cover
Contact Name
Dr. Juniawan, S.P., M.Si
Contact Email
juniawanwi@gmail.com
Phone
-
Journal Mail Official
sugiartosumas@kemnaker.go.id
Editorial Address
Sekterariat DPP Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia: Gedung Atmodarminto, BPPK Kemenkeu Jl. Purnawarman No. 99, Kebayoran Baru, Jakarta
Location
Unknown,
Unknown
INDONESIA
Jurnal Widyaiswara Indonesia
ISSN : 27227464     EISSN : 27212440     DOI : -
Jurnal Widyaiswara Indonesia (JWI) menerima naskah Karya Tulis Ilmiah (KTI) dari para widyaiswara se-Indonesia, pejabat fungsional tertentu, serta dari penulis umum lainnya, termasuk mahasiswa sarjana dan pascasarjana. Naskah KTI yang dapat diterbitkan pada Jurnal Widyaiswara Indonesia adalah naskah KTI berjenis kajian (research) dan berjenis ulasan (review), serta untuk naskah orasi calon widyaiswara ahli utama. JWI terbit secara berkala pada bulan Maret, Juni, September, dan Desember.
Arjuna Subject : Umum - Umum
Articles 71 Documents
Efektivitas Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil Melalui Pembelajaran Jarak Jauh Herawati
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.59

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas pelatihan dasar (Latsar) Calon Pegawai Negeri Sipil (CPNS) Golongan III melalui Metoda Pembelajaran Jarak Jauh (Distance Learning) yang dilaksanakan oleh PT. LPP Agro Nusantara Wilayah Medan bekerjsama dengan Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia (BPSDM) Provinsi Sumatera Utara dan faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas. Metoda pengambilan sample mempedomani Tabel Sample Morgan dan Krejcle dengan teknis Systematic Random Sampling. Jenis penelitian bersifat Analisis Deskriptif. Penelitian efektivitas mempedomani teori David Krech, Ricard S. Cruthfied dan Egerton L. Ballachey. Dari hasil analisis disimpulkan bahwa Pelaksanaan Latsar CPNS melalui metoda pembelajaran jarak jauh telah dilaksanakan dengan efektif ditinjau dari : 1) Indikator Hasil Kelulusan Peserta 100 % dengan kualifikasi nilai memuaskan 96 % dan sangat memuaskan 4 %. 2) Indikator Nilai Indeks Kepuasan Masyarakat sebesar 82.665 (Kinerja Mutu Pelayanan “ Baik” ) dan 3) Indikator Produk Kreatif yang dihasilkan oleh penyelenggara dan tenaga pengajar telah mendukung keberhasilan pelaksanaan Latsar. Beberapa faktor yang mempengaruhi efektivitas Latsar dapat dijadikan referensi untuk peningkatan efektivitas Latsar dimasa mendatang yaitu 1) peserta harus mampu mengoperasikan komputer dan aplikasi internet, 2) penyelenggara harus mempersiapkan sarana dan prasarana yang memadai serta 3) meningkatkan kompetensi penyelenggara dan tenaga pengajar.
Evaluasi Program Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil di Provinsi Nusa Tenggara Barat Baiq Rusniyati
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.64

