Sitti Fatimah Syahid
Division of Plant Breeding, Indonesian Medicinal and Aromatic Crops Research Institute Jalan Tentara Pelajar No. 3 Bogor 16111, Indonesia

Published : 12 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 12 Documents
Search

INDUKSI DAN REGENERASI KALUS KELADI TIKUS (Typonium flagelliforme. Lodd. ) SECARA IN VITRO SITTI FATIMAH SYAHID; NATALINI NOVA KRISTINA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v13n4.2007.142-146

Abstract

ABSTRAKKeladi tikus umumnya diperbanyak secara vegetatif sehingga ragamgenetiknya sempit. Penelitian peningkatan keragaman genetik pada keladitikus melalui kultur in vitro telah dilakukan di Laboratorium KulturJaringan, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Bogorpada bulan April sampai Desember 2005. Bahan tanaman yang digunakanadalah daun steril keladi tikus in vitro. Media dasar yang digunakan adalahMurashige and Skoog (MS) yang diperkaya vitamin dari group B. Sebagaisumber energi digunakan sukrosa sebanyak 30 g/l. Penelitian terdiri daridua tahap yaitu induksi dan regenerasi kalus. Perlakuan yang diuji padatahap I adalah beberapa taraf konsentrasi auksin (2,4-D) secara tunggalmaupun kombinasi dengan sitokinin (kinetin) terhadap induksi kalus yaitu: 2,4-D 0,1 mg/l; 2,4-D 0,5 mg/l; 2,4-D 1,0 mg/l; 2,4-D 0,1 + kinetin 0,1mg/l; 2,4-D 0,5 mg/l + kinetin 0,1 mg/l; 2,4-D 1.0 mg/l + kinetin 0,1 mg/l;2,4-D 0,1 mg/l + kinetin 0,3 mg/l; 2,4-D 0,5 mg/l +kinetin 0,3 mg/l dan2,4-D 1,0 mg/l + kinetin 0,3 mg/l. Tahap II adalah beberapa tarafkonsentrasi benzyl adenin untuk regenerasi kalus. Penelitian disusunmenggunakan rancangan acak lengkap dengan pola faktorial dan limaulangan, dan setiap ulangan terdiri dari satu eksplan. Faktor pertamaadalah asal kalus dan faktor kedua adalah beberapa taraf konsentrasi BAyaitu : BA 0,1 mg/l ; BA 0,3 mg/l dan BA 0,5 mg/l. Parameter yangdiamati adalah waktu inisiasi kalus, struktur dan warna kalus, jumlahtunas serta penampilan kultur secara visual. Hasil penelitian menunjukkanbahwa kalus asal eksplan daun dapat diinduksi pada perlakuan 2,4-D 1,0mg/l + kinetin 0,1 mg/l dan 2,4-D 1,0 mg/l + kinetin 0,3 mg/l denganwaktu inisiasi 8 sampai 10 minggu setelah perlakuan. Regenerasi kalusterbaik diperoleh pada medium 2,4-D 1,0 mg/l + kinetin 0,3 mg/lmengandung BA 0,3 mg/l dengan rata-rata tunas dan daun yang dihasilkansebanyak 13,2 tunas dan 4,4 daun.Kata kunci : Keladi tikus, Typonium flagelliforme Lodd., induksi,regenerasi kalus, in vitroABSTRACTInduction and regeneration of Rodent tuber calli throughin vitro cultureRodent tuber plant (Typonium flagelliforme Lodd) is commonlypropagated vegetatively, the repro its genetic variation is narrow. Aresearch to increase the genetic variability of the plant was conducted inTissue Culture Laboratory of the Indonesian Medicinal and AromaticResearch Institute, Bogor from April to December 2005. The leaf ofRodent tuber in vitro used as an explants. Murashige and Skoog (MS)medium used as basic medium, supplemented with vitamin from B group,sucrose 30 g/l was added into the medium as carbon source. The researchconsist of two steps : 1) calli induction and 2) calli regeneration. Thetreatment tested in first step : 2.4-D 0.1 mg/l; 2.4-D 0.5 mg/l; 2.4-D 1,0mg/l; 2.4-D 0.1 + kinetin 0.1 mg/l; 2.4-D 0.5 mg/l + kinetin 0.1 mg/l; 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0,1 mg/l; 2.4-D 0.1 mg/l + kinetin 0.3 mg/l; 2.4-D 0.5mg/l + kinetin 0.3 mg/l and 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0.3 mg/l. In thesecond steps, several concentration of BA were tested i.e: BA 0,1 mg/l ;BA 0,3 mg/l and BA 0,5 mg/l. The experiment was arranged incompletely randomized design with factorial pattern. Each treatmentconsist of five replications. The parameters observed were time of calliinitiation, texture, colour of calli and number of shoot and leaves inregeneration. The result showed that calli can be induced on 2.4-D 1.0mg/l + kinetin 0.1 mg/l and 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0.3 mg/l, eight to tenweeks after culture. The best medium for shoots regeneration contains 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0.3 mg/l with 0.3 mg/l BA, with mean result of 13.2shoots and 4.4 leaves.Key words : Rodent tuber, Typonium flagelliforme Lodd. bl , induction,regeneration, calli, in vitro
PENGARUH MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS SELASIH (Ocimum basilicum) IN VITRO SITTI FATIMAH SYAHID; ENDANG HADIPOENTYANTI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v12n1.2006.15-19

