cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota bandung,
Jawa barat
INDONESIA
Edutech
ISSN : 08521190     EISSN : 25020781     DOI : -
Core Subject : Education,
Jurnal Edutech adalah jurnal majalah ilmiah di Program Studi Teknologi Pendidikan Universitas Pendidikan Indonesia yang terbit sebanyak tiga kali dalam setahun pada bulan Februari, Juni, dan Oktober. Semua artikel yang dikirim melalui proses peer review double blind dan ulasan editor sebelum di publikasikan.Jurnal Edutech atau kepanjangan dari Educational Technology ini menerima artikel tentang pendidikan, teknologi pendidikan dan komunikasi
Arjuna Subject : -
Articles 241 Documents
NOMOPHOBIA DALAM PERSPEKTIF MEDIA, BUDAYA DAN TEKNOLOGI Hardianti, Fitri
EDUTECH Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v18i2.17134

Abstract

Nomophobia is an abbreviation of "No Mobile Phone Phobia" which is a concern that arises when it is far from its Mobile Phone. Those who have a tendency to suffer from nomophobia will be overwhelmed with anxiety when away from their Mobile Phone so they will always try to be close to their Mobile Phone. This can certainly be a psychiatric disorder and can even have an aggressive impact on others if you don't find the Mobile Phone with him. The purpose of this research is to find out the meaning of nomophobia in the perspective of media, culture and technology from the point of view of students who have nomophobic tendencies. The method used in this study is qualitative with a phenomenological approach. Data collection techniques used were in-depth interviews. The data analysis technique uses miles and huberman interactive model analysis. And the data validity technique in this study uses source triangulation. The results of this study are that it is known that there is a close connection between Nomophobia and the perspective of media, culture and technology. As for the meaning, rituals and motives of a person in using Mobile Phone is different. Among the meanings of the informants regarding Mobile Phone, namely: there are those who interpret it as a source of information, some say as a tool that connects with other people, and there are also those who interpret it as a source of income. As for the self-ritual of students with nomophobic tendencies where they are daily dependent on the presence of mobile phones, whether it is to seek information, related to work and so on. And besides, their motives for using Mobile Phone can be concluded that is related to the need for technology in facilitating their daily work.Nomophobia adalah singkatan dari "No Mobile Phone Phobia" yang merupakan kekhawatiran yang muncul ketika jauh dari Handphone-nya. Mereka yang memiliki kecenderungan menderita nomophobia akan diliputi rasa cemas saat jauh dari Ponselnya sehingga mereka akan selalu berusaha dekat dengan Ponselnya. Hal ini tentunya bisa menjadi gangguan kejiwaan dan bahkan bisa berdampak agresif pada orang lain jika tidak menemukan Handphone bersamanya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui makna nomophobia dalam perspektif media, budaya dan teknologi dari sudut pandang siswa yang memiliki kecenderungan nomophobia. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif dengan pendekatan fenomenologis. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah wawancara mendalam. Teknik analisis data menggunakan analisis model interaktif miles dan huberman. Dan teknik keabsahan data dalam penelitian ini menggunakan triangulasi sumber. Hasil penelitian ini diketahui bahwa ada hubungan erat antara Nomophobia dengan perspektif media, budaya dan teknologi. Adapun makna, ritual dan motif seseorang dalam menggunakan Handphone berbeda-beda. Diantara pengertian informan mengenai Handphone yaitu : ada yang mengartikan sebagai sumber informasi, ada yang mengatakan sebagai alat penghubung dengan orang lain, dan ada juga yang mengartikan sebagai sumber pendapatan. Adapun ritual diri siswa dengan kecenderungan nomophobic dimana mereka sehari-hari bergantung pada keberadaan handphone, baik itu untuk mencari informasi, berhubungan dengan pekerjaan dan lain sebagainya. Selain itu, motif mereka dalam menggunakan Handphone dapat disimpulkan terkait dengan kebutuhan akan teknologi dalam mempermudah pekerjaan sehari-hari mereka.
ANALYTICAL DESCRIPTIVE STUDY OF RELIGIOUS ATTITUDE CONSTRUCTION MODEL AT LPTK ORGANIZING PROFESSIONAL POST SM-3T TEACHER EDUCATION IN INDONESIA Suresman, dkk, Edi
EDUTECH Vol 14, No 3 (2015): INOVASI MODERN DALAM PENDIDIKAN
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v14i3.1389