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk menjelaskan kualitas penyelenggaraan Pelatihan Dasar CPNS pada Pemerintah Provinsi NTB. Penelitian ini berupa evaluasi program dengan model CIPP (context, input, process, product) yang dikembangkan oleh Stufflebeam menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif. Instrumen pengumpulan data dalam penelitian ini adalah pedoman wawancara, lembar observasi, dan analisis dokumen. Analisis data mengunakan model Miles dan Huberman melalui display data, reduksi data, dan verifikasi data. Temuan penelitian (1) komponen konteks menunjukkan bahwa landasan program sangat jelas. Pola penyeenggaraan Latsar CPNS adalah pola fasilitasi penjaminan mutu oleh BPSDMD Provinsi NTB terhadap Kabupaten Bima dan Kabupaten Dompu melalui perjanjian kerja sama. (2) Komponen input menunjukkan bahwa peserta sebanyak 265 orang, tenaga pelatihan, serta sarana dan prasarana telah memenuhi ketentuan dan standar LAN dalam pelaksanaan Latsar CPNS. (3) Komponen Proses menunjukkan bahwa pembelajaran klasikal berjalan dengan baik. Begitu juga dengan pelaksanaan aktualisasi mulai perencanaan sampai habituasi di tempat kerja. Walaupun terkendala pandemic covid-19, namun dapat teratasi dengan intensitas bimbingan dari mentor dan coach. Proses evaluasi berlangsung tertib dan lancar sesuai pedoman yang ada. (4) Komponen Produk menunjukkan bahwa semua peserta dinyatakan lulus. Pemenuhan kompetensi terlihat dari pelaksanaan habituasi di tempat kerja. Kata Kunci : Evaluasi Program. Pelatihan Dasar CPNS, Model CIPP The purpose of this study was to explain the quality of the implementation of CPNS Basic Training at the NTB Provincial Government. This research is a program evaluation with the CIPP model (context, input, process, product) developed by Stufflebeam using a descriptive qualitative approach. The data collection instruments in this study were interview guidelines, observation sheets, and document analysis. Data analysis used Miles and Huberman models through data display, data reduction, and data verification. Research findings: (1) the context component shows that the program foundation is very clear. The pattern of implementing Latsar CPNS is a pattern of quality assurance facilitation by BPSDMD NTB Province for Bima and Dompu Regencies through a cooperation agreement. (2) The input component shows that 265 participants, training personnel, and facilities and infrastructure have met the LAN requirements and standards in implementing Latsar CPNS. (3) The process component shows that classical learning is going well. Likewise with the actualization implementation from planning to habituation in the workplace. Even though it is plagued by the Covid-19 pandemic, it can be resolved with intense guidance from mentors and coaches. The evaluation process took place orderly and smoothly according to existing guidelines. (4) The product component shows that all participants have passed. The fulfillment of competencies can be seen from the implementation of habituation in the workplace. Keywords: Program Evaluation, CPNS Basic Training, CIPP Model
Kompetensi Teknis Penyuluh KB Pasca Pelatihan di Masa Pandemi Covid 19 Bambang Wijonarko
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i2.66

Abstract

Kompetensi teknis menjadi persyaratan Pegawai Negeri Sipil (PNS) yang menduduki jabatan fungsional Penyuluh Keluarga Berencana (Penyuluh KB), dan terus dilakukan peningkatannya melalui pelatihan yang diselenggarakan di BKKBN. Kompetensi teknis tersebut menjadi bekal penyuluh KB ketika program Pembangunan Keluarga, Kependudukan dan Keluarga Berencana (Bangga Kencana) dihadapkan pada masa pandemi covid 19. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi faktual tentang kompetensi teknis penyuluh KB di masa pandemi covid 19. Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif kuantitatif dengan pendalaman kualitatif melalui online open questions. Hasil penelitian ini menjelaskan bahwa kompetensi teknis Penyuluh KB mendapatkan tantangan tidak terduga seiring hadirnya pandemic covid 19, dan memaksa Penyuluh KB melakukan adaptasi terhadap pengelolaan program Bangga Kencana, khususnya pada kegiatan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) dan advokasi. Perubahan mendasar terlihat pada penggunaan metode dan media KIE dan advokasi program di lapangan. Hasil belajar pengembangan metode dan media telah dirasakan manfaatnya oleh sebagian besar Penyuluh KB. Namun terdapat sebagian Penyuluh KB yang belum dapat mengatasi persoalan pengembangan metode dan media berbasis digital. Penelitian ini merekomendasikan perlunya peningkatan cakupan sasaran pelatihan peningkatan kompetensi teknis melalui pendekatan blended learning, dilakukan segera karena semua Penyuluh KB dituntut dapat beradaptasi dengan kebiasaan normal baru (new normal). Penulis juga menyarankan agar pada masa pandemi covid 19 ini, peningkatan kualitas SDM Penyuluh KB harus menjadi prioritas dalam perencanaan dan penganggaran di BKKBN.
Pengaruh Partisipasi Taruna dalam Teaching Factory terhadap Hasil Belajar Edy Sutanto
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.67

