the Bible. The power of the Bible is because the Bible is the Word of God. Nothing can survive under the sovereignty of God's written Word, which is the Bible. Therefore, the Christian religious education curriculum is built based on the Bible in order to achieve its goals.Ineransi berarti Alkitab tidak mungkin salah. Karena Alkitab diwahyukan oleh Allah Roh Kudus sendiri. Walau penelitinya adalah orang berdosa; namun, inisiatornya adalah Allah yang tidak mungkin berbuat salah. Roh Kudus menggunakan semua potensi individual (kekurangan dan kelebihan) penulis Alkitab dan secara utuh berada dalam pimpinan dan kontrol Roh Kudus, sehingga yang ditulis oleh penulis kitab dalam Alkitab bukanlah berasal dari penulis, melainkan dari Allah mengenai Firman Allah sendiri. Orang Kristen dapat menerima sifat Alkitab yang ineransi ini, maka ia pasti juga menerima sifat-sifat Alkitab yang lain. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif deskriptif mengenai kurikulum pendidikan  Kristen harus didasarkan pada ineransi Alkitab.  Ineransi Alkitab menekankan Alkitab adalah Firman Tuhan, Alkitab ditulis tanpa ada kesalahan karena ide dari tulisan berasal dari Allah. Kurikulum disusun berdasar pada ineransi Alkitab dengan tujuan Pendidikan Kristen agar pembelajar mengenal karya keselamatan Allah di dalam dan melalui Tuhan Yesus saja, supaya percaya bahwa Yesuslah Allah, sehingga yang percaya beroleh hidup yang kekal dan hidupnya diubah oleh Roh Kudus melalui kuasa Alkitab. Kuasa Alkitab adalah karena Alkitab adalah Firman Allah. Tidak ada yang dapat bertahan di bawah kedaulatan Firman Tuhan yang tertulis, yaitu Alkitab. Karena itu kurikulum pendidikan Agama Kristen dibangun berdasarkan Alkitab agar mencapai tujuan.
Roh Kudus Dalam Proses Pembelajaran Pendidikan Kristen Mewujudkan Pengajaran Kristen Yang Mengandung Nilai Kekal Hardi Budiyana
Jurnal Teologi Berita Hidup Vol 1, No 1 (2018): September 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Berita Hidup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.38189/jtbh.v1i1.5

