Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PENGARUH SUBKULTUR DAN LAMA PERIODE KULTUR PADA DAYA MULTIPLIKASI TUNAS LADA (Piper nigrum L.) ASAL BIJI VARIETAS PETALING I NATALINI NOVA KRISTINA; NURLIANI BERMAWIE
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v5n3.1999.98-102

Abstract

Effect subculture and culture period on shoot multipli¬ cation in black pepper Petaling IAn expeiment on shoot multiplication in black pepper Petaling I from planting to until shoot multiplication changes and the effect of culture peiod, was conducted in the Laboratory of Genetic Research and Breeding of Balittro. Bogor from May 1997 to June 1998. The seeds wee germinated on MS medium without growth regulator. Ater sprouting the shoots wee removed to MS multiplication medium + BA 0.3 mg/1 + polypynyl pyolidon 200 mg/1 for subcultue and culture peiod. In the subculture expeiment, explant was removed after 3 months to new medium. In the cultue peiod the explant was visible until 4 months after that, explant was removed to new medium. The results showed that the highest multiplication rate was found after 3'° subculture with 9.2 shoots and the best cultue peiod was three months with 9.3 shoots. After 4* months the shoots died, due to fenolic activity which changed pH medium from acidic (5.8 to basic 7.13).
PENGARUH AUKSIN IAA, IBA, DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana) SECARA IN VITRO Tias Arlianti; Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n2.2013.%p

Abstract

Induksi perakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan benih secara in vitro. Perbanyakan stevia (Stevia rebaudina) secara konvensional melalui setek atau biji terkendala pada tingkat keberhasilan, keseragaman, dan produksi rendah. Perbanyakan inkonvensional melalui kultur jaringan telah berhasil dilakukan sampai dengan tahap multiplikasi tunas. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan inisiasi akar melalui induksi dengan penambahan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon stevia terhadap zat pengatur tumbuh induksi perakaran in vitro. Penelitian dilakukan sejak Maret sampai Agustus 2012 di laboratorium kultur jaringan Balittro dan Kebun Percobaan Manoko. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas aseptik stevia dari kultur yang berumur tiga bulan pada media penyimpanan MS + B 0,1 mgl-1. Tunas stevia dikulturkan pada media MS dengan penambahan IAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, IBA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, dan NAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas, jumlah dan panjang akar, dan tingkat keberhasilan aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NAA 0,2 dan 0,3 mg l-1 memacu pertumbuhan jumlah akar terbaik. Pada tahap aklimatisasi, persentase keberhasilan masih rendah dan perlu didukung dengan kondisi lingkungan yang optimum. 
PENGARUH KOLKHISIN TERHADAP PENAMPILAN LADA P p er nigrum L.) MUTAN DAN ANALISIS PLOIDI NATALINI NOVA KRISTINA; SITTI FATIMAH SYAHID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 21, No 3 (2015): September 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v21n3.2015.125-130

