Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Vigor Testing of 15 Lots of Soybean (Glycine max L.) Seeds Stored for 12 Months at Low Temperatures Desi Rizki Amelia; Yayuk Nurmiaty; Niar Nurmauli; Agustiansyah Agustiansyah; Ermawati Ermawati
Biosfer: Jurnal Tadris Biologi Vol 11, No 1 (2020): Biosfer: Jurnal Tadris Biologi
Publisher : UNIVERSITAS ISLAM NEGERI RADEN INTAN LAMPUNG

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (307.621 KB) | DOI: 10.24042/biosfer.v1i1.4461

Abstract

The purpose of this study was to determine the vigor growth strength of Anjasmoro, Grobogan, and Burangrang seed varieties based on three doses categories of SP-36 fertilizer stored for 12 months. The treatment was done separately by separating 15 seed lots. The mean value was determined using the Orthogonal contrast test. The results showed that the large-seeded soybean varieties (Grobogan and Burangrang) had higher seed vigor compared to the small-seeded soybean varieties (Anjasmoro) based on the variables of the germination speed, vigor index, normal dry weight, germination growth, and maximum growth potential. The Grobogan variety produced higher seed vigor than Burangrang variety based on vigor index and germination. Anjasmoro and Grobogan varieties without fertilization produced a lower vigor compared to the one with recommended fertilizer doses (100 and 150 kg/ha) and above the recommended fertilizer doses (200 and 250 kg/ha) based on the rate of germination growth and the vigor index. Grobogan variety with recommended fertilizer dose (100 kg/ha) had the highest seed vigor compared to other varieties. Pengujian Vigor 15 Lot Benih Kedelai (Glycine Max L.) Yang Disimpan 12 Bulan Pada Suhu RendahABSTRAK: Tujuan penelitian ini untuk Mengetahui vigor kekuatan tumbuh benih kombinasi Varietas Anjasmoro, Grobogan, dan Burangrang pada tiga kategori dosis pupuk SP-36 yang telah disimpan 12 bulan. Rancangan perlakuan disusun secara tunggal yaitu 15 lot benih dan pemisahan nilai tengah menggunakan uji Orthogonal contrass. Hasil penelitian menunjukan varietas kedelai berbiji besar (Grobogan dan burangrang) lebih tinggi vigor benihnya dari varietas kedelai berbiji kecil (Anjasmoro) berdasarkan variabel kecepatan perkecamabahan, indeks vigor, bobot kering kecambah normal, daya berkecamabah dan potensi tumbuh maksimum. Perbandingan varietas Grobogan menghasilkan vigor benih yang lebih tinggi dari varietas Burangrang berdasarkan variabel indeks vigor dan daya berkecambah. Varietas Anjasmoro dan Grobogan tanpa pemupukan menghasilkan vigor yang lebih rendah dibandingkan dengan penambahan dosis pupuk rekomendasi (100 dan 150 kg/ha) dan diatas rekomendasi (200 dan 250 kg/ha) berdasrkan variavel kecepatan perkecmabahan dan indeks vigor. Varietas Grobogan dengan penambahan dosis rekomendasi (100 kg/ha) memiliki vigor benih yang paling tinggi dibandingkan perbandingan lainnya.
Pengaruh priming terhadap vigor benih kedelai (Glycine max (L.) Merril.) yang dikecambahkan pada media dengan cekaman alumunium Agustiansyah Agustiansyah; Paul B Timotiwu; Nabila Lutfiah
Jurnal Agro Vol 8, No 2 (2021)
Publisher : Jurusan Agroteknologi

