cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 552 Documents
SELECTION OF VEGETATIVE AND GENERATIVE CHARACTERS OF ARABICA COFFEE BY USING SEQUENTIAL PATH ANALYSIS AND STRUCTURAL EQUATION MODELS WARDIANA, EDI; PRANOWO, DIBYO
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRACTInterrelations among vegetative, generative and yield characters incoffee plantation is important in breeding and selection programs.Interrelationships among these characters are the causal model and it canbe analyzed by Sequential Path Analysis (SPA). This research was carriedout at Pakuwon Experimental Station located at 450 m above sea level, inLatosol soil type with B type of climate, from December 2010 to April2012. The objectives of this research is to analyze the direct or indirectinfluence of several vegetative and generative characters on yieldcharacters of Arabica coffee through the application of SPA and StructuralEquation Models (SEM). The observation method with systematicsampling on 40 Arabica coffee plants of Kartika 1 and Kartika 2 varietieswere used in this study. The results showed that the number of cherries ofArabica coffee var. Kartika 1 and 2 population in Pakuwon ExperimentalStation were affected directly by generative and indirectly by vegetativecharacters. Plant height and stem girth can be used as positive selectioncriteria for high yielding at vegetatite phase, while the character of widthcanophy can be used as negative selection criteria. In generative phase, thecharacter of quantity of productive branches and the amount of berries andflower cluster can be used as positive selection criteria.Keywords: Coffea arabica, selection, vegetative, generative, yield,sequential path analysis, structural equation modelsABSTRAKKeterkaitan antara karakter vegetatif, generatif dan hasil padatanaman kopi merupakan hal penting dalam program pemuliaan danseleksi. Model saling keterkaitan antar karakter tersebut adalah modelsebab-akibat dan dapat dianalisis melalui Analisis Lintasan Bertahap(ALB). Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Pakuwon, padaketinggian tempat 450 m dpl, jenis tanah Latosol, dan tipe iklim B, mulaibulan Desember 2010 sampai April 2012. Tujuan penelitian adalah untukmenganalisis beberapa karakter vegetatif dan generatif yang berpengaruhterhadap karakter hasil tanaman kopi Arabika melalui penggunaan ALBdan Model Persamaan Struktural (MPS). Metode yang digunakan adalahmetode observasi dengan teknik penentuan pohon contoh secara sistematissebanyak 40 tanaman kopi Arabika varietas Kartika 1 dan Kartika 2. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa jumlah buah pada populasi kopi Arabikavarietas Kartika 1 dan 2 di KP Pakuwon dipengaruhi secara langsung olehkarakter generatif dan secara tidak langsung oleh karakter vegetatif. Padafase vegetatif, karakter tinggi tanaman dan diameter batang dapatdigunakan sebagai kriteria seleksi positif untuk produksi tinggi,sedangkan karakter lebar tajuk dapat digunakan sebagai kriteria seleksinegatif. Pada fase generatif, karakter jumlah cabang produktif serta jumlahklaster buah dan bunga dapat digunakan sebagai kriteria seleksi positif.Kata kunci: Kopi arabika, seleksi, vegetatif, generatif, hasil, analisislintasan bertahap, model persamaan struktural