Abstract

ABSTRAKSelasih (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanamanpenghasil minyak atsiri yang berkhasiat obat maupun pestisida nabati.Untuk mendukung pengembangan peningkatan ragam genetik tanaman,maka dilakukan perbanyakan bahan tanaman melalui teknik kultur in vitro.Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Desember 2004 diLaboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat Bogor. Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah matatunas selasih daun ungu yang berasal dari rumah kaca. Perlakuan yangdiuji adalah pengaruh fisik media dan beberapa taraf konsentrasi zatpengatur tumbuh Benzyl Adenin (BA). Rancangan yang digunakan adalahrancangan acak lengkap dalam pola faktorial (dua faktor). Faktor pertamaadalah fisik media (padat dan cair) dan faktor ke dua adalah konsentrasiBA (0,1 ; 0,3 dan 0,5 mg/l). Setiap perlakuan terdiri dari sepuluh ulangan.Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daundan akar serta penampakan biakan secara visual, umur sembilan minggu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media padat yangdiperkaya BA 0,3 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbanyak yang tidakberbeda nyata dengan perlakuan media padat + BA 0,1 mg/l ataupunmedia cair + BA ( 0.1 – 0.5 mg/l ). Panjang tunas hanya dipengaruhi olehperlakuan konsentrasi BA dan tunas terpanjang diperoleh pada perlakuanBA 0,3 mg/l yang tidak berbeda nyata dengan BA 0,1 mg/l. Untukparameter jumlah daun dan akar tidak dipengaruhi oleh perlakuan yangdiuji baik fisik media maupun konsentrasi BA.Kata kunci : Selasih, Ocimum basilicum, media, pengatur tumbuh,multiplikasi tunas, in vitro, Jawa BaratABSTRACTEffect of media and growth regulator on shootmultiplication of ocimum (Ocimum basilicum) in vitroOcimum (Ocimum basilicum) is one of important essential oil plantsin Indonesia which is generally used as medicine or pesticide. For plantdevelopment and genetic variants improvement, tissue culture propagationwas conducted. The studies was conducted in March to December 2004 atthe Tissue Culture Laboratory of the ISMECRI Bogor. Plant materialsused were ocimum explants apical shoot taken from a green house.Treatments tested were the effect of physical media and concentrationlevel of Benzyl Adenin (BA). The experiment used a completelyrandomized design with two factors. First factor was physical media (solidand liquid) and the second factor was BA concentrations (0.1 ; 0.3 and 0.5mg/l ). Each treatment consisted of ten replications. The parametersobserved were number of shoots, shoot length, number of leaves and rootsand culture performance, nine weeks after culturing. Research resultshowed that the use of solid media in combination with 0.3 mg/l BA wasthe best media for shoot multiplication of ocimum in vitro and it was notsignificantly different with liquid medium enriched with BA (0.1 -0.5mg/l). Shoot length was only affected by BA concentration and the longestshoot was obtained by BA 0.3 mg/l but it was not significantly differentwith BA 0.1 mg/l. Both treatments had no effect on the number of leavesand roots.Key words : Ocimum, Ocimum basilicum, media, growth regulator, shootmultiplication, in vitro, West Java
PENGARUH AUKSIN IAA, IBA, DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana) SECARA IN VITRO Tias Arlianti; Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n2.2013.%p