Abstract

Teaching Factory atau TEFA merupakan metode pembelajaran berbasis produksi/jasa guna menghasilkan lulusan yang kompeten sesuai dengan kebutuhan dunia usaha/ dunia industri. Melalui metode pembelajaran TEFA peserta didik akan beradaptasi secara langsung dengan kondisi dan situasi industri, sehingga dapat menanamkan mental kerja, meningkatkan kemampuan manajerial dan mampu menghasilkan produk yang mempunyai standar mutu industri. Penelitian ini ditujukan untuk menjawab pertanyaan bagaimanakah pengaruh partisipasi taruna dalam TEFA terhadap hasil belajar. Penelitian ini menggunakan teori partisipasi yang memiliki tingkatan berbeda-beda, sehingga hal ini dapat mempengaruhi hasil belajar yang berbeda juga. Penelitian dilakukan dengan menggunakanpendekatan kuantitatif komparatif yang bersifat ex post facto, artinya data dikumpulkan sesudah peristiwa atau isu yang diteliti terjadi. Penelitian dilakukan di Prodi D3 TPPP Poltek Karawang dan Sidoarjo sejak bulan September 2019 hingga Februari 2020.. Jumlah taruna (siswa) pada Prodi D3 TPPP Poltek KP Karawang adalah 85, sedangkan Prodi D3 TPPP Poltek KP Sidoarjo 98, dengan mempertimbangkan populasi yang kurang dari 100, maka penelitian ini menggunakan seluruh Populasi sebagai sampel penelitian. Hasil penelitian menunjukkan partisipasi taruna dalam TEFA berpengaruh positif dan signifikan terhadap hasil belajar di kedua Politeknik. Namun demikian, terdapat perbedaan hasil belajar diantara keduanya, hal ini karena adanya perbedaan pada tingkat partisipasi taruna. Hasil dari penelitian ini, berkontribusi sebagai referensi baik bagi institusi pendidikan vokasi maupun para pendidik, untuk mendesain partisipasi taruna dalam metode pembelajaran TEFA, serta menambah literatur studi tentang TEFA khususnya menggambarkan bagaimana perbedaan partisipasi taruna dapat berpengaruh pada keberhasilan studi dalam penerapan metode pembelajaran TEFA. Teaching Factory or TEFA is a production / service-based learning method in order to produce competent graduates according to the needs of the business world / industry. Through the TEFA learning method students will adapt directly to industrial conditions and situations, so that they can instill a work mentality, improve managerial abilities and be able to produce products that have industrial quality standards. The purpose of this research is to answer the questions of research about how the effect of participating student in TEFA on learning outcomes. This study uses the theory of participation which has different levels, so that this can affect different learning outcomes as well. The research was conducted using a comparative quantitative approach and ex post facto research types, which means the data is collected after the event or issue under study occurs.. The research was conducted at D3 TPPP study program Polytechnic of Marine and Fisheries Karawang and Sidoarjo from September 2019 to February 2020 . The number of students in D3 TPPP study program Polytechnic of Marine and Fisheries Karawang is 85, while Sidoarjo is 98, taking into account a population of less than 100 , then this study uses the entire population as the research sample. The results showed that the participation of students in TEFA had a positive and significant effect on learning outcomes at both Polytechnics. However, there are differences in learning outcomes between the two, this is due to differences in the level of participation of students. The results of this study, contribute as a reference for both vocational education institutions and educators, to design the participation of student in TEFA, and to add the TEFA study literature, specifically describing how the differences students participation can influence the differences learning outcomes in the application of TEFA learning models.
Collaborative Governance dalam Pengelolaan Waduk Sei Pulai di Kota Tanjungpinang Hendra Kurniawan; Donie Tuah Fitriano Putra
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.69