Abstract

AbstrakPerkembangan kebudayaan masa kini, termasuk bidang pendidikan, cenderung mengarah kepada kebangkitan agama (spiritualitas). Ini merupakan trend global yang berkembang pesat setelah era tahun 1990-an. Agama yang diminati sekarang adalah agama yang menekankan dimensi spiritualitas, yaitu pengalaman-pengalaman yang bersifat supranatural.   Dalam dunia pendidikan sekarang, spiritualisme sering dipakai untuk mensuport metode-metode pembelajaran. Sebagai contoh adalah pemakaian metode-metode pembelajaran meditatif dan spiritualistik gerakan Abad Baru (New Age Movement). Sementara itu, spiritualitas juga menjadi trend dalam berkembangan kekristenan masa kini. Gerakan Karismatik berkembang mendunia. Aliran ini menekankan pentingnya pengalaman-pengalaman supranatural dalam pertumbuhan rohani. Proses pembelajaran Firman Tuhan, juga diyakini sebagai proses supranatural. Faktor Roh Kudus diyakini merasuki semua bidang pelayanan, termasuk pelayanan pendidikan. Timbullah banyak persoalan mengenai bagaimana peran Roh Kudus dalam pendidikan Kristen, khususnya pembelajaran. Kelompok Karismatik ekstrim meyakini dominasi pekerjaan Roh Kudus dalam segala aspek kehidupan dan pelayanan Kristen. Dalam kotbah – termasuk pengajaran Alkitab lainnya – Roh Kudus diyakini sebagai Pribadi yang memberi campur tangan sampai pada detil-detil kegiatan belajar. Pada prinsipnya, Roh Kudus bekerja dalam kehidupan dan pelayanan orang percaya. Pertumbuhan rohani Kristen merupakan karya Roh Kudus, mulai dari proses kelahiran baru oleh Roh Kudus, pendiaman oleh Roh Kudus, dan proses dipenuhi oleh Roh Kudus. Setiap pelayanan Kristen juga merupakan kegiatan yang dilakukan oleh karena pimpinan dan kekuatan dari Roh Kudus. Faktor Roh Kudus tidak boleh dilupakan dalam proses pembelajaran Kristen. Roh Kudus adalah representasi Kristus yang berkarya secara supranatural sebagai Guru Agung dalam proses pembelajaran. Roh Kudus yang telah mewahyukan bahan ajar (Alkitab) itu kini turut bekerja dalam proses pembelajaran untuk memberi penerangan (iluminasi) sehingga guru bisa mengajar dengan baik dan murid bisa belajar dengan baik pula. Roy B. Zuck memandang begitu pentingnya peran Roh Kudus sehingga tanpa Dia, pembelajaran tidak akan efektif (bahkan menjadi cenderung sekuler) walaupun ada guru dan bahan ajar berupa Alkitab. Roh Kudus dan pembelajaran dalam Pendidikan Kristen (PAK) mempunyai korelasi yang sangat kuat. Keberadaan dan peran Roh Kudus dalam PAK merupakan ciri pembeda PAK dibanding dengan pembelajaran sekuler. Namun, hal itu bukan berarti PAK merupakan proses pembelajaran yang total supranatural. PAK merupakan sebuah pembelajaran kontemporer yang berdimensi supranatural. Peran Roh Kudus yang merupakan representasi Kristus dalam PAK adalah sebagai Guru Agung. Pembelajaran dalam PAK ditangani secara tim oleh Roh Kudus dan guru PAK. Baik guru PAK maupun murid PAK sama-sama harus bergantung dalam pimpinan iluminatif dari Roh Kudus. Peran Roh Kudus juga dinyatakan dalam kasih karunia yang Dia berikan untuk meningkatkan kapasitas guru dan murid. Ada dimensi-dimensi yang harus dikembangkan secara akal budi. Tetapi, dalam hal dimensi spiritual, Roh Kudus harus merupakan satu-satunya Pribadi yang boleh mengisi dan memberi penguatan. Pendidikan Kristen adalah pendidikan yang empowered by Holy Spirit. 
PERSPEKTIF ALKITAB TERHADAP KELUARGA KRISTEN Hardi Budiyana
Regula Fidei: Jurnal Pendidikan Agama Kristen Vol 3, No 2 (2018): September 2018
Publisher : Program Studi Pendidikan Agama Kristen

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (477.188 KB) | DOI: 10.46307/rfidei.v3i2.25

Abstract

The concept of family comes from God. God confirmed the family with eternal purpose. The family is confirmed to create a community that is centered on God and creates relationships with God and others. Through the divine family God's plan is revealed. Abstrak: Konsep keluarga berasal dari Allah. Allah mengukuhkan keluarga dengan tujuan kekal. Keluarga dikukuhkan untuk mewujudkan persekutuan yang berpusat pada Allah dan menciptakan hubungan dengan Allah dan sesama. Melalui keluarga ilahi rencana Allah dinyatakan.
Model dan Strategi Pembelajaran Yesus berdasarkan Injil Sinoptik dan Implementasinya bagi Guru Pendidikan Agama Kristen Yonatan Alex Arifianto; Hardi Budiyana; Paulus Purwoto
Harati: Jurnal Pendidikan Kristen Vol 1 No 1 (2021): HaratiJPK: April
Publisher : Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Kristen IAKN Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (235.278 KB) | DOI: 10.54170/harati.v1i1.23