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15575/13458

Abstract

Kandungan aluminium yang tinggi pada tanah Ultisol merupakan salah satu masalah utama dalam budidaya tanaman kedelai mulai dari fase perkecambahan hingga pertumbuhan tanaman. Perlakuan priming pada benih diyakini mampu memperbaiki perkecambahan pada lingkungan yang kurang menguntungkan. Penelitian dilakukan untuk mengetahui pengaruh priming pada perkecambahan benih kedelai yang dikecambahkan dalam media masam dan mengandung aluminium. Penelitian disusun dalam Rancangan Acak Lengkap (RAL) pola faktorial. Faktor pertama adalah jenis priming : tanpa priming, H2O (air), KNO3 1%, KNO3 2%, GA3 50 ppm, GA3 100 ppm, dan PEG 6000 7,5%. Faktor kedua adalah varietas kedelai yaitu: Anjasmoro, Burangrang, dan Grobogan. Data dianalisis sidik ragamnya dan dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) 5% menggunakan program statistika R Studio. Hasil penelitian menunjukkan priming PEG 7,5% dan varietas Burangrang secara mandiri merupakan perlakuan terbaik untuk meningkatkan vigor benih kedelai berdasarkan variabel waktu muncul kecambah, kecepatan perkecambahan, dan panjang hipokotil. Implikasi penelitian ini adalah PEG 7,5% dapat digunakan untuk perbaikan perkecambahan pada tanah masam dengan kandungan aluminium yang relatif tinggi. High aluminium content in Ultisol is the main problem in soybean cultivation from germination to planting growth phases.Priming treatment is believed to improve seed germination in a poor-growing environment. This study aimed to determine the effect of priming of soybean seeds germinated under acid medium and aluminium stress. The experimental design used was Completely Randomized Design (CRD) with factorial pattern. The first factor was priming type : no priming, H2O (water), 1% KNO3, 2% KNO3, 50 ppm GA3, 100 ppm GA3, and 7.5% PEG 6000. The second factor was soybean variety : Anjasmoro, Burangrang, and Grobogan.  The data obtained were analyzed using the R Studio statistic program with a 5% HSD test. The study resulted that each PEG 7.5% priming and Burangrang  variety independently was the best in increasing soybean seed vigor based on sprout time emergence, germination speed and hypocotyl length. This research implicates that PEG 7.5% can be used to improve seed germination on acid soils with high aluminium content. 
Effect of Priming on Vigor of Germinated Chili (Capsicum annum L.) Seeds in Aluminium Stress Conditions Agustiansyah Agustiansyah; P. B. Timotiwu; E. Pramono; M. Maryeta
Jurnal Penelitian Pertanian Terapan Vol 21 No 3 (2021)
Publisher : Politeknik Negeri Lampung.

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25181/jppt.v21i3.2133

Abstract

Seed germination in ultisol is a problem. Ultisol has a low pH, poor in nutrients and organic matter, and high Al content. The low physiological quality of seeds is also a limiting factor. The purpose of this study was to determine the effect of priming on the seed vigor of two chili varieties whose seeds have expired and have not expired. This experiment consisted of 2 experiments, namely Experiment 1, which used seeds that had expired (deteriorating), and Experiment II, which used seeds that had not expired (non-deteriorating). This study was structured using a completely randomized design (CRD) which was repeated three times. This experiment is factorial. The first factor is priming, consisting of five levels: control, immersion in water, 30% PEG, 50 ppm GA3, and 1% KNO3. At the same time, the second factor in the first experiment was the seeds of the Tanjung 2 and Kencana varieties that had expired (deteriorating). In the second experiment, the second factor was the seeds of the Tanjung 2 and Kencana varieties that had not expired (non-deteriorating). The data obtained were analyzed using the R statistic program with a 5% HSD test. The results showed that priming with 50 ppm GA3 and 1% KNO3 increased the vigor of seeds that had expired (deteriorating). Meanwhile, priming with water and 1% KNO3 increased the vigor of seeds that had not yet expired (deterioration). The Kencana variety has a higher vigor than the Tanjung 2 variety on expired seeds. In seeds that have not yet expired, both varieties have the same good vigor.
PENGARUH PUPUK FOSFAT TERHADAP PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN MUTU BENIH KEDELAI (GLYCINE MAX L. MERRILL) YANG DITANAM DI LAHAN SAWAH PADA MUSIM KEMARAU Agustiansyah Agustiansyah; Ermawati Ermawati; Eko Pramono; A T Wibowo
Jurnal Agrotek Tropika Vol 8, No 1 (2020): Jurnal Agrotek Tropika Vol 8, Januari 2020
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (698.683 KB) | DOI: 10.23960/jat.v8i1.3682