Abstract

ABSTRAKKeragaman genetik plasma nutfah lada (Piper nigrum) di Indonesia rendah  sehingga  perlu  dilakukan  peningkatan  keragaman.  Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balittro Bogor mulai Januari 2012 sampai Juni 2013. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keragaman genetik lada varietas Petaling 1 menggunakan mutagen kimia kolkhisin. Biji lada direndam dalam larutan kolkhisin konsentrasi 0; 0,01; 0,03; dan 0,05% selama 4 jam dan disemai pada bak pasir. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali  dan  setiap ulangan  terdiri atas 300 biji.  Pengamatan dilakukan  terhadap  persentase  perkecambahan  dan  fenotipe  tanaman, persentase tumbuh, tinggi tanaman, serta jumlah ruas dan daun pada umur dua bulan. Selanjutnya, sebanyak 20 individu dari total benih yang tumbuh dipilih berdasarkan rata rata penggabungan dari tanaman terpendek dan tertinggi. Individu terpilih diamati tinggi tanaman serta jumlah ruas dan daun pada umur empat bulan. Untuk melihat ragam genetik dilakukan analisis kandungan DNA dengan flowcytometry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kolkhisin 0,01 dan 0,05% menghasilkan persentase perkecambahan benih di persemaian lebih tinggi. Pada lada mutan  vegetatif generasi  ke-0,  perubahan  morfologi  terindikasi  pada konsentrasi 0,03%.  Pada  generasi  mutan hasil  perbanyakan/turunan vegetatif pertama  perubahan  morfologi  pada  tanaman terjadi  pada perlakuan 0,05%. Namun, tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat ploidi lada pada semua perlakuan termasuk kontrol.Kata kunci:  Piper nigrum L., ragam genetik, mutan, kolkhisin, fenotip ABSTRACTEffect of Colchicine on the Phenothypic Performance of Pepper (Piper nigrum L.) Mutant and Ploidy analysisGenetic variability of pepper (Piper nigrum) in Indonesia was low, so it was needed to increase its variability. Research was conducted at the green house of Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute, Bogor from January 2012 to June 2013. The aim of the research was to increase the genetic variability of pepper (Petaling 1) using chemical mutagen colchicine. Seeds of pepper were soaked in colchicine solution with several concentration (0; 0,01; 0,03; and 0,05%) for four hours, and then germinated on sand media. Every treatment consisted of 300 seeds and replicated three times. The parameter observed were germination percentage, plant phenotype, growth percentage, plant hight, number of node and leaves two months after planting. Further, from total seedling growth, 20 individual were selected based on average combined from highest and shortest plant. The selected individual observed their plant height, number of node and leaves on four months. Flowcytometri analysis from  the  selected  seedling  was  conducted to  find  interplant  genetic variabilities. The result showed that application of colchicin 0,01 and 0,05% performed the fast germination on the nursery compared with control, but no significant differencet on the growth parameters. In the mutant generation 0, the changes on morphology showed on 0,03% and at the first vegetative generation, the changes were indicated in plants from  0,05%  of  colchicine  treatment.  Flowcytometri  analysis  showed  no  significant differences on ploidi level of all treatments including control.Keywords:   Piper   nigrum,   genetic   variability,   mutant,  cholchicin, phenotype
PENGARUH SUBKULTUR DAN LAMA PERIODE KULTUR PADA DAYA MULTIPLIKASI TUNAS LADA (Piper nigrum L.) ASAL BIJI VARIETAS PETALING I NATALINI NOVA KRISTINA; NURLIANI BERMAWIE
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1678.988 KB) | DOI: 10.21082/littri.v5n3.1999.98-102

Abstract

Effect subculture and culture period on shoot multipli¬ cation in black pepper Petaling IAn expeiment on shoot multiplication in black pepper Petaling I from planting to until shoot multiplication changes and the effect of culture peiod, was conducted in the Laboratory of Genetic Research and Breeding of Balittro. Bogor from May 1997 to June 1998. The seeds wee germinated on MS medium without growth regulator. Ater sprouting the shoots wee removed to MS multiplication medium + BA 0.3 mg/1 + polypynyl pyolidon 200 mg/1 for subcultue and culture peiod. In the subculture expeiment, explant was removed after 3 months to new medium. In the cultue peiod the explant was visible until 4 months after that, explant was removed to new medium. The results showed that the highest multiplication rate was found after 3'° subculture with 9.2 shoots and the best cultue peiod was three months with 9.3 shoots. After 4* months the shoots died, due to fenolic activity which changed pH medium from acidic (5.8 to basic 7.13).
PENGARUH KOLKHISIN TERHADAP PENAMPILAN LADA P p er nigrum L.) MUTAN DAN ANALISIS PLOIDI NATALINI NOVA KRISTINA; SITTI FATIMAH SYAHID
Jurnal Penelitian Tanaman Industri Vol 21, No 3 (2015): September 2015
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/littri.v21n3.2015.125-130