Abstract

The success of Christian religious education can be observed from the joint corporation between Christian religious education teachers and students and maximizing the teaching which is the goal. Therefore, the role of the teacher in building models and learning strategies for Jesus based on the synoptic Gospels can be applied in the learning process. Using a descriptive qualitative method with a literature study approach, it can be concluded that teachers and all church leaders are expected to be able to convey the value of the Jesus Learning model and strategy for the congregation and students. Because the learning carried out by Jesus in developing spiritual values ​​and can be implemented is what is expected to be maximized in the teaching carried out. Because this is based first on the importance of Christian education, for the congregation's spirituality and for students who continue to aim and focus on Jesus as an example in learning. So that it can bring the role of Christian religious education teachers in learning to explore in studies in the Synoptic Gospels to obtain a Jesus Learning model. Keberhasilan pendidikan agama Kristen dapat dicermati dari koorporasi bersama antara guru Pendidikan Agama Kristen dan peserta didik serta memaksimalkan pengajaran yang yang menjadi tujuan tersebut. Oleh karena itu peran guru dalam membangun model dan strategi pembelajaran Yesus berdasarkan Injil sinoptik dapat diterapkan dalam proses pembelajaran. Menggunakan metode kualitatif deskriptif dengan pendekatan studi pustaka maka didapatkan kesimpulan bahwa Guru dan seluruh pimpinan gereja sangat diharapkan dapat menyampaikan nilai dari model dan strategi pembelajaran Yesus bagi para jemaat maupun peserta didik. Sebab pembelajaran yang dilakukan oleh Yesus dalam mengembangkan nilai kerohanian serta dapat di implementasikan menjadi hal yang sangat diharapkan dapat dimaksimalkan dalam pengajaran yang dilakukan. Karena hal tersebut didasari pertama pentingnya pendidikan Kristen, bagi spiritual jemaat maupun peserta didik yang tetap mengarah dan berfokus kepada Yesus sebagai teladan dalam pembelajaran. Sehingga dapat membawa peran guru pendidikan agama Kristen dalam pembelajaran dapat mengeksplore dalam kajian dalam Injil sinoptik untuk didapatkan model Pembelajaran Yesus.
Kristus Sebagai Pusat Misi Pendidikan Kristen Untuk Mewujudkan Murid Kristus Dalam Gereja Lokal Hardi Budiyana
TELEIOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol 1, No 1 (2021): Juni 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Transformasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (516.345 KB) | DOI: 10.53674/teleios.v1i1.29

Abstract

Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan dan mengetahui Misi Pendidikan Kristen dalam Mewujudkan Murid Kristus, yang tentunya Murid Kristus yang memiliki karakter Kristiani dalam jemaat melalui proses pengajaran di gereja lokal. Penelitian ini merupakan penelitian bersifat kualitatif dengan cara studi pustaka yakni mengkaji tentang Misi Pendidikan Kristen yang berpusat pada Kristus akan mewujudkan Murid Kristus yang memiliki wewenang untuk membangun karakter jemaat sesuai dengan ajaran iman Kristiani. Hasil penelitian ini memberikan pemahaman bahwa Misi Pendidikan Kristen berperan baik dalam Mewujudkan Murid Kristus yang memiliki pembentukan karakter kristiani dalam jemaat. Oleh karena itu, disarankan agar Para hamba Tuhan dalam hal ini Gembala Jemaat memiliki loyalitas yang tinggi dalam melaksanakan tugas dan tanggung jawab sebagai rekan kerja Allah yang bukan hanya berkotbah semata, tetapi juga menyampaikan pengajaran dengan hasil terwujud adanya murid Kristus yang memiliki karakter Kristiani nyata dalam diri Jemaat, sehingga jemaat mau melibatkan diri dalam pelayanan maupun dalam penginjilan baik dalam gereja maupun di luar gereja. Kata Kunci: Misi Pendidikan Kristen, Murid Kristus, Gereja Lokal. AbstractThis study aims to describe and know the Mission of Christian Education in Realizing Christ's Disciples, which is certainly Christ's Disciples who have Christian character in the congregation through the teaching process in the local church. This research is a qualitative study by means of literature study that examines the mission of Christian Education centered on Christ will realize Christ's Disciples who have the authority to build the character of the church in accordance with the teachings of the Christian faith. The results of this study provide an understanding that the Christian Education Mission plays a good role in realizing Christ's disciples who have the formation of Christian character in the congregation. Therefore, it is recommended that the pastors of the Church of the Church Shepherd have a high loyalty in carrying out their duties and responsibilities as partners of God who not only preach, but also deliver teaching with the results of the realization of disciples of Christ who have a real Christian character in themselves Congregation, so that the congregation wants to be involved in ministry and in evangelizing both in the church and outside the church. Keywords: Christian Education Mission, Christ Disciples, Local Church
Model Pembelajaran Yesus Berdasarkan Alkitab Hardi Budiyana
ELEOS: Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 1 (2021): Teologi dan Pendidikan Agama Kristen
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Kalvari Manado