Abstract

Induksi perakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan benih secara in vitro. Perbanyakan stevia (Stevia rebaudina) secara konvensional melalui setek atau biji terkendala pada tingkat keberhasilan, keseragaman, dan produksi rendah. Perbanyakan inkonvensional melalui kultur jaringan telah berhasil dilakukan sampai dengan tahap multiplikasi tunas. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan inisiasi akar melalui induksi dengan penambahan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon stevia terhadap zat pengatur tumbuh induksi perakaran in vitro. Penelitian dilakukan sejak Maret sampai Agustus 2012 di laboratorium kultur jaringan Balittro dan Kebun Percobaan Manoko. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas aseptik stevia dari kultur yang berumur tiga bulan pada media penyimpanan MS + B 0,1 mgl-1. Tunas stevia dikulturkan pada media MS dengan penambahan IAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, IBA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, dan NAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas, jumlah dan panjang akar, dan tingkat keberhasilan aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NAA 0,2 dan 0,3 mg l-1 memacu pertumbuhan jumlah akar terbaik. Pada tahap aklimatisasi, persentase keberhasilan masih rendah dan perlu didukung dengan kondisi lingkungan yang optimum. 
Induksi Perakaran dan Aklimatisasi Tanaman Tabat Barito Setelah Konservasi In Vitro Jangka Panjang Natalini Nova Kristina; Sitti Fatimah Syahid
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 23, No 1 (2012): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v23n1.2012.%p

Abstract

Tabat barito (Ficus deltoidea Jack.) merupakan tanaman obat langka dikenal sebagai afrodisiak untuk wanita, mampu menghambat pertumbuhan sel tumor. Konservasi secara in vitro telah dilakukan dengan mengkulturkan eksplan tabat barito dalam media MS + BA 1 mg/l + NAA 0,1 mg/l. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon eksplan terha-dap zat pengatur tumbuh penginduksi perakaran (IAA dan IBA) serta kandung-an bahan aktifnya setelah periode kultur panjang. Untuk menginduksi perakaran, eksplan tabat barito yang telah disub-kultur selama dua tahun dimasukkan pada media IAA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l dan IBA (0,1, 0,2, dan 0,3) mg/l. Penelitian disusun dalam Rancangan acak lengkap (RAL), dengan 10 ulangan. Parameter pengamatan adalah tinggi tunas, jumlah tunas, jumlah daun, jumlah akar dan panjang akar. Pada tahap aklimatisasi, plantlet ditanam dalam gelas plastik berisi tanah dan pupuk kandang yang telah disterilkan. Setelah 2 bulan tahap aklimatisasi, benih dipindahkan ke dalam polibag berukuran 20 cm x 20 cm dan ditanam pada kondisi lapang dengan pencahayaan 50%. Analisis fitokimia dilakukan berdasarkan Harbone (1987). Analisis kandungan quersetin dilakukan dengan menghitung total flavonoid sebagai quersetin. Hasil pengamatan menunjukkan bahwa pem-berian IAA maupun IBA pada konsentrasi 0,1-0,3 mg/l menginduksi akar dengan baik dengan keberhasilan aklimatisasi 70-100%. Pertumbuhan di lapang memper-lihatkan semua taraf konsentrasi IAA dan IBA memperlihatkan respon berbeda, baik terhadap tinggi, jumlah cabang dan jumlah daun. Tabat barito yang ditanam di lapang, baik induk maupun hasil in vitro kandungan fitokimianya beda. Per-bedaan terlihat pada tanaman tabat barito yang ditumbuhkan di rumah kaca. Kandungan alkaloid, tanin, fenolik, flavonoid dan triterpenoid tanaman hasil in vitro berbeda dengan induknya, Sementara komponen lain seperti sapo-nin, steroid sama. Kandungan bahan aktif quersetin tabat barito induk berbeda 0,08% lebih tinggi dari hasil kultur in vitro.
MULTIPLIKASI TUNAS, AKLIMATISASI DAN ANALISIS MUTU SIMPLISIA DAUN ENCOK (Plumbago zeylanica L.) ASAL KULTUR IN VITRO PERIODE PANJANG Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 19, No 2 (2008): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v19n2.2008.%p