POTENSI BAKTERI ENDOFIT DALAM UPAYA MENINGKATKAN PERTUMBUHAN, PRODUKSI, DAN KANDUNGAN ANDROGRAFOLID PADA TANAMAN SAMBILOTO GUSMAINI, GUSMAINI; AZIZ, SANDRA ARIFIN; MUNIF, ABDUL; SOPANDIE, DIDY; BERMAWIE, NURLIANI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKBakteri endofit hidup di dalam jaringan tanaman yang sehat danberperan antara lain di dalam memacu pertumbuhan tanaman denganmenghasilkan senyawa-senyawa zat pengatur tumbuh, seperti IAA, GA 3 ,dan Sitokinin. Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi potensi bakteriendofit dalam  meningkatkan pertumbuhan, produksi, dan kadarandrografolid pada tanaman sambiloto. Penelitian dilakukan di rumah kacaBalittro Cimanggu Bogor pada Oktober 2011–Mei 2012. Perlakuandisusun mengikuti Rancangan Acak Kelompok, enam perlakuan danempat ulangan. Perlakuan terdiri dari (1) kontrol, dan perlakuan bakteriendofit yaitu (2) 20BB, (3) 5MD, (4) 20BD, (5) 20CD (perlakuan 2-5masing-masing terdiri dari 4 jenis isolat), dan (6) 90AA (isolat tunggal).Suspensi bakteri endofit (50 ml/tanaman) diberikan 4 kali yaitu padaminggu ke 3, 5, 7, dan 9 setelah tanam dengan konsentrasi 10 10 spk/ml.Hasil penelitian menunjukkan bahwa bakteri endofit berpengaruh postifdan nyata dalam meningkatkan pertumbuhan, produksi herba segar dankering serta andrografolid pada tanaman sambiloto lebih baikdibandingkan kontrol. Peningkatan pertumbuhan tertinggi ditunjukkanpada tinggi tanaman dan jumlah cabang primer yaitu masing-masing24,7% (20 CD) dan 42,2% (20 BB). Produksi herba kering meningkat 25-82,81%, sejalan dengan meningkatnya serapan hara N (64,7-158,8%), P(50-100%), dan K (65-155%). Peningkatan produksi herba kering danandrografolid terbaik diperoleh dari penggunaan 20 CD (82,81 dan142,11%), 20 BB (88,75 dan 131,58%), dan 20 BD (65,63 dan 131,58%).Implikasi dari hasil penelitian ini bahwa bakteri endofit berpotensi untukdikembangkan pada budidaya tanaman sambiloto.Kata kunci: Andrographis paniculata, bakteri endofit, andrografolid,pertumbuhan, produksiABSTRACTEndophytic bacteria live within healthy plant tissue and playimportant roles, such as producing compounds of plant growth regulatorssubstances such as IAA, GA 3 , and Cytokinin. The aims of this research isto evaluate the potential of endophytic bacteria to promote the growth,andrographolide content, and dry matter yield of king of bitter. Theresearch was conducted in the greenhouse of Cimanggu Balittro in October2011-May 2012. Treatments were arranged in a randomized completeblock design with six treatments and four replications. Treatments consistof (1) control, and 5 kinds of endophytic bacteria isolates such as (2)20BB, (3) 5MD, (4) 20BD, (5) 20CD (treatments no.2-5, consisted of 4types of isolate), and (6) 90AA (single isolate). The highest presentage ofplant height and number of primary branches were obtained from thetreatment of 20CD (24.7%) and 20BB (42.2%). Increase in the dry herbyield of 25-82.81% was in agreement with increasing in uptake of N (64.7-158.8%), P (50-100%), and K (65-155%). The best treatment with whichyielding high of dry herbs and andrographolide was 20CD isolates (82.81and 142.11%), followed with 20 BB (88.75 and 131.58%), and 20 BD(65.63 and 131.58%). The study implies that endophytic bacteria havepotential for development of king of bitter cultivation.Key words: Andrographis paniculata, endophytic bacteria, androgra-pholide, growth, yield
SKRINING GALUR KAPAS (Gossypium hirsutum L.) TOLERAN TERHADAP KEKERINGAN DENGAN PEG-6000 PADA FASE KECAMBAH SUMARTINI, SIWI; SULISTYOWATI, EMY; MULYANI, SRI; ABDURRAKHMAN, ABDURRAKHMAN