Abstract

Beragamnya permasalahan publik membutuhkan tatakelola pemerintahan dengan konsep-konsep baru agar dapat menemukan solusi bersama. Salah satu permasalahan publik adalah keberadaan Sumber Daya Air (SDA) Waduk yang kini dalam kondisi terancam kering dan membutuhkan perhatian berbagai pemangku kepentingan baik pemerintah maupun non pemerintah. Seperti Waduk Sei Pulai yang berada di Kota Tanjungpinang membutuhkan pengelolaan serius bagi keberlangungannya. Kondisi waduk “sedang sakit” dan berpotensi mengalami kekeringan dimasa mendatang akibat terjadinya eksploitasi hutan lindung yang mengelilinginya. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan dan menganalisis proses collaborative governance dalam pengelolaan Waduk Sei Pulai mengacu pada proses kolaborasi menurut Vigoda. Dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan tipe fenomenologi, serta menggunakan teknik triangulasi hasil penelitian menyimpulkan bahwa adanya keterbatasan kapasitas organisasi, sumber daya keuangan, sumber daya manusia, serta jaringan dalam pengelolaan Waduk Sei Pulai. Banyaknya stakeholder yang terlibat namun proses kolaborasi yang telah dilakukan belum mampu memperlihatkan dampak yang signifikan dalam menyelesaikan persoalan pengelolaan Waduk. Rekomendasi dalam penelitian ini adalah pentingnya menentukan program inovatif bagi pengelolaan Waduk Sei Pulai, penguatan DLHK dan KPHP Unit IV Bintan Tanjungpinang dalam mengawasi kawasan hutan dan lingkungan waduk menjadi hal penting, melibatkan lebih banyak stakeholder serta perlu dibuat Memorandum of Understanding (MoU) ketika pembagian tugas dan tanggung jawab. Kata Kunci: collaborative governance, pengelolaan sumber daya air, waduk seipulai, tanjungpinang.
Metode Leaderless Group Discussion (Studi Kasus Efektivitas Penanaman Nilai-Nilai Anti Korupsi pada Latsar CPNS Kemendikbud) Ahmad Khulaemi
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i2.72

Abstract

Leaderless group discussion (LGD) merupakan salah satu metode pembelajaran andragogi dimana LGD merupakan cara belajar dengan pertukaran pendapat, ide, dan informasi tentang beberapa topik oleh anggota anggota kelompok tanpa dipimpin oleh pemimpin yang ditunjuk di awal diskusi . Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui metode pembelajaran dalam penanaman nilai- nilai anti korupsi bagi dosen dengan pola leaderless group discussion pada latsar CPNS Kemendikbud 2020. Masalah dalam penelitian ini adalah apakah dengan metode leaderless group discussion ini penyampaian materi pelatihan akan tercapai sesuai dengan rencana pembelajaran. Penelitian ini menggunakan metode quosi eksperimental dengan survei sederhana menggunakan pertanyaan terbuka pada Microsoft form dalam pengumpulan data dan jumlah responden sebanyak 136 orang Dosen dari berbagai perguruan tonggi diseluruh Indonesia. Hasil penelitian ini menunjukkan: (1) 92 % responden mengetahui metode pembelajaran LGD; (2) 84 % responden merasa lebih mudah memperoleh materi dengan metode LGD; (3) Kelebihan metode LGD adalah peserta aktif 56 %; (4) Kekurangan metode LGD oleh responden adalah waktu lebih lama sebanyak 88 responden.(5) Identifikasi anti korupsi ditempat kerja ditemukan sebanyak 95 %; (6) rencana aksi anti korupsi ditempat kerja setelah mengikuti latsar 99 % sudah mampu merencanakan. Kesimpulan dari penelitian ini bahwa metode Leaderles Group Discussion (LGD) sangat cocok diterapkan dalam pembelajaran penanaman nilai-nilai anti korupsi pada Latsar CPNS. Leaderless group discussion (LGD) is one of the andragogical learning methods where LGD is a way of learning by exchanging opinions, ideas, and information on several topics by group members without being led by the leader appointed at the beginning of the discussion. This study aims to develop a learning method in instilling anti-corruption values ​​for lecturers with a leaderless group discussion pattern on the CPNS Ministry of Education and Culture 2020. The problem in this study is whether with the leaderless group discussion method the delivery of training material will be achieved according to the learning plan. This study used an experimental quosi method with a simple survey using open questions on Microsoft form in data collection and the number of respondents was 136 lecturers from various Tonggi colleges throughout Indonesia. The results of this study indicate: (1) 92% of respondents know the LGD learning method; (2) 84% of respondents found it easier to obtain material using the LGD method; (3) The advantages of the LGD method are 56% active participants; (4) The disadvantage of the LGD method by respondents is that it takes 88 respondents longer. (5) Anti-corruption identification in the workplace is found to be 95%; (6) the anti-corruption action plan in the workplace after following the training program 99% are able to plan. The conclusion of this research is that the Leaderles Group Discussion (LGD) method is very suitable to be applied in learning to instill anti-corruption values ​​in CPNS Latsar.
Analisis Efektivitas Pelatihan Pelayanan Administrasi Terpadu Kecamatan (PATEN) dalam Meningkatkan Kualitas Pelayanan Publik di Kecamatan supriyanto supriyanto
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i2.74