Abstract

Penelitian dilakukan di Laboratorium Kultur Jaringan dan Fisiologi Hasil, Balai Pe-nelitian Tanaman Obat dan Aromatik, Bogor mulai Juni 2005 – Juli 2006. Penelitian ber-tujuan untuk mengetahui pengaruh kultur In Vitro terhadap multiplikasi, aklimatisasi, mutu dan kandungan bahan aktif tanaman daun encok. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas pucuk tanaman daun encok hasil kultur in vitro periode panjang berumur tujuh tahun. Untuk multiplikasi tunas, perlakuan yang diuji adalah: Benzyl Adenin (BA) 0,1 mg/l (kon-trol); BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,01 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,05 mg/l; BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,1 mg/l dan BA 0,1 mg/l + Thidiazuron 0,15 mg/l. Rancangan yang digu-nakan adalah Acak Lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, daun dan akar serta panjang tunas in vitro. Tanaman diaklimatisasi di rumah kaca dan langsung diobservasi. Parameter yang diamati adalah jumlah anakan, jumlah daun dan tinggi tanaman. Analisis mutu dilakukan terhadap kadar air, kadar abu, kadar sari larut dalam alkohol dan kadar sari larut dalam air serta kandungan bahan aktifnya dengan meng-gunakan GCMS. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kombinasi perlakuan BA 0,1 mg/l + thidiazuron 0,05 mg/l menghasilkan jumlah tunas dan daun terbanyak serta tunas terpan-jang dalam waktu dua bulan. Morfologi tanam-an hasil kultur in vitro sama dengan induk di rumah kaca dalam hal batang, daun dan visual tanaman. Hasil analisis mutu menunjukkan bahwa kadar sari larut dalam air dan larut dalam alkohol asal kultur in vitro lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman daun encok asal lapang dan MMI. Selain itu senyawa steroid dapat dideteksi pada tanaman asal kultur in vitro. Hasil analisis GCMS menunjukkan kan-dungan senyawa aktif  tertinggi adalah phytol (26,13%). 
PENGARUH BEBERAPA TARAF KONSENTRASI BA TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS CINCAU HITAM (Mesona palustris) IN VITRO Miftakhurohmah Miftakhurohmah; Sitti Fatimah Syahid
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 17, No 1 (2006): BULETIN PENELITIAN TANAMAN REMPAH DAN OBAT
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v17n1.2006.%p