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDaerah pengembangan kapas di Indonesia umumnya lahan keringdengan keterbatasan air. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan galur-galur kapas toleran kekeringan menggunakan PEG-6000 pada fasekecambah. Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Pengujian Benih BalaiPenelitian Tanaman Pemanis dan Serat, mulai bulan April sampai Juni2012. Perlakuan disusun dalam rancangan Petak Terbagi dan diulang duakali. Petak utama adalah perlakuan PEG-6000 (-3 bar) dan tanpa PEG-6000 (air), sedangkan anak petak adalah 13 galur kapas dan varietasKanesia 14. Setiap perlakuan terdiri dari lima pot masing-masing ditanamsepuluh biji. Benih kapas dicampur dengan fungisida Mancozeb 80% 2g/kg benih sebelum ditanam. Parameter pengamatan meliputi dayaberkecambah, panjang kecambah dan akar, bobot kecambah dan akar,rasio  panjang  akar/kecambah,  serta  indeks  kerentanan  terhadapkekeringan. Kecambah dihitung sebagai kecambah normal jika panjanglebih dari 0,5 cm. Perlakuan PEG-6000 berpengaruh sangat nyata terhadappenurunan daya berkecambah, panjang kecambah dan akar, serta bobotkecambah dan akar. Sebaliknya, rasio panjang akar/kecambah lebih tinggipada perlakuan PEG-6000 dibandingkan dengan perlakuan tanpa PEG-6000. Respon ketahanan galur kapas yang dihitung dengan indekskerentanan kekeringan berbeda pada masing-masing parameter yangdiamati. Dari nilai rata-rata indeks kerentanan kekeringan semuaparameter, tidak ada galur yang tahan terhadap kekeringan (S<0,50).Terdapat delapan galur yang agak tahan kekeringan (0,50<S<1,0) danlebih tahan dibandingkan dengan Kanesia 14, yaitu 03002/12, 03006/1,03008/7, 03008/24, 03012/17, 03014/12, 03017/13, dan 03017/15.Kata kunci: Gossypium hirsutum L., tahan kekeringan, PEG-6000,perkecambahan, galurABSTRACTCotton production areas in Indonesia are arable land with lack of wateravailability. The aim of this study was to obtain cotton lines tolerant todrought using PEG-6000 at germination stage. The experiment wasconducted at the Seed Testing Laboratory in Indonesian Sweetener andFiber Crops Research Institute, from April to June 2012. Treatments werearranged in a Split Plots design with two replications. The main plot wasPEG-6000 (-3 bar) and without PEG-6000 (water), while the subplot was13 cotton lines and Kanesia 14 variety. Seed cotton was treated with 80%Mancozeb fungicide dose of 2g/kg seed before sowing. Parametersobserved were germination percentage, shoot and root length, shoot androot weight, ratio of root/shoot length, and drought susceptibility index.Seedling was counted as normal if its length more than 0.5 cm. PEG-6000treatment gives very significant effect on the decline on seed germination,shoot and root length, shoot and root weight. Otherwise, ratio of root/shootlength was higher in the PEG-6000 than without PEG-6000 treatment.Response of cotton lines to drought which calculated with a droughtsusceptibility index were different among parameter observed. Meandrought susceptibility index of all parameters showed that none of cottonline tolerant to drought (S < 0,50) was achieved from the study. Therewere eight moderately drought-resistant lines (0, 50 < S < 1,0) achievednamely 03002/12, 03006/1, 03008/7, 03008/24, 03012/17, 03014/12,03017/13, and 03017/15 which more resistance than Kanesia 14.Key words: Gossypium hirsutum L., drought tolerant, PEG-6000,germination, lines
TANAMAN KECUBUNG (Datura metel L.) SEBAGAI BAHAN BAKU INSEKTISIDA BOTANIS UNTUK MENGENDALIKAN HAMA Aspidomorpha milliaris F. IDRIS, HERWITA