Abstract

Masalah yang dibahas dalam penelitian ini adalah efektifitas pelatihan pelayanan administrasi terpadu kecamatan (paten) dan penelitian ini bertujuan untuk menggali faktor-faktor efektifitas pelatihan paten dalam meningkatkan kualitas pelayanan publik di kecamatan. Penelitian menggunakan metode penelitian kualitatif dengan pendekatan studi kasus, pengumpulan data melalui wawancara yang mendalam kepada penyelenggara pelatihan, instansi pengirim peserta pelatihan, instansi pembina program paten. Temuan penelitian efektifitas pelatihan paten terkait dengan faktor (1) Penyelenggara Pelatihan: a) penyelenggara tidak menyiapkan surat pernyataan yang harus diisi oleh intansi pengirim peserta mengenai jaminan keefektifan pelatihan paten, b) penyelenggara tidak tegas menolaknya peserta yang tidak sesuai dengan kriteria persyaratan, dan c) materi pelatihan paten belum berbasis kemajuan teknologi informasi. (2) Intansi Pengirim Peserta Pelatihan: a) dukungan dan komitmen pimpinan kecamatan memegang peranan penting dalam pengiriman peserta pelatihan dan penerapan hasil pelatihan di lingkungan kerja, b) mutasi pegawai yang tidak singkron dengan pembinaan pegawai, sehingga alumni peserta pelatihan tidak menerapkan hasil pelatihan di tempat kerjanya, c) terbatasnya anggaran dan sarana prasarana pendukung paten, dan d) harapan pengembangan pelatihan paten berbasis teknologi informasi. (3) Intansi Pembina Program Paten: program paten menjadi referensi materi pelatihan paten. Hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan masukan bagi Badan Pengembangan Sumber Daya Manusia Daerah Provinsi Jawa Tengah dalam meningkatkan efektifitas pelatihan yang sesuai dengan kebutuhan dilapangan sehingga lebih efektif dan efisien
Tindak Pengancaman dan Penyelamatan Muka dalam Komunikasi Virtual di Grup Whatsapp “WI Teknis BDK Surabaya” Jamal Jamal
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 1 (2021): Maret 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i1.76