Abstract

 Abstrack, A successful education is influenced by various factors, one of which is method or approach to education to build a religious attitude for students. One of Islamic values-based learning methods that have been implemented at UPI in an effort to build religious attitude of PPG Post SM-3T participants is targhib and tarhib learning model and the results are very effective. The focus of problem in this study is on whether targhib - tarhib model was used in other LPTKs in building religious attitude for PPG Post SM-3T participants?The purpose of this study is to understand what learning model is applied in LPTK organizing PPG Post SM-3T in building religious attitude for PPG participants?This study was conducted by using a descriptive approach, qualitative-interpretative. The techniques of data collection used are questionnaire in the form of religious attitude distributed to PPG Post SM-3T participants, religious builder in a dormitory, and manager, and participation observation in the field. The data analysis was performed in five steps: verification of the data, presentation of the serial number for answer sheets, scoring of answer sheet, calculation of religious attitude trends by estimating the population and its percentage, and analysis of trends to differences in the effectiveness of each method used to mold religious attitude in each of LPTK organizing PPG.The results of the study suggest any variation of models used in each of LPTK, i.e., lectures, tutorials, thariqah shufis and targhibs - tarhibs. The targhib - tarhib have the most successful position than other models. Targhib – tarhib are 84%, lectures, 50%, shufis, 80%, tutorials, 70%. Keywords: Construction Model, Religious Attitude, PPG Post SM-3T. Abstrak, Keberhasilan pendidikan dipengaruhi oleh berbagai faktor, salah satu faktor tersebut adalah metode atau pendekatan pendidikan yang dapat membangun sikap religius bagi peserta didik. Salah satu metode pembelajaran berbasis nilai-nilai Islam yang sudah diimplementasikan di UPI dalam upaya membangun sikap religius peserta PPG Pasca SM-3T yaitu model pembelajaran targhib dan tarhib dan hasilnya sangat efektif. Fokus permasalahan dalam penelitian ini adalah apakah model targhib – tarhib digunakan di LPTK lain dalam pembinaan sikap religius bagi peserta PPG Pasca SM-3T?Tujuan penelitian ini adalah ingin mengetahui model pembelajaran seperti apa yang diterapkan LPTK penyelenggara PPG Pasca SM-3T dalam pembinaan sikap religius bagi peserta PPG?Penelitian ini menggunakan pendekatan deskriptif, kualitatif-interpretatif. Teknik pengumpulan data digunakan angket berupa sikap religius yang disebar kepada para peserta PPG Pasca SM-3T, pembina keagamaan di asrama, pengelola asrama juga melalui observasi partisipasi di lapangan. Analisis data dilakukan dengan lima langkah berikut, yaitu verifikasi data, pemberian nomor urut lembar jawaban, penyekoran lembar jawaban, menghitung kecenderungan sikap religius dengan menaksir terhadap populasi dan prosentasenya, serta menganalisis kecenderungan perbedaan efektivitas dari masing-masing metode yang digunakan untuk membentuk sikap religius di setiap LPTK penyelenggara PPG.Hasil penelitian menunjukkan adanya variatif model yang digunakan di masing – masing LPTK, yaitu model kuliah, model tutorial, model thariqah shufi dan model targhib – tarhib. Dan model targhib – tarhib menempati posisi yang paling berhasil dibanding model lainnya. Targhib – tarhib 84%, model kuliah 50%, model shufi 80%, model tutorial 70%.Kata kunci : Model Pembinaan, Sikap Religius, PPG Pasca SM-3T.
IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 PADA SEKOLAH MENENGAH KEJURUAN DI BANDUNG Alinawati, Muthia
EDUTECH Vol 13, No 3 (2014): DINAMIKA PENDIDIKAN DAN LAYANAN PEMBELAJARAN
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v13i3.3088