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKKecubung (Datura metel L.) adalah salah satu tanaman obattradisional yang berpotensi sebagai sumber insektisida botanis, namunsampai saat ini belum banyak diteliti. Tujuan penelitian ini adalah untukmengetahui efektivitas tanaman kecubung sebagai bahan insektisidabotanis, terhadap serangga Aspidomorpha milliaris F (Coleoptera:Crysomelidae). Penelitian dilakukan di KP. Laing Solok mulai bulan Aprilsampai Oktober 2012, dengan menggunakan rancangan acak lengkap (9perlakuan dan 3 ulangan). Perlakuan yang diuji adalah ekstrak daunkecubung pada konsentrasi 250, 500, 750, 1000, 1500, 2000, 2500, dan3500 ppm, serta 0 ppm sebagai kontrol. Perlakuan diaplikasikan secarakontak maupun non kontak. Serangga uji yang dipakai pada setiapperlakuan adalah 20 ekor larva instar III, IV, V, VI, dan 10 ekor imago.Parameter pengamatan meliputi persentase kematian, penurunan volumemakan larva dan imago, fekunditas, serta periode prereproduktif imago.Hasil penelitian menunjukkan ekstrak daun kecubung yang diaplikasikansecara kontak lebih toksik dibandingkan dengan non kontak. Ekstrak daunkecubung kosentrasi 3500 ppm bersifat toksik, menolak makan, danmengurangi fekunditas A. milliaris. Tingkat kematian larva A. milliarisinstar III, IV, V, dan VI berkisar 28,46-39,51%, sedangkan penurunanvolume makan sebesar 10,44-15,76%. Fekunditas A. milliaris menurun21,77%. Oleh karena itu, ekstrak daun kecubung dapat dikembangkansebagai insektisida botanis.Kata kunci: kecubung, insektisida botanis, Aspidomorpha milliaris F.ABSTRACTAmethyst (Datura metel L) is one of a potential plants used as rawmaterial of botanical insecticides, but until now it had not been prived.The purpose of the research is to determine the potential of the amethystas a botanical insecticide to Aspidomorpha milliaris F. (Coleoptera:Crysomelidae). The research carried out in Laing Solok ExperimentalGarden from April to October 2012, in a completely randomized design (9treatments and 3 replications). The treatments were amethyst leaf aqueousextract at concentrations of 250, 500, 750, 1000, 1500, 2000, 2500, 3500ppm, and 0 ppm as a control. The treatments were applied contact andnon-contact. Test insects used in each treatment was 20 larvae instar III,IV, V, VI and 10 imagos. Observation parameters include the mortalitypercentage and eating volume decrease of larvae and imago, fecundity,and imago prereproductive period. The results showed that the leaf extractamethyst which were applied contactly was more toxic than the non-contact. The amethyst leaf extracts at 3500 ppm concentration are toxic. Italso could refuse to eat and reduce fecundity of A. milliari. The mortalityrate for larval instar III, IV, V, and VI ranged 28.46-39.51%, while adecrease of eat volume ranged 10.44-15.76%. The fecundity of A.milliaris decreased 21.77%. Therefore, the leaf amethyst extract can bedeveloped as a botanical insecticide.Keywords: amethyst, botanical insecticides, Aspidomorpha milliaris, F
PEMUPUKAN NITROGEN, FOSFOR, DAN KALIUM PADA TANAMAN AKAR WANGI ROSMAN, ROSIHAN; TRISILAWATI, OCTIVIA; SETIAWAN, SETIAWAN
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKDosis pupuk N, P, dan K optimal untuk akar wangi belum diketahuidan penggunaannya  masih beragam. Penelitian bertujuan untukmendapatkan komposisi dosis pupuk N, P, dan K optimal yang dapatmeningkatkan produktivitas akar wangi. Penelitian dilakukan di DesaSukakarya, Garut dari bulan Januari 2009 sampai dengan Desember 2010menggunakan rancangan Acak Kelompok, dengan 3 ulangan. Perlakuanmeliputi 9 kombinasi pupuk N, P, dan K: (1). Kontrol; (2) 100 kg SP-36 +75 kg KCl; (3) 100 kg ZA + 75 kg KCl; (4) 100 kg ZA + 50 kg SP-36 + 75kg KCl; (5) 100 kg ZA + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl; (6) 100 kg ZA + 100kg SP-36 + 150 kg KCl; (7) 100 kg ZA + 100 kg SP-36; (8) 200 kg ZA +100 kg SP-36 + 75 kg KCl; (9) 200 kg ZA + 100 kg SP-36 + 150 kg KCl.Panen dilakukan