Abstract

ABSTRAKKeragaman genetik plasma nutfah lada (Piper nigrum) di Indonesia rendah  sehingga  perlu  dilakukan  peningkatan  keragaman.  Penelitian dilakukan di Rumah Kaca Balittro Bogor mulai Januari 2012 sampai Juni 2013. Tujuan penelitian adalah untuk meningkatkan keragaman genetik lada varietas Petaling 1 menggunakan mutagen kimia kolkhisin. Biji lada direndam dalam larutan kolkhisin konsentrasi 0; 0,01; 0,03; dan 0,05% selama 4 jam dan disemai pada bak pasir. Masing-masing perlakuan diulang 3 kali  dan  setiap ulangan  terdiri atas 300 biji.  Pengamatan dilakukan  terhadap  persentase  perkecambahan  dan  fenotipe  tanaman, persentase tumbuh, tinggi tanaman, serta jumlah ruas dan daun pada umur dua bulan. Selanjutnya, sebanyak 20 individu dari total benih yang tumbuh dipilih berdasarkan rata rata penggabungan dari tanaman terpendek dan tertinggi. Individu terpilih diamati tinggi tanaman serta jumlah ruas dan daun pada umur empat bulan. Untuk melihat ragam genetik dilakukan analisis kandungan DNA dengan flowcytometry. Hasil penelitian menunjukkan bahwa perlakuan kolkhisin 0,01 dan 0,05% menghasilkan persentase perkecambahan benih di persemaian lebih tinggi. Pada lada mutan  vegetatif generasi  ke-0,  perubahan  morfologi  terindikasi  pada konsentrasi 0,03%.  Pada  generasi  mutan hasil  perbanyakan/turunan vegetatif pertama  perubahan  morfologi  pada  tanaman terjadi  pada perlakuan 0,05%. Namun, tidak ada perbedaan yang nyata pada tingkat ploidi lada pada semua perlakuan termasuk kontrol.Kata kunci:  Piper nigrum L., ragam genetik, mutan, kolkhisin, fenotip ABSTRACTEffect of Colchicine on the Phenothypic Performance of Pepper (Piper nigrum L.) Mutant and Ploidy analysisGenetic variability of pepper (Piper nigrum) in Indonesia was low, so it was needed to increase its variability. Research was conducted at the green house of Indonesian Spices and Medicinal Crops Research Institute, Bogor from January 2012 to June 2013. The aim of the research was to increase the genetic variability of pepper (Petaling 1) using chemical mutagen colchicine. Seeds of pepper were soaked in colchicine solution with several concentration (0; 0,01; 0,03; and 0,05%) for four hours, and then germinated on sand media. Every treatment consisted of 300 seeds and replicated three times. The parameter observed were germination percentage, plant phenotype, growth percentage, plant hight, number of node and leaves two months after planting. Further, from total seedling growth, 20 individual were selected based on average combined from highest and shortest plant. The selected individual observed their plant height, number of node and leaves on four months. Flowcytometri analysis from  the  selected  seedling  was  conducted to  find  interplant  genetic variabilities. The result showed that application of colchicin 0,01 and 0,05% performed the fast germination on the nursery compared with control, but no significant differencet on the growth parameters. In the mutant generation 0, the changes on morphology showed on 0,03% and at the first vegetative generation, the changes were indicated in plants from  0,05%  of  colchicine  treatment.  Flowcytometri  analysis  showed  no  significant differences on ploidi level of all treatments including control.Keywords:   Piper   nigrum,   genetic   variability,   mutant,  cholchicin, phenotype
PENGARUH AUKSIN IAA, IBA, DAN NAA TERHADAP INDUKSI PERAKARAN TANAMAN STEVIA (Stevia rebaudiana) SECARA IN VITRO Tias Arlianti; Sitti Fatimah Syahid; Natalini Nova Kristina; Otih Rostiana
Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat Vol 24, No 2 (2013): Buletin Penelitian Tanaman Rempah dan Obat
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21082/bullittro.v24n2.2013.%p

Abstract

Induksi perakaran merupakan tahapan yang sangat penting dalam pembentukan benih secara in vitro. Perbanyakan stevia (Stevia rebaudina) secara konvensional melalui setek atau biji terkendala pada tingkat keberhasilan, keseragaman, dan produksi rendah. Perbanyakan inkonvensional melalui kultur jaringan telah berhasil dilakukan sampai dengan tahap multiplikasi tunas. Keberhasilan tersebut perlu didukung dengan inisiasi akar melalui induksi dengan penambahan zat pengatur tumbuh. Penelitian ini bertujuan untuk mengukur respon stevia terhadap zat pengatur tumbuh induksi perakaran in vitro. Penelitian dilakukan sejak Maret sampai Agustus 2012 di laboratorium kultur jaringan Balittro dan Kebun Percobaan Manoko. Bahan tanaman yang digunakan adalah tunas aseptik stevia dari kultur yang berumur tiga bulan pada media penyimpanan MS + B 0,1 mgl-1. Tunas stevia dikulturkan pada media MS dengan penambahan IAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, IBA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1, dan NAA (0,1; 0,2; dan 0,3) mg l-1. Rancangan penelitian yang digunakan adalah Acak lengkap dengan sepuluh ulangan. Parameter yang diamati adalah jumlah dan tinggi tunas, jumlah dan panjang akar, dan tingkat keberhasilan aklimatisasi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penambahan NAA 0,2 dan 0,3 mg l-1 memacu pertumbuhan jumlah akar terbaik. Pada tahap aklimatisasi, persentase keberhasilan masih rendah dan perlu didukung dengan kondisi lingkungan yang optimum.