Abstract

Abstract. 2013 Curriculum is the result of 2007 KTSP Curriculum revision which was shortly performed. The implementation of 2013 Curriculum (Kurtilas) faced several obstacles. This study aimed to find out how 2013 Curriculum was implemented. This study was conducted at secondary level of a senior high vocational school concentrated in the field of aviation. In the implementation of the 2013 curriculum, there were many obstacles faced by both teachers and students. The school has held in house training to make all teachers understands about the curriculum and thus could apply it in the classroom. Yet in reality teachers sometimes misunderstood the practice of the curriculum. The 2013 Curriculum is ideal for use in today’s school learning system because the indicators in the curriculum are able to provide positive habituation for students.Keywords: 2013 Curriculum, curriculum implementation, curriculum changeAbtrak, kurikulum 2013 merupakan hasil dari revisi kurikulum KTSP tahun 2007 yang dilakukan dengan singkat. Pada pelaksanaan kurikulum 213 (Kurtilas) terdapat beberapa kendala yang dihadapi. Penelitian ini bermaksud untuk mengetahui bagaimana pelaksanaan dari Kurtilas ini. Penelitian dilakukan pada tingkat Sekolah Menengah Atas yaitu Sekolah Menengah Kejuruan Negeri yang berkonsentasi pada bidang penerbangan. Pada pelaksanaan kurtilas ini berbagai kendala dihadapi baik oleh siswa ataupun guru. Pihak sekolah sudah mengadakan acara “In House Training” yang mengupayakan agar semua pendidik yang ada paham akan Kurikulum 2013 dan dapat diaplikasikan dalam pembelajaran di kelas. Tapi pada kenyataannya guru terkadang salah paham akan dalam pelaksanaannya. Kurikulum 2013 sangat tepat untuk digunakan dalam sistem pembelajaran sekarang di persekolahan , karena dengan indikator-indikator yang ada dalam kurikulum 2013 dapat memberikan pembiasaan – pembiasaan yang positif bagi siswa.Kata kunci : Kurikulum 2013, implementasi, perubahan kurikulum
HUBUNGAN PELAJAR SMA DENGAN GURU DI KOTAMADYA BANDUNG Alia A., Mirna Nur
EDUTECH Vol 13, No 1 (2014): DINAMIKA PENDIDIKAN DAN PEMBELAJARAN
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v13i1.3219

Abstract

Abstract, this article analyses relationship between students of senior high school (SMA)and their teachers in terms of learning process in Bandung. According to students perception, they have many problems in relation with their teachers, such as communication gap, conflicts and difficult to understand what the teachers say in classes. However, those students have some efforts to solve those problems. The objective of this study is to seek how youth overcome their problems in order to challenge their future.Key Word: Relations, Teacher, StudentAbstrak, artikel ini menganalisis tentang hubungan antara pelajar SMA dan guru mereka dalam proses kegiatan belajar mengajar di Bandung. Berdasarkan persepsi pelajar, mereka memiliki banyak kendala dalam menghadapi hubungan dengan para guru, seperti kesenjangan komunikasi, konflik-konflik, dan kesulitan untuk memahami apa yang guru sampaikan di kelas. Namun, sebagai pelajar, mereka tetap memiliki usaha dan keinginan untuk menyelesaikan masalah tersebut. Tujuan dari kajian ini adalah untuk mencari bagaimana remaja mengatasi masalah mereka dalam rangka untuk menantang masa depan mereka.Kata Kunci : Hubungan, Guru, Siswa
APPLICATION METHODS TO INCREASE OF ROLE PLAYING ON LEARNING MATERIALS PRESERVING NKRI (PENERAPAN METODE ROLE PLAY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA MATERI MENJAGA KEUTUHAN NKRI) -, Mahfudin
EDUTECH Vol 15, No 3 (2016): ESENSI PEMBELAJARAN MASA KINI
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v15i3.4126