pada 12, 14, dan 16 bulan setelah tanam (BST). Hasilmenunjukkan bahwa pemupukan dosis 100 kg ZA + 75 kg KClmenghasilkan minyak 52,59 dan 67,78 kg/ha (12 dan 14 BST) dan 200 kgZA + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl menghasilkan 67,76 kg /ha (16 BST),dengan kadar vetiverol lebih dari 50%.Kata kunci: Vetiveria zizanioides, pemupukan, vetiverol, produksi, mutuminyakABSTRACTThe optimum dosage of N, P, and K fertilizer has not been knownyet and it usage was still varied. The research aim is to obtain an optimalcomposition of N, P, and K fertilizer that could increase productivity ofvetiver crop. The researsch has been conducted in Sukakarya Village,Garut, from January 2009 to December 2010. The research was arrangedin randomized block design, with 3 replications and N, P, and K fertilizercombination treatments i.e.: (1) Control; (2) 100 kg SP-36 + 75 kg KCl;(3) 100 kg ZA + 75 kg KCl; (4) 100 kg ZA + 50 kg SP-36 + 75 kg KCl;(5) 100 kg ZA + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl; (6) 100 kg ZA + 100 kg SP-36 + 150 kg KCl; (7) 100 kg ZA + 100 kg SP-36; (8) 200 kg ZA + 100 kgSP-36 + 75 kg KCl; (9) 200 kg ZA + 100 kg SP-36 + 150 kg KCl.Harvesting was done at 12, 14 and 16 months after planting (MAP). Theresult showed that the dose of 100 kg ZA + 75 kg KCl produced vetiver oil52,59 and 67,78 kg/ha (12 and 14 MAP). Meanwhile the dose of 200 kgZA + 100 kg SP-36 + 75 kg KCl produced 67,76 kg/ha (16 MAP),respectively. vetiverol content were more than 50%.Key words: Vetiveria zizanioides, fertilizing, vetiverol, production, oilquality
PENGARUH SISTEM PENANAMAN TERHADAP PRODUKSI BENIH G0, G1, DAN G2 BEBERAPA VARIETAS TEBU UNGGUL HASIL KULTUR JARINGAN SUKMADJAJA, DEDEN; SYAKIR, MUHAMMAD
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPenyediaan benih tebu berdaya hasil tinggi memegang perananpenting  dalam  mendukung  pencapaian  program  swasembada  gula.Produksi benih tebu melalui teknologi kultur jaringan merupakan salahsatu alternatif untuk menyediakan benih bermutu secara masal denganwaktu yang cepat. Salah satu bagian penting dalam program produksibenih tebu adalah penanganan benih hasil kultur in vitro menjadi benihproduksi di lapangan. Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan metodepenanaman benih primer (G0), sekunder (G1), dan komersial (G2) daribeberapa varietas tebu hasil kultur in vitro. Penelitian dilakukan di tigalokasi, yaitu Kebun Percobaan Cibinong-Bogor, Ngemplak-Pati, danKlari-Karawang. Percobaan terdiri atas tiga kegiatan: (1) pengaruh mediatumbuh terhadap pertumbuhan plantlet, (2) pengaruh jarak tanam terhadapproduksi benih G1, dan (3) pengaruh jarak tanam terhadap produksi benihG2. Rancangan percobaan yang digunakan adalah Acak Kelompok,dengan perlakuan pada percobaan pertama adalah media dan tempataklimatisasi, pada percobaan kedua dan ketiga berupa jarak tanam danvarietas. Parameter pengamatan meliputi persentase tumbuh, jumlahbatang per rumpun, jumlah buku, diameter batang, dan tinggi tanaman. Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan polibag dan pot tray merupakan cara terbaik untuk aklimatisasi tebu. Jarak tanam terbaik benihG0 dan G1 varietas PS864 dan SS-57 di KP Cibinong adalah 60 cm × 40cm yang dapat memproduksi budset G1 masing-masing 1,72 dan 1,93 jutaper ha dan benih G2 masing-masing 0,9 dan 1,01 juta per ha. Produksibudset G2 PS864 di Klari pada jarak tanam yang sama menghasilkan 1,94juta per ha, sedangkan produksi budset G2 varietas PS881 dan KidangKencana di KP Ngemplak masing-masing mencapai 2,02 dan 2,18 juta perha. Sementara itu, produksi terbanyak benih G2 varietas Bulu Lawang danPS862 di KP Ngemplak dihasilkan pada perlakuan jarak tanam 100 cm ×20 cm masing-masing sebanyak 2,44 dan 1,41 juta per ha. Produktivitasbenih tebu hasil kultur jaringan dipengaruhi oleh jarak tanam, lokasipenanaman, dan varietas tanaman.Kata kunci: tebu, benih unggul, kultur jaringan, jarak tanam, benih G0,G1, G2 