Abstract

Komunikasi di media sosial whatsapp terindikasi banyak mengandung tindak pengancaman muka yang serius. Komunikator di whatsapp kurang menyadari kebutuhan muka komunikan sehingga ditemukan tuturan yang bernada menyinggung harga diri dan merugikan orang lain. Inilah yang mendorong penelitian deskriptif kualitatif dengan ancangan netnografi subjek penelitian 31 widyaiswara anggota grup whatsapp “WI Teknis BDK Surabaya”. Data percakapan dikumpulkan dengan cara partisipan terlibat yang di-screenshots dianalisis secara kualitatif interaktif. Hasil penelitian menunjukkan bentuk tindak pengancaman muka komunikan berupa ujaran yang berisi ketidaksetujuan, kritik, ejekan, pertentangan, emosi kasar, cerita hoaks, topik menghasut, panggilan merendahkan, memerintah, menawarkan, dan emosi marah, sedangkan bentuk tindak pengancaman muka komunikator berupa ujaran meminta maaf, menerima pujian, merendahkan diri, menerima ucapan terima kasih, menerima permintaan maaf, menerima pujian, menerima tawaran, berhenti memikirkan kesalahan orang, memaafkan, tidak membuka kekurangan orang lain, memperbaiki kesalahan orang, mengyampaikan ketidaksetujuan dan marah secara tidak langsung, mengurangi tensi dengan humor. Bentuk tindak penyelamatan muka disampaikan dengan strategi (a) penyelamatan muka apa adanya, berupa tidak membuka aib, menyampaikan ketidaksetujuan secara tidak langsung, mengurangi tensi dengan humor, marah tidak secara langsung (b) penyelamatan muka positif, berupa bersikap kooperatif, mengakui adanya persamaan (c) penyelamatan muka negatif, berupa meminimalkan daya, menggunakan pertanyaan sebagai pengganti perintah, dan (d) penyelamatan muka tersamar, berupa menggunakan implikatur percakapan. Faktor parameter sosiokultural yang menentukan tindak pengancaman dan penyelamatan muka adalah status sosial, kekuasaan relatif, tingkat keakraban. Untuk mereduksi tingkat ancaman dalam rangka menyelamatkan muka, komunikator memanfaatkan faktor keakraban. Disarankan pengguna whatsapp menyadari kebutuhan muka dan faktor sosiokultural dalam komunikasi, pengambil kebijakan mempertimbangkan hasil penelitian ini dalam pengembangan kompetensi kepribadian dan sosiokultural ASN. Kata kunci: tindak pengancaman muka, tindak penyelamatan muka. parameter sosiokultural There are indications that communication on whatsapp social media contains serious face threatening act. Communicators on whatsapp were not aware of the communicants' face needs so there were found speeches that offended their self-esteem and harmed others. This is what encourages qualitative descriptive research with a netnographic approach to research subjects 31 widyaiswara members of the whatsapp group "WI Teknis BDK Surabaya". Data conversations were collected by means of the involved participants that were screenshots, and were analyzed qualitatively and interactively. The results showed that the form of threatening communicants’face was in the form of utterances that contained disapproval, criticism, ridicule, contradiction, abusive emotions, hoax stories, topic of inciting, demeaning calls, ordering, offering, and angry emotions, while the form of threatening communicator's face was apologizing. accepting praise, humbling oneself, accepting thanks, accepting apologies, accepting compliments, accepting offers, stopping thinking about people's mistakes, forgiving, not opening up other people's shortcomings, correcting people's mistakes, conveying disapproval and anger indirectly, reducing tension by humor. The form of face saving act is conveyed with the strategy (a) face saving as it is, in the form of not opening disgrace, conveying disapproval indirectly, reducing tension with humor, indirect anger (b) saving face positively, in the form of being cooperative, acknowledging similarities ( c) saving negative faces, in the form of minimizing power, using questions as a substitute for orders, and (d) saving faces in disguise, in the form of using conversational implicatures. The socio-cultural parameters that determine the act of threatening and saving face are social status, relative power, and level of intimacy. To reduce the level of threat for saving face, communicators take advantage of the familiarity factor. It is recommended that whatsapp users be aware of face needs and sociocultural factors in communication, policy makers consider the results of this study developing personality and sociocultural competencies of state civil apparatus. Keywords: face saving act, face threatening act, sociocultural parameters.
Kualitas Layanan Widyaiswara dan Kepuasan Peserta Pelatihan di BPSDMD Provinsi Sulawesi Tengah Yuli Trisnaningsih
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i2.82