Abstract

Mesona palustris is one of the medi-cinal plant which is potential to be developed. Recently, the agribisnis of this plant commo-dity is considered to be potential. To support  the availability of plant material, propagation by tissue culture technique being a good alternative for mass production. This expe-riment was conducted from January to April 2005 at the Tissue Culture Laboratory of Indonesian Spices and medicinal Crops Research Institute (ISMECRI) in Bogor. The objective of this research was to find out the effect of several concentrations of BA on shoot multiplication of Mesona palustris. The treatments tested were several concentrations of BA e.g. : 0.0 ( control); 0.2 ; 0.4; 0.6; and 0.8 mg/l. Experiment was arranged in a com-pletely randomized design with six replica-tions. The parameters observed were number of shoots, length of shoots, number of leaves, and percentage of rooting shoots, at 3, 5, and 9 week after culture (WAC). The result showed that the use of 0,2 mg/l BA performed the best shoots growth multiplication with a relatively high rate of increased shoots num-ber and percentage of rooting shoots, at 3 to 9 WAC. Abundant shoots number (21.00 shoots), with length of shoots of 5.92 cm, leaves number of 13.00, and percentage of rooting shoots of 83.33% was obtained on MS + BA 0.2 mg/l, 9 WAC. 
Pengaruh Zat Pengatur Tumbuh Benzyl Adenin (BA) dan NAA Terhadap Pertumbuhan Temulawak (Curcuma Xanthoriza Roxb.) Secara in vitro Sitti Fatimah Syahid; Endang Hadipoentyanti
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 13, No 2 (2002): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v13n2.2002.1-6

Abstract

PENGARUH MEDIA DAN ZAT PENGATUR TUMBUH TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS SELASIH (Ocimum basilicum) IN VITRO SITTI FATIMAH SYAHID; ENDANG HADIPOENTYANTI
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v12n1.2006.15-19

Abstract

ABSTRAKSelasih (Ocimum basilicum) merupakan salah satu tanamanpenghasil minyak atsiri yang berkhasiat obat maupun pestisida nabati.Untuk mendukung pengembangan peningkatan ragam genetik tanaman,maka dilakukan perbanyakan bahan tanaman melalui teknik kultur in vitro.Penelitian dilaksanakan mulai bulan Maret sampai Desember 2004 diLaboratorium Kultur Jaringan, Balai Penelitian Tanaman Rempah danObat Bogor. Bahan tanaman yang digunakan sebagai eksplan adalah matatunas selasih daun ungu yang berasal dari rumah kaca. Perlakuan yangdiuji adalah pengaruh fisik media dan beberapa taraf konsentrasi zatpengatur tumbuh Benzyl Adenin (BA). Rancangan yang digunakan adalahrancangan acak lengkap dalam pola faktorial (dua faktor). Faktor pertamaadalah fisik media (padat dan cair) dan faktor ke dua adalah konsentrasiBA (0,1 ; 0,3 dan 0,5 mg/l). Setiap perlakuan terdiri dari sepuluh ulangan.Parameter yang diamati adalah jumlah tunas, panjang tunas, jumlah daundan akar serta penampakan biakan secara visual, umur sembilan minggu.Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan media padat yangdiperkaya BA 0,3 mg/l menghasilkan jumlah tunas terbanyak yang tidakberbeda nyata dengan perlakuan media padat + BA 0,1 mg/l ataupunmedia cair + BA ( 0.1 – 0.5 mg/l ). Panjang tunas hanya dipengaruhi olehperlakuan konsentrasi BA dan tunas terpanjang diperoleh pada perlakuanBA 0,3 mg/l yang tidak berbeda nyata dengan BA 0,1 mg/l. Untukparameter jumlah daun dan akar tidak dipengaruhi oleh perlakuan yangdiuji baik fisik media maupun konsentrasi BA.Kata kunci : Selasih, Ocimum basilicum, media, pengatur tumbuh,multiplikasi tunas, in vitro, Jawa BaratABSTRACTEffect of media and growth regulator on shootmultiplication of ocimum (Ocimum basilicum) in vitroOcimum (Ocimum basilicum) is one of important essential oil plantsin Indonesia which is generally used as medicine or pesticide. For plantdevelopment and genetic variants improvement, tissue culture propagationwas conducted. The studies was conducted in March to December 2004 atthe Tissue Culture Laboratory of the ISMECRI Bogor. Plant materialsused were ocimum explants apical shoot taken from a green house.Treatments tested were the effect of physical media and concentrationlevel of Benzyl Adenin (BA). The experiment used a completelyrandomized design with two factors. First factor was physical media (solidand liquid) and the second factor was BA concentrations (0.1 ; 0.3 and 0.5mg/l ). Each treatment consisted of ten replications. The parametersobserved were number of shoots, shoot length, number of leaves and rootsand culture performance, nine weeks after culturing. Research resultshowed that the use of solid media in combination with 0.3 mg/l BA wasthe best media for shoot multiplication of ocimum in vitro and it was notsignificantly different with liquid medium enriched with BA (0.1 -0.5mg/l). Shoot length was only affected by BA concentration and the longestshoot was obtained by BA 0.3 mg/l but it was not significantly differentwith BA 0.1 mg/l. Both treatments had no effect on the number of leavesand roots.Key words : Ocimum, Ocimum basilicum, media, growth regulator, shootmultiplication, in vitro, West Java
INDUKSI DAN REGENERASI KALUS KELADI TIKUS (Typonium flagelliforme. Lodd. ) SECARA IN VITRO SITTI FATIMAH SYAHID; NATALINI NOVA KRISTINA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/jlittri.v13n4.2007.142-146