PENGARUH JAMU HERBAL SEBAGAI ANTIKOKSIDIA PADA AYAM PEDAGING YANG DIINFEKSI Eimeria tenella WIEDOSARI, ENING; SUHIRMAN, SHINTA; SEMBIRING, BAGEM BR
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK
DINAMIKA POPULASI KUTU TEMPURUNG (Coccus viridis) DAN KUTUDAUN (Aphis gossypii) PADA TIGA VARIETAS KOPI ARABIKA (Coffea Arabica) RISMAYANI, RISMAYANI; RUBIYO, RUBIYO; DEWI IBRAHIM, MEYNARTI SARI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSalah satu kendala dalam pembibitan kopi arabika di rumah kaca adalahadanya serangan hama kutu tempurung (Coccus viridis) dan kutudaun(Aphis gossypii) yang dapat menghambat pertumbuhan dan perkembangantanaman. Persaingan dalam memanfaatkan unsur hara dan nutrisi yangberada pada jaringan tanaman kopi dapat menyebabkan tanaman yangterserang menjadi lebih parah bahkan tidak jarang menyebabkan kematiantanaman. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dinamika populasikutu tempurung dan kutudaun pada benih kopi arabika varietas SigararUtang, Kartika, dan S795. Penelitian dilakukan di rumah kaca PusatPenelitian dan Pengembangan Perkebunan (Puslitbangbun), sejak bulanAgustus 2011 sampai Januari 2012. Jumlah benih kopi arabika yangdiamati sebanyak 200 benih yang terdiri dari varietas S795, Sigarar utang,dan Kartika. Pengamatan dilakukan setiap dua minggu sekali sebanyaksepuluh kali pengamatan dengan menghitung populasi serangan hama danmembandingkan frekuensi populasi (perkembangan) kutu tempurung (C.viridis) dan kutudaun (A. gossypii) dengan metode regresi dan uji t. Darihasil pengamatan, ditemukan 2 jenis populasi hama yaitu populasi kututempurung (C. viridis) dan kutudaun (A. gossypii) yang menyerang benihkopi arabika di pembibitan dengan tingkat populasi kutu tempurung (C.viridis) lebih banyak dijumpai dibandingkan dengan populasi kutudaun (A.gossypii) yaitu sebanyak 81,23%. Pada kopi arabika varietas Kartikapaling banyak ditemukan populasi kutu tempurung (C. viridis) dan kutudaun (A. gossypii) dibandingkan dengan varietas Sigarar Utang dan S795.Kopi arabika varietas Kartika memiliki percabangan yang agak lentur danmemiliki ruas yang pendek sehingga kutu tempurung (C.viridis) dankutudaun (A. gossypii) lebih senang berinang pada varietas Kartikadibandingkan varietas Sigarar Utang dan S795, karena lebih mudah untukmemperoleh makanannya dengan mengisap cairan yang ada padapercabangannya. Perkembangan populasi C. viridis membentuk garis lurusselama 5 bulan dengan nilai r masing-masing 0,98 pada varietas SigararUtang; 0,98 pada varietas Kartika; dan 0,99 pada varietas S795.Perkembangan populasi A. gossypii membentuk dua buah garis yangbertemu di satu titik dan sebuah garis lurus dengan nilai r masing-masing0,99 pada Sigarar Utang; 0,98 pada varietas Kartika; dan 0,99 padavarietas S795.Kata kunci: Kopi arabika, dinamika populasi, Aphis gossypii, CoccusviridisABSTRACTOne of the main constraints on the growth of coffee seedlings in thegreenhouse is pests lice green scales (Coccus viridis) and Aphids (Aphidsgossypii) that can inhibit the growth of plants. Competition in utilizingnutrients can cause the attacked plants to become more severe, even someplants to be dead. This study aims to determine the population dynamics ofC. viridis and A. gossypii on arabica coffee seedlings of Sigarar Utang,Kartika, and S795 varieties. The study was conducted in the greenhouse ofIndonesian Center For Estate Crops Research and Development, fromAugust 2011 to January 2012. 