Abstract

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui pengaruh kualitas layanan Widyaiswara terhadap kepuasan peserta pelatihan di BPSDMD Provinsi Sulawesi Tengah dan mengetahui dimensi kualitas pelayanan yang paling berpengaruh terhadapan kepuasan peserta pelatihan. Penelitian melibatkan 210 responden yang merupakan peserta Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat III, Pendidikan dan Pelatihan Kepemimpinan Tingkat IV dan Pelatihan Dasar Calon Pegawai Negeri Sipil tahun 2019 sedangkan pengolahan data dilakukan pada tahun 2020. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah mixed method. Teknik penyampelan purporsive sampling, dengan metode sequential explanatory. Teknik analisis data dengan uji regresi linier berganda menggunakan bantuan Software Statistical Package for Social Science (SPSS) 23. Hasil penelitian menunjukan bahwa Widyaiswara secara keseluruhan (simultan) memberikan pengaruh yang positif dan signifikan terhadap kepuasan peserta pelatihan, yaitu sebesar 60,1%, sedangkan pengaruh secara parsial masing-masing dimensi yaitu Tangible sebesar 33,5%, Reliability sebesar 28%, Responsiveness sebesar 28,9%, Assurance sebesar 16,3%, dan Emphaty sebesar 42,8%. Dimensi kualitas pelayanan yang paling dominan terhadap kepuasan pesera pelatihan adalah Emphaty sebesar 42,8%
Kearifan Lokal Pijat Bayi bagi Peningkatan Berat Badan Bayi Ina Yuniati
Jurnal Widyaiswara Indonesia Vol. 2 No. 2 (2021): Juni 2021
Publisher : Dewan Pimpinan Pusat Asosiasi Profesi Widyaiswara Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.56259/jwi.v2i2.86

Abstract

Pijat bayi merupakan salah satu kearifan lokal setiap daerah di Indonesia. Namun fenomena yang terjadi, di perkotaan training bermunculan dilakukan oleh NGO dan sektor swasta tanpa standar, sementara di daerah dilakukan secara turun temurun oleh dukun paraji dan kasepuhan yang tidak pernah dilatih. Pengambil kebijakan dan Tenaga kesehatan masih belum yakin terhadap kemanfaatan pijat bayi untuk meningkatkan berat badan. Sementara angka stunting di Indonesia masih tinggi 27,67 %, menduduki posisi rangking ketiga dari 11 Negara WHO ASEAN. Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui pengaruh pijat terhadap berat badan bayi ASI eksklusif. Desain penelitian menggunakan studi kuantitatif, dengan pendekatan crossectional, menggunakan purposive random sampling. Lokasi penelitian di Klinik Pratama Praktik Bidan Anny di Pasar Rebo, dan Puskesmas Kademangan Jakarta Barat. Pengambilan data dilakukan selama tiga bulan, April sampai dengan Juni 2020, jumlah responden 30. Pengambilan data primer melalui wawancara langsung, data sekunder diambil dari rekam medis hasil pencatatan pemijatan bayi, dan penimbangan berat badan bayi dalam buku KIA. Analisis data menggunakan analisis univariate, analisis bivariate menggunakan uji Wilcoxon, analisis multivariate menggunakan regresi logistic berganda. Hasil penelitian menunjukan hypotesa (Ha) diterima, bahwa terdapat pengaruh yang signifikan stimulasi pijat bayi terhadap perkembangan berat badan bayi ASI eksklusif, nilai p value 0.031, perkembangan berat badan bayi ASI eksklusif yang diberikan pijat menunjukan kenaikan yang lebih tinggi selama 6 bulan pertama kehidupan, rata rata kenaikan setiap bulan 773,33 gram, sementara factor ibu dan bayi tidak menunjukan pengaruh yang signifikan. Hasil penelitian menjadi bukti ilmiah bahwa Kearifan Lokal budaya Pijat bermanfaat meningkatkan berat badan bayi ASI Eksklusif pada 6 bulan pertama kehidupan. Menjadi evidence penguat kebijakan, memberi keyakinan kepada para praktisi, pejabat pengambil keputusan, dan para orang tua untuk melakukan pijat bayi sebagai stimulasi peningkatan berat badan secara optimal