Nur Iksan
Universitas Brawijaya

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

RELIEF CANDI KIDAL SEBAGAI IDE PENCIPTAAN MOTIF BATIK SRI WEDHATAMA Femi Eka Rahmawati; Nur Iksan; Ahmad Syarifuddin Rohman
Brikolase : Jurnal Kajian Teori, Praktik dan Wacana Seni Budaya Rupa Vol 12, No 2 (2020)
Publisher : Institut Seni Indoensia Surakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33153/brikolase.v12i2.3238

Abstract

Kota Malang merupakan salah satu kota yang memiliki peninggalan sejarah terutama dari  situs-situs candi Kerajaan Singosari. Kerajaan Singosari merupakan salah satu kerajaan besar di nusantara yang sampai sekarang terdapat peninggalan sejarahnya, yaitu Candi Kidal. Keunikan candi ini adalah terdapat ornament yang tidak hanya sebagai ornament hias, namun terdapat ornament cerita yang mempunyai makna filosofis sangat tinggi. Salah satu perwujudan pelestarian ornament Candi Kidal yakni dengan pembuatan batik. Batik merupakan salah satu kekayaan kebudayaan bangsa Indonesia yang sudah diakui dunia dan banyak digunakan dalam berbagai acara baik dari kalangan bawah, menengah dan kalangan atas ataupun acara kenegaraan.Penelitian ini bertujuan mendokumentasikan ornament hias atau relief dan merancang motif batik dari ornament-ornamnet hias Candi Kidal yang sesuai dengan makna untuk di sandang sebagai citra batik khas Malang Raya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan kombinasi penelitian desain, sehingga menghasilkan desain motif batik Sri Wedhatama. Nama batik Sri Wedhatama  merupakan perwakilan dari perlambangan baik pada ornament, sehingga diharapkan motif tersebut membuat penyandang mempunyai praba yang baik sesuai dengan motif batik yang disandangnya. 
Denotation and Connotation of Mandau, A Weapon of Kanayatn Dayak Tribe in West Kalimantan Iwan Pranoto; Nur Iksan; Ika Yuliati
Terob : Jurnal Pengkajian dan Penciptaan Seni Vol. 13 No. 2 (2023): April
Publisher : Sekolah Tinggi Kesenian Wilwatikta Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.20111/terob.v13i2.43

Abstract

The culture and the cultural product itself that develop in today’s society cannot be separated from the recognition and agreement of some community groups, the philosophical values, or the natural signs that are embedded in everyday life, or usually called myths. One of them is Mandau, a weapon of the Kanayatn Dayak tribe, in Sebetuk village, Ngabang sub-district, Landak district, West Kalimantan. The Mandau is a weapon owned by the Kanayatn Dayak people and is often used for many purposes such as cutting the grass, chopping the wood, cutting the meat from hunted animals, protecting themselves from wild animals, conducting traditional rituals and as weapons of war. This Mandau is differentiated into two categories, the one that has sacred value and another one that does not. In this study, the object of research was the one with a scared value. The Mandau that developed in the Kanayatn Dayak community has its own a message and meaning. The denotation and connotation of the Mandau were discussed in this study based on semiotic of Roland Barthes's thought. By employing a qualitative approach, the fine art elements of the Mandau such as the decorative motifs, colors, and shapes became the main discussion. Each of them has its own meaning and thus it is trusted by the local community.