200 seedlings of arabica coffee consisting ofS795, Sigarar Utang, and Kartika varieties were planted in polythene bagsin the greenhouse. Observations were made every two weeks for ten timesthe observations by calculating the pest populations and comparepopulation growth of C. viridis and A. gossypii by regression method and ttest. It was found that mite green scale (C. viridis) population were moredominant than the aphids (A. gossypii) population, with a total populationof green scales (C. viridis) as much as 81.23%. Green scales (C. viridis)and aphids (A. gossypii) were found more abundant in the Kartikaseedlings compared to Sigarar Utang and S795 varieties. It is easier for thepests to obtain their food by sucking the liquid inside in the branches. Thegrowth population of C. viridis forming a straight line for 5 months with rvalues respectively, Sigarar Utang is 0,98; Kartika is 0,98; and S795 is0,97. Growth population of A. gossypii forming straight lines with thevalue of r : Sigarar Utang is 0,99; Kartika is 0,98; and S795 is 0,99.Key words: Coffea arabica, population dynamics, Aphis gossypii, Coccusviridis
RATIO OPTIMUM GALUR MANDUL JANTAN (A line) DAN GALUR PEMULIH KESUBURAN (R line) PADA PRODUKSI BENIH HIBRIDA KAPAS SUMARTINI, SIWI; ABDURRAKHMAN, ABDURRAKHMAN; MACHFUD, M.; SULISTYOWATI, E.
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTeknologi kapas hibrida merupakan salah satu upaya untukmeningkatkan produksi kapas nasional. Sampai saat ini belum tersediavarietas kapas hibrida nasional untuk program pengembangan kapasnasional. Penelitian ini bertujuan mengetahui ratio galur (A line) manduljantan dan galur pemulih kesuburan (R line) yang optimum untukmenghasilkan benih hibrida kapas paling tinggi dengan cara persilanganalami. Penelitian dilaksanakan di Kebun Percobaan Pasirian-Lumajang,Jawa Timur mulai Januari sampai Desember 2011. Percobaan ini terdiridari satu pembanding T1 dengan penyerbukan manual dan 5 perbandinganratio (A line : R line) yang berbeda, yaitu T2 (3:2), T3 (4:2), T4 (5:2), T5(6:2), dan T6 (7:2) dengan penyerbukan alami. Perlakuan disusun dalamRancangan Acak Kelompok (RAK) diulang 3 kali dengan luas petakmasing-masing perlakuan 25 m x 5 m. Benih kapas ditanam dengan jarak125 cm x 25 cm. Pupuk yang diberikan sebanyak 300 kg pupuk majemuk(15 N:15 P 2 O 5 :15 K 2 O) dan 100 kg pupuk Urea/ha. Hasil penelitianmenunjukkan bahwa perlakuan penyerbukan manual (T1) menghasilkankapas berbiji sebanyak 1023 kg/ha, nyata paling tinggi dibandingkanperlakuan dengan penyerbukan alami. Terdapat korelasi positif yangsangat nyata antara hasil kapas berbiji dengan jumlah populasi (r =0.75967). Hasil kapas berbiji tidak berbeda pada perlakuan T2 sampai T6yang bervariasi antara 377- 452 kg kapas berbiji/ha, dengan efisiensipenyerbukan alami sebesar 37–45%. Untuk produksi benih hibrida denganpersilangan alami dapat digunakan ratio 7 baris tetua betina dan 2 baristetua jantan (perlakuan T6). Harga benih hibrida kapas yang dihasilkandengan cara penyerbukan alami sebesar Rp. 98.571,-/kg sedangkan dengancara penyerbukan manual sebesar Rp. 101.826,-/kg.Kata kunci: Gossypium hirsutum, mandul jantan, pemulih kesuburan,penyerbukan manual, penyerbukan alamiABSTRACTHybrid cotton technology is an attempt to increase the nationalcotton production. Hybrid cotton varieties is not yet available for thenational cotton development program. This