Abstract

ABSTRAKKeladi tikus umumnya diperbanyak secara vegetatif sehingga ragamgenetiknya sempit. Penelitian peningkatan keragaman genetik pada keladitikus melalui kultur in vitro telah dilakukan di Laboratorium KulturJaringan, Balai Penelitian Tanaman Obat dan Aromatik (Balittro) Bogorpada bulan April sampai Desember 2005. Bahan tanaman yang digunakanadalah daun steril keladi tikus in vitro. Media dasar yang digunakan adalahMurashige and Skoog (MS) yang diperkaya vitamin dari group B. Sebagaisumber energi digunakan sukrosa sebanyak 30 g/l. Penelitian terdiri daridua tahap yaitu induksi dan regenerasi kalus. Perlakuan yang diuji padatahap I adalah beberapa taraf konsentrasi auksin (2,4-D) secara tunggalmaupun kombinasi dengan sitokinin (kinetin) terhadap induksi kalus yaitu: 2,4-D 0,1 mg/l; 2,4-D 0,5 mg/l; 2,4-D 1,0 mg/l; 2,4-D 0,1 + kinetin 0,1mg/l; 2,4-D 0,5 mg/l + kinetin 0,1 mg/l; 2,4-D 1.0 mg/l + kinetin 0,1 mg/l;2,4-D 0,1 mg/l + kinetin 0,3 mg/l; 2,4-D 0,5 mg/l +kinetin 0,3 mg/l dan2,4-D 1,0 mg/l + kinetin 0,3 mg/l. Tahap II adalah beberapa tarafkonsentrasi benzyl adenin untuk regenerasi kalus. Penelitian disusunmenggunakan rancangan acak lengkap dengan pola faktorial dan limaulangan, dan setiap ulangan terdiri dari satu eksplan. Faktor pertamaadalah asal kalus dan faktor kedua adalah beberapa taraf konsentrasi BAyaitu : BA 0,1 mg/l ; BA 0,3 mg/l dan BA 0,5 mg/l. Parameter yangdiamati adalah waktu inisiasi kalus, struktur dan warna kalus, jumlahtunas serta penampilan kultur secara visual. Hasil penelitian menunjukkanbahwa kalus asal eksplan daun dapat diinduksi pada perlakuan 2,4-D 1,0mg/l + kinetin 0,1 mg/l dan 2,4-D 1,0 mg/l + kinetin 0,3 mg/l denganwaktu inisiasi 8 sampai 10 minggu setelah perlakuan. Regenerasi kalusterbaik diperoleh pada medium 2,4-D 1,0 mg/l + kinetin 0,3 mg/lmengandung BA 0,3 mg/l dengan rata-rata tunas dan daun yang dihasilkansebanyak 13,2 tunas dan 4,4 daun.Kata kunci : Keladi tikus, Typonium flagelliforme Lodd., induksi,regenerasi kalus, in vitroABSTRACTInduction and regeneration of Rodent tuber calli throughin vitro cultureRodent tuber plant (Typonium flagelliforme Lodd) is commonlypropagated vegetatively, the repro its genetic variation is narrow. Aresearch to increase the genetic variability of the plant was conducted inTissue Culture Laboratory of the Indonesian Medicinal and AromaticResearch Institute, Bogor from April to December 2005. The leaf ofRodent tuber in vitro used as an explants. Murashige and Skoog (MS)medium used as basic medium, supplemented with vitamin from B group,sucrose 30 g/l was added into the medium as carbon source. The researchconsist of two steps : 1) calli induction and 2) calli