Abstract

Abstract. Uncertainty in the nation's economy, the impact of globalization as well as various crises and disasters are problems that may lead to national disintegration which make few groups want to secede from NKRI. All these problems unilaterally are evidences of the unreliability of civic education learning as a subject that mandates to maintain the integrity of NKRI, not in the macro scope but in giving civic education as early as possible from the elementary school. The learning outcomes of civic education learning do not only include the acquisition of knowledge, but more to the acquisition of feeling and behavior. Consequently, in the pre-cycle, the researcher found difficulties to integrate the two domains, which made the learning outcomes below the mini-mum mastery criteria, students’ behavior lacking the feeling of love to their homeland and stu-dents’ motivation in learning low. To solve the problems, the researcher used role play method and as a result, after two cycles, students’ learning outcomes increased. The percentage of stu-dents’ minimum mastery criteria increased from 52% (score 75) to 69% in cycle I and 96% in cycle II. In addition, the students’ were more motivated in learning, followed ceremony in an or-derly manner, and behaved in ways that reflect the love of homeland. It can be concluded that ap-plying role play method in the lesson of preserving the integrity of NKRI at Grade V SDN Cilengkrang North Sumedang Regencey, students’ learning outcomes could be improved.Keywords: Role Play Method, Civic Education Learning, Integrity of The Unitary State of The Republic of IndonesiaAbstrak. Ketidakpastian kondisi perekonomian bangsa, pengaruh globalisasi serta berbagai krisis dan bencana merupakan permasalahan yang merujuk ke arah disintegrasi bangsa. Sehingga segelintir kelompok ingin memisahkan diri dari NKRI. Semua permasalahan diatas secara sepihak merupakan suatu bukti ketidak mempanan pembelajaran PKn sebagai mata pelaja-ran yang mengamanatkan untuk menjaga keutuhan NKRI, tetapi bukan dari kasus makro melain-kan harus dimulai sedini mungkin dari lingkungan sekolah dasar. Hasil belajar PKn tidak hanya menuntut penguasaan pengetahuan, tetapi lebih kepada perasaan dan perilaku. Maka dari itu ketika pra siklus penulis mengalami kesulitan untuk memadukan ranah tersebut sehingga hasil belajar di bawah KKM, perilaku siswa akan rasa cinta tanah air kurang melekat, bahkan semangat belajar kurang termotivasi. Maka dengan itu, penulis merancang sebuah pembelajaran dengan metode Role Play. Alhasil dengan dua kali tindakan hasil belajar siswa pun meningkat. Persentase ketun-tasan belajar siswa mengalami peningkatan dari 52% yang mencapai nilai KKM yaitu 75. Pada siklus I meningkat mejadi 69% dan siklus II 96%. Siswa pun belajar dengan semangat, mengikuti upacara dengan tertib, dan berperilaku yang mencerminkan cinta tanah air. Maka dari itu dengan menerapkan metode Role Play pada pembelajaran pentingnya menjaga keutuhan NKRI di kelas V SDN Cilengkrang Kecamatan Sumedang Utara hasil belajar siswa dapat meningkat.Kata Kunci: Metode Role Play, Pembelajaran PKn, Keutuhan NKRI
PENGALAMAN KOMUNIKASI GURU HOMESCHOOLING Hakim, Aji Zul; Hafiar, Hanny; Puspitasari, Lilis
EDUTECH Vol 16, No 2 (2017): GLOBAL EDUCATION
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v16i2.4125