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk (1) mengetahui dosis pupuk fosfat yang optimum untuk  tiga (3) varietas kedelai dalam pertumbuhan, produksi, dan mutu benih, (2) mengetahui interaksi antara peningkatan pupuk fosfat dan tiga varietas kedelai terhadap pertumbuhan, produksi, dan mutu benih yang ditanam pada lahan sawah Juli–September 2017.  Rancangan perlakuan disusun secara faktorial (3x5).  Faktor pertama adalah tiga varietas kedelai (Anjasmoro, Grobogan, Burangrang), faktor kedua adalah  lima taraf pemupukan SP-36 (0, 100, 150, 200, dan 250 kg/ha).  Pemisahan nilai tengah menggunakan teknik Uji Perbandingan Orthogonal.   Hasil penelitian menyimpulkan bahwa dosis SP-36 yang memberikan hasil maksimum Varietas Grobogan 193–200 kg/ha, Anjasmoro 182–189 kg/ha; dan Burangrang 159–164 kg/ha. Pertumbuhan, produksi dan mutu benih ketiga varietas berbeda. Varietas Grobogan lebih baik daripada varietas Anjasmoro dan Burangrang yang ditunjukkan oleh laju pengisian biji, dan bobot 100 butir. Varietas Anjasmoro lebih baik daripada Burangrang ditunjukkan daun trifoliat dan jumlah biji.  Pertumbuhan dan mutu benih ketiga varietas tidak berbeda pada variabel tingkat kehijauan daun, daya berkecambah, dan kecepatan berkecambah. Sementara itu pemupukan SP-36 optimum menghasilkan produksi dari Varietas Grobogan lebih baik daripada Varietas Anjasmoro dan Burangrang ditunjukkan pada bobot biji pertanaman dan hasil benih.  Varietas Anjasmoro lebih baik daripada Burangrang dalam meningkatkan bobot kering berangkasan, luas daun, jumlah polong, dan jumlah biji.
IDENTIFIKASI KERAGAMAN FISIK BENIH KENARI (Canarium indicum L.) ASAL MALUKU UTARA Alkadrin Manui; Kukuh Setiawan; Eko Pramono; Agustiansyah Agustiansyah; Dwi Hapsoro
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 1 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, FEBRUARI 2023
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i1.5477