regeneration. Thetreatment tested in first step : 2.4-D 0.1 mg/l; 2.4-D 0.5 mg/l; 2.4-D 1,0mg/l; 2.4-D 0.1 + kinetin 0.1 mg/l; 2.4-D 0.5 mg/l + kinetin 0.1 mg/l; 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0,1 mg/l; 2.4-D 0.1 mg/l + kinetin 0.3 mg/l; 2.4-D 0.5mg/l + kinetin 0.3 mg/l and 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0.3 mg/l. In thesecond steps, several concentration of BA were tested i.e: BA 0,1 mg/l ;BA 0,3 mg/l and BA 0,5 mg/l. The experiment was arranged incompletely randomized design with factorial pattern. Each treatmentconsist of five replications. The parameters observed were time of calliinitiation, texture, colour of calli and number of shoot and leaves inregeneration. The result showed that calli can be induced on 2.4-D 1.0mg/l + kinetin 0.1 mg/l and 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0.3 mg/l, eight to tenweeks after culture. The best medium for shoots regeneration contains 2.4-D 1.0 mg/l + kinetin 0.3 mg/l with 0.3 mg/l BA, with mean result of 13.2shoots and 4.4 leaves.Key words : Rodent tuber, Typonium flagelliforme Lodd. bl , induction,regeneration, calli, in vitro
PENGARUH AUKSIN IAA, IBA, DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana) SECARA IN VITRO Tias Arlianti; Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n2.2013.%p

Abstract

Induksi perakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan benih secara in vitro. Perbanyakan stevia (Stevia rebaudina) secara konvensional melalui setek atau biji terkendala pada tingkat keberhasilan, keseragaman, dan produksi rendah. Perbanyakan inkonvensional melalui kultur jaringan telah berhasil dilakukan sampai dengan tahap multiplikasi tunas. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan inisiasi akar melalui induksi dengan penambahan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon stevia terhadap zat pengatur tumbuh induksi perakaran in vitro. Penelitian dilakukan sejak Maret sampai Agustus 2012 di laboratorium kultur jaringan Balittro dan Kebun Percobaan Manoko. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas aseptik stevia dari kultur yang berumur tiga bulan pada media penyimpanan MS + B 0,1 mgl-1. Tunas stevia dikulturkan pada media MS dengan penambahan IAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, IBA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, dan NAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas, jumlah dan panjang akar, dan tingkat keberhasilan aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NAA 0,2 dan 0,3 mg l-1 memacu pertumbuhan jumlah akar terbaik. Pada tahap aklimatisasi, persentase keberhasilan masih rendah dan perlu didukung dengan kondisi lingkungan yang optimum.