Abstract

Homeschooling is an alternative education model for child who find it less suited to formal school. In the development of this model reap the pros and cons in the society. Various attemps were made by institutions and association to change the paradigm of society, on of them by optimizing the role of teacher. Research with phenomenological approach is sought to know the communications behavior of homeschooling teacher. Eight teacher from four homeschooling institutions are involved through some in-depth interviews. In addition, data collection is done through participant obersvation and study of literature. The result showed the meaning of homeschooling affected by their experience in teaching, which affects their act in the form of personal branding, including their communications behaviour in contributing to the socialization of homeschooling.Homeschooling merupakan model pendidikan alternative bagi anak yang merasa kurang cocok dengan sekolah formal. Dalam perkembangannya model pendidikan ini menuai pro dan kontra di masyarakat. Berbagai upaya dilakukan oleh lembaga dan asosiasi untuk merubah paradigma masyarakat, salah satunya dengan optimalisasi peran guru. Penelitian dengan pendekatan fenomenologis ini berupaya mengetahui perilaku komunikasi Guru Homeschooling. Delapan orang Guru Homeschooling dari empat lembaga di Kota Bandung dilibatkan melalui wawancara mendalam. Selain itu, pengumpulan data dilakukan melalui observasi partisipatif dan studi kepustakaan. Hasil penelitian menunjukan pemaknaan homeschooling oleh guru dipengaruhi pengalaman mereka selama mengajar, yang mempengaruhi tindak lanjut mereka dalam membentuk personal branding, termasuk perilaku komunikasi mereka dalam berkontribusi pada sosialisasi homeschooling.
EFEKTIVITAS PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN MULTILITERASI TERHADAP PENGEMBANGAN KETERAMPILAN LITERASI MEDIA PESERTA DIDIK PADA PROGRAM BK-TIK Pramida, Deuis; Johan, Riche Cynthia; Darmawan, Deni
EDUTECH Vol 17, No 1 (2018): INTERDISIPLINER PEMBELAJARAN
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v1i1.9937

Abstract

Abstract. The study reviewing issues about " the effectiveness application of learning multiliteracy model in development media literacy skills of student in BK-TIK program at Indonesia university of education pilot laboratories junior high school (Lab. School) at Cibiru Bandung”, while the general purpose of this study was to describe the effectiveness application of learning multiliteracy model in development media literacy skills of student in BK-TIK program at Indonesia university of education pilot laboratories junior high school (Lab. School) at Cibiru Bandung. The method used in this study is a quasi-experimental, with single group interrupted time series design, while the population of student class VII in BK-TIK program at Indonesia university of education pilot laboratories junior high school (Lab. School) at Cibiru Bandung as many as 60 people with a sample of 30 people. Data processing hypothesis test with two-sample t-test (paired sample test) aided SPSS Statistics 20 and then drawing conclusions. Based on the research results obtained in the field, in general it can be concluded that the application of learning models multiliterasi effectively to the development of media literacy skills of students in BK-TIK program. In particular, the research conclusions can be described as follows, concluding the first, there is a significant difference before and after applying the learning model multiliterasi to the development of media literacy skills aspect critical understanding. The second conclusion, there is a significant difference before and after applying the learning model multiliterasi on media literacy skills development aspect of social competence. Abstrak. Penelitian ini mengkaji tentang permasalahan “efektivitas penerapan model pembelajaran multiliterasi terhadap pengembangan keterampilan literasi media peserta didik pada program BK-TIK di SMP Laboratorium Percontohan UPI Kampus Cibiru Bandung”, sedangkan tujuan umum dilakukannya penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan efektivitas penerapan model pembelajaran multiliterasi terhadap pengembangan keterampilan literasi media peserta didik pada program BK-TIK di SMP Laboratorium Percontohan UPI Kampus Cibiru Bandung. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuasi eksperimen, dengan desain penelitian yang digunakan Single group interrupted time series design, sedangkan populasi peserta didiknya kelas VII Program BK-TIK di SMP Laboratorium Percontohan UPI Kampus Cibiru Bandung, sebanyak 60 orang dengan sampel 30 orang. Pengolahan data uji hipotesis dilakukan dengan uji t-dua sampel (sampel paired test) berbantuan SPSS Statistics 20 dan selanjutnya penarikan simpulan. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh di lapangan, secara umum dapat disimpulkan bahwa penerapan model pembelajaran multiliterasi efektif terhadap pengembangan keterampilan literasi media peserta didik pada program BK-TIK. Secara khusus, simpulan penelitian dapat diuraikan sebagai berikut, simpulan yang pertama, penggunaan model pembelajaran multiliterasi secara signifikan efektif terhadap pengembangan keterampilan literasi media peserta didik aspek critical understanding sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran multiliterasi. Simpulan yang kedua, penggunaan model pembelajaran multiliterasi secara signifikan efektif terhadap pengembangan keterampilan literasi media peserta didik aspek social competence sebelum dan sesudah menerapkan model pembelajaran multiliterasi.
MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MELALUI PENDEKATAN INTERPERSONAL DI SMPN 3 PAGADEN -, Ruhiyat
EDUTECH Vol 17, No 3 (2018): KOMPUTER, SEKOLAH & KOMUNITAS BELAJAR
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v17i3.14337