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (486.442 KB) | DOI: 10.53814/eleos.v1i1.3

Abstract

Abstract This study aims to discuss the learning model of Jesus based on the Bible. The learning model is the whole series of presentations of teaching materials which includes all aspects before learning, while the learning process and after learning by the teacher and all related facilities that are used directly or indirectly in the teaching and learning process. The teaching model can be interpreted as a plan or pattern used in preparing the curriculum, arranging student material, and providing instructions to teachers in the classroom in teaching settings or other settings. As a teacher, of course, Jesus has a model in teaching His students. Because the learning model is very necessary to achieve an educational goal. Using descriptive qualitative methods, it can be concluded that Jesus' learning model for His disciples is focused on the four Gospels. By studying and understanding the learning model of Jesus as the Great Teacher, the teachers will be able to prepare the learning process well, so that the goals of their education can be achieved. In the context of educational services, we must imitate the learning model that Jesus did for His disciples. This can make students understand the material given and strengthen their faith in the Lord Jesus and can be witnesses in winning new souls for His kingdom.   Abstrak Penelitian ini bertujuan membahas model pembelajaran Yesus berdasarkan Alkitab. Model pembelajaran adalah seluruh rangkaian penyajian materi ajar yang meliputi segala aspek sebelum pembelajaran, sedang proses pembelajaran dan sesudah pembelajaran yang dilakukan guru serta segala fasilitas yang terkait yang digunakan secara langsung atau tidak langsung dalam proses belajar mengajar.  Model mengajar dapat diartikan sebagai suatu rencana atau pola yang digunakan dalam menyusun kurikulum, mengatur materi peserta didik, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelas dalam setting pengajaran atau setting lainnya. Sebagai seorang guru tentu Yesus mempunyai model dalam melakukan pembelajaran kepada murid-murid-Nya.  Karena model pembelajaran sangat diperlukan untuk mencapai suatu tujuan pendidikan.menggunkan metode kualitatif deskritif dapat disimpulkan bahwa  Model pembelajaran Yesus kepada murid-murid-Nya yang difokuskan dalam ke empat Kitab Injil.  Dengan mempelajari dan memahami model pembelajaran Yesus sebagai Guru Agung, maka para pengajar akan dapat mempersiapkan proses pembelajarannya dengan baik, sehingga apa yang menjadi tujuan dari pendidikannya dapat tercapai. Dalam konteks pelayanan pendidikan harus meneladani model pembelajaran yang Yesus lakukan kepada murid-murid-Nya. Hal ini dapat menjadikan peserta didik mengerti akan materi yang diberikan dan semakin meneguhkan iman percayanya kepada Tuhan Yesus serta dapat menjadi saksi dalam memenangkan jiwa-jiwa baru bagi kerajaan-Nya.