Abstract

Penelitian bertujuan untuk mengetahui keragaman fisik benih beberapa genotipe kenari (Canarium indicum L.) asal Maluku Utara. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Benih dan Laboratorium Lapang Terpadu Fakultas Pertanian Universitas Lampung pada bulan Agustus 2020. Pengamatan dilakukan terhadap sampel berdasarkan panduan Descriptors for walnut (1994) yang telah dimodifikasi, khususnya pada benih. Karakter yang diamati adalah karakter kualitatif dan kuantitatif. Karakter kualitatif adalah karakter yang tidak dapat diukur dengan satuan namun dapat dikonfersi melalui data skoring. Karakter kuantitatif adalah karakter yang dapat terukur oleh alat dan memiliki satuan, Karakter morfologi atau kualitatif yang di amati dengan cara skoring yaitu : Bentuk Pangkal benih (BPB) (1. runcing, 2. tumpul dan 3. membulat), Bentuk ujung benih (1. runcing, 2. tumpul dan 3. membulat), Bentuk benih (1. bulat, 2. lonjong dan 3. lonjong meruncing), Warna ujung benih, (1. coklat mudah, 2. coklat tua dan 3. krim), Warna pangkal benih (1. coklat mudah, 2. coklat tua dan 3. krim), Warna benih (1. coklat mudah, 2. coklat tua dan 3. krim), Motif warna benih (1. Hitam dan 2. Krim), Tekstur benih (1. halus dan 2. kasar). Karakter sifat agronomi benih dianalisis menggunakan klasifikasi interval variabel yang terdiri dari panjang benih (PB), diameter benih (DB), bobot benih (BB), ketebalan cangkang (KC), bobot kering oven (BKO) dan jumlah embrio (JE). Untuk mengetahui keragaman fenotipik dan hubungan kekerabatan antar genotipe benih kenari, data morfologi dan agronomi masing-masing genotipe diolah menggunakan analisis pengelompokan data matriks (Cluster analysis) dan pembuatan Dendogram dengan metode UPGMA (Unweighted Pair Group Method Arithmetic) mengunakan NTSYS (Numerical Taxonomy and Multivariate System) versi 2.02 (Rohlf, 2000). Hasil identifikasi keragaman Bentuk pangkal benih (BPB) tumpul berjumlah 16 genotipe, runcing dan bulat berjumlah 3 genotipe. Bentuk ujung benih (BUB) bentuk tumpul berjumlah 7 genotipe, runcing 9 genotipe dan bulat 6 genotipe. Selanjutnya untuk bentuk benih (BBE) bulat berjumlah 6 genotipe, lonjong 14 genotipe dan lonjong meruncing 2 genotipe. Warna ujung benih (WUB) coklat muda berjumlah 15 genotipe, coklat tua 6 genotipe dan krim 1 genotipe, sedangkan warna pangkal benih (WPB) coklat muda berjumlah 7 genotipe, coklat tua 2 genotipe dan krim 13 genotipe. Warna benih (WB) coklat muda berjumlah 17 genotipe dan coklat tua 5 genotipe. Motif warna benih (MWB) hitam berjumlah 19 genotipe dan krim 3 genotipe, sedangkan tekstur benih (TB) halus berjumlah 5 genotipe dan kasar 17 genotipe. Hasil dendogram analisis UPMGA 22 genotipe berdasarkan 14 karakter morfologi dan agronomi memiliki persamaan ciri terdekat dalam hubungan kekerabatan yaitu genotipe Nge susara dan Nge jingga dengan nilai jarak koefisien sebesar 73,20 %. Sebaliknya hubungan kekerabatan terjauh berdasarkan kesamaan ciri yaitu genotipe Ifa daalus dengan Ifa wagol dengan nilai jarak koefisien sebesar 22,05%.
LAJU PERTUMBUHAN, FASE FENOLOGIS DAN PRODUKSI TANAMAN STROBERI (Fragaria spp.) DI DATARAN RENDAH DENGAN PERLAKUAN PUPUK NPK: KAJIAN TENTANG ADAPTASI TANAMAN TERHADAP PERUBAHAN IKLIM Nelita Aryani; Tumiar Katarina Manik; Paul Benyamin Timotiwu; Agustiansyah Agustiansyah
Jurnal Agrotek Tropika Vol 11, No 3 (2023): JURNAL AGROTEK TROPIKA VOL 11, Agustus 2023
Publisher : Departement of Agrotechnology, Agriculture Faculty, Universitas Lampung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23960/jat.v11i3.7520

Abstract

Perubahan iklim ditandai dengan naiknya suhu udara, sehingga penelitian pengaruh perubahan iklim terhadap tanaman dapat dimulai dengan mempelajari bagaimana pengaruh kenaikan suhu udara terhadap laju pertumbuhan tanaman serta produksinya.  Penelitian ini yang dilakukan dengan menanam Stroberi di dataran rendah bertujuan untuk mengetahui apakah sebagai tanaman dataran tinggi Stroberi dapat beradaptasi di dataran rendah, dan untuk mengetahui apakah pupuk NPK dapat membantu tanaman Stroberi mencapai tahap pertumbuhan dan fenologis seperti habitat asalnya di dataran tinggi.  Penelitian dilaksanakan di laboratorium iklim mikro Sukarame, Bandar Lampung dengan ketinggian 150 m dpl dengan radiasi 180,57 Watt/ m2, rata-rata suhu udara 26,3ºC, dan kelembaban udaranya 66,4%, pada bulan November 2020 sampai dengan Januari 2021 .  Dalam penelitian ini diberikan dua perlakuan yaitu tanpa pemberian pupuk (P0) dan dengan pemberian pupuk(P1).  Hasil penelitian menunjukkan bahwa pupuk NPK memberikan pengaruh terhadap pertumbuhan pada fase vegetatif, tetapi Stroberi tetap tidak mencapai fase generatif meskipun Growing Degree Days yang didapat sudah mencapai 972,35.