Abstract

SMPN 3 Pagaden salah satu lembaga pendidikan formal yang terletak di utara Kabupaten Subang yang memiliki serangkaian permasahan yang kerap kali terjadi di dunia pendidikan di Indonesia. Motivasi belajar siswa tidak terlepas dari pengaruh sosial budaya setempat yang mayoritas dibentuk oleh bentang pertanian. Karakter wilayah pertanian yang cenderung menampilkan profil wilayah yang sejuk dan kurang memberikan tantangan membentuk masyarakat yang pasif. Pernyataan tersebut dapat dibuktikan dari prestasi akademik siswa SMPN 3 Pagaden yang masih jauh dari harapan. Disamping itu pula pola pembelajaran lebih bersifat pada teacher centre dan kurang menggali potensi serta kecerdasan siswa. Dari rata-rata nilai tersebut di dalamnya terdapat mata pelajaran PPKn yang dilihat dari KKM (kriteria ketuntasan minimum) masih banyak peserta didik yang belum tuntas.Pada uraain di atas ditemukan permasalahan pada hasil pembelajaran yang rata-rata belum mencapai KKM pada mata pelajaran PPKn sehingga mendorong dilakukannya penelitian ini guna mencari sebuah solusi yang diharapkan dapat memberikan hasil yang positif. Dari serangkaian kasus biasanya hasil belajar ini sangat dipengaruhi oleh proses belajar sehingga berbagai metode dilakukan dalam upayanya untuk memperbaiki hasil belajar siswa. Salah satu model pembelajaran yang digunakan adalah pembejaran berbasis multiple intelegences dengan pendekatan interpersonal, keunggulan dari model pembelajaran ini adalah siswa akan diberikan porsi pembelajaran sesuai dengan bakat masing-masing. Hal ini sesuai dengan apa yang dikemukakan oleh Gardner dalam bukunya pembelajaran berbasis multiple intelegences, Gardner menyatakan jangan ajarkan kuda untuk terbang dan jangan ajarkan burung untuk berenang tetapi ajarkan kuda untuk berlari dan ajarkan burung untuk terbang sesuai dengan kodratnya. Begitupun dengan peserta didik harus diberikan pembelajaran yang sesuai dengan minat dan bakatnya agar pembelajaran yang disampaikan dapat berjalan dengan efektif dan efisien.
THE PUBLIC SPHERE AS THE EDUCATION OF MULTICULTURALISM AWARENESS -, Yusar
EDUTECH Vol 14, No 1 (2015): DINAMIKA PENDIDIKAN INDONESIA
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/edutech.v14i1.938

Abstract

Abstract. This article was endeavor to describe the  awareness multicultural education in the Chinese Lampion Festival in Kota Bandung since 2011 to 2013. The research was held with the longitudinal, qualitative, and adopt to the action research methods. The evidence was describe that the public sphere was success to build the communicative action between the native ethnics and the Chinese. By the public sphere, each ethnics perceived their cultural differences and appreciate as an equality.  By this public sphere, the multiculturalism awareness was formed succesfully and reduce the ethnical stereotype between the native ethnics and the Chinese.  This article conclude that the awareness multicultural education may be doing by creating the public spheres. Keywords:   public sphere, education, multiculturalism Abstrak. Artikel ini menggambarkan pendidikan kesadaran multikulturalisme  melalui perayaan Cap Go Meh.  Etnis-etnis tempatan yang mengklaim sebagai pribumi memiliki stereotipe etnis yang kuat terhadap etnis Tionghoa. Penelitian telah dilakukan dengan paradigma kualitatif yang bersifat longitudinal mengadopsi pada metode action research. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ruang publik yang dibangun antara etnis tempatan dengan etnis Tionghoa memunculkan tindakan komunikatif antar etnis.  Melalui penciptaan ruang publik tersebut, kesadaran akan keberagaman muncul dari masing-masing etnis dan memadang bahwa budaya masing-masing berdiri setara dan muncul penghargaan atas masing-masing kebudayaan. Pemahaman multikulturalisme terbangun karena ruang publik yang diciptakan. Bagian penutup dijelaskan bahwa pendidikan kesadaran multikultur dapat ditempuh melalui penciptaan ruang-ruang publik. Kata kunci:  ruang  publik, pendidikan, multikulturalisme
DEVELOPING THE INFORMATION LITERACY-BASED CURRICULUM FOR TEACHER EDUCATION Winangun, Muhammad Mamduh; Darmawan, Deni
EDUTECH Vol 18, No 2 (2019)
Publisher : Prodi Teknologi Pendidikan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17509/e.v18i2.15018

Abstract

The ability of information literacy is very important for teachers in carrying out their duties and functions because it is related to the teacher's ability to find, access, and evaluate information. In addition, information literacy skills are also related to lifelong learning that teachers need to improve their competence independently. Information literacy competencies need to be established through education and training in universities. Some studies have found that the teacher's literacy ability is still low. It takes an effort to prepare teacher candidates who have information literacy skills, one of which is by developing an information literacy-based curriculum (ILbC) for teacher education. In this article, the author studies literature related to curriculum concepts, organizations, models, designs and curriculum structure based on information literacy for teacher education. Base on the analysis, the ecletic (combination of cognitive process and technological concept) concept, integrate curriculum organization, Walker model, and problem centered design is appropriate fo developing ILbC. The curriculum structure is also presented. This curriculum is expected to be an alternative to develop information literacy skills of prospective teacher students.Kemampuan literasi informasi sangat penting bagi guru dalam menjalankan tugas dan fungsinya karena berkaitan dengan kemampuan guru dalam mencari, mengakses, dan mengevaluasi informasi. Selain itu, keterampilan literasi informasi juga berkaitan dengan pembelajaran sepanjang hayat yang dibutuhkan guru untuk meningkatkan kompetensinya secara mandiri. Kompetensi literasi informasi perlu dibentuk melalui pendidikan dan pelatihan di perguruan tinggi. Beberapa penelitian menemukan bahwa kemampuan literasi guru masih rendah. Dibutuhkan upaya untuk mempersiapkan calon guru yang memiliki keterampilan literasi informasi, salah satunya dengan mengembangkan kurikulum berbasis literasi informasi (ILbC) untuk pendidikan guru. Pada artikel ini, penulis mengkaji literatur terkait konsep kurikulum, organisasi, model, desain dan struktur kurikulum berbasis literasi informasi untuk pendidikan guru. Berdasarkan analisis, konsep ekletik (kombinasi proses kognitif dan konsep teknologi), integrasi organisasi kurikulum, model Walker, dan desain yang berpusat pada masalah sesuai untuk mengembangkan ILbC. Struktur kurikulum juga disajikan. Kurikulum ini diharapkan dapat menjadi alternatif untuk mengembangkan keterampilan literasi informasi siswa calon guru.

Page 5 of 25 | Total Record : 241