study was aimed atdetermining optimum ratio of male sterile lines (A line) and restorers (Rline) lines for producing high hybrid cotton seed yield. The experimentwas conducted in the Experimental Garden Pasirian-Lumajang, East Javafrom January to December 2011. This experiment consisted of T1 withmanual pollination (control), and 5 different ratios (A line : R line) withnatural pollination namely T2 (3:2), T3 (4:2), T4 (5:2 ), T5 (6:2) and T6(7:2). Treatments were arranged in a randomized block design (RBD) with3 replications, plot size was 25 m x 5 m of each. Seeds were sown witha distance of 125 cm x 25 cm. Fertilizers given were 300 kg of compoundfertilizer (15 N: 15 P 2 O 5 : 15 K 2 O) and 100 kg Urea /ha. From this researchit was found out that the T1 treatment by manual pollination produced asmuch 1023 kg seed cotton yield / ha, was the highest compared to naturalpollination treatments. There was high correlation between seed cottonyield and plant population (r = 0.75967). Seed cotton yield of T2 to T6treatments was not significantly different, which varies between 377-452kg/ha, with natural pollination efficiency of 37-45%. Therefore, for cottonhybrid seed production based male sterility by natural crossing, 7 rows offemale lines and 2 rows of male lines ratio (treatment T6) can be used.Price of cotton hybrid seed by natural pollination as much as Rp. 98,571, -/kg while by manual pollination as much as Rp. 101, 826, - /kg.Key words: Gossypium hirsutum, male sterile, restorer, manual pollination,natural pollination
DAYA GABUNG DAN HETEROSIS KARAKTER VEGETATIF, GENERATIF, DAN DAYA HASIL JARAK PAGAR (Jatropha curcas L.) MENGGUNAKAN ANALISIS DIALEL HARTATI, RR. SRI; SUDARSONO, SUDARSONO
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPerakitan varietas unggul memerlukan informasi daya gabung tetua,baik umum maupun khusus. Tetua dengan daya gabung umum (DGU)tinggi berpotensi menghasilkan varietas sintetis atau komposit. Sementaraitu, tetua dengan daya gabung khusus (DGK) tinggi berpotensimenghasilkan varietas hibrida. Tujuan penelitian adalah mengetahui dayagabung tetua jarak pagar yang dapat menghasilkan hibrida atau populasikomposit. Sepuluh tetua, yaitu 1 tetua berdaya hasil rendah, 6 menengah,dan 3 tinggi digunakan dalam persilangan dialel lengkap. Evaluasidilaksanakan di Kebun Percobaan Balittri Pakuwon Sukabumi, mulaiAgustus 2008 sampai Juli 2011 menggunakan Rancangan Acak Kelompoktiga ulangan. Karakter yang diamati yaitu tinggi tanaman, lingkar batang,lebar kanopi, umur mulai berbunga, serta jumlah cabang total, cabangproduktif, infloresen, tandan, fruit set, dan buah per tanaman. Analisisdialel menggunakan metode I Griffing. Hasil penelitian menunjukkan ratioragam DGU dan DGK lebih besar daripada satu ( DGU / DGK > 1) padasemua karakter yang dievaluasi. Tetua 3012-1 dan PT 15-1, yang berdayahasil tinggi, memiliki DGU tinggi pada karakter umur mulai berbunga,lebar kanopi, serta jumlah cabang total, cabang produktif, infloresen,tandan, dan buah. Tetua PT 33-2, yang berdaya hasil menengah, memilikiDGU tinggi pada karakter umur mulai berbunga, serta jumlah cabang total,cabang produktif, infloresen, dan buah. Sementara itu, tetua 575-3, yangberdaya hasil rendah, memiliki DGU tinggi pada lingkar batang. Tetua PT33-2, 3012-1, dan PT 15-1 berpotensi sebagai penyusun populasi dasaruntuk pembentukan varietas sintetik yang cepat berbunga dan berdayahasil tinggi. Tetua 575-3 berpotensi untuk dirakit sebagai varietas yangmemiliki lingkar batang besar dan berbunga lambat.Kata kunci: daya gabung umum, daya gabung khusus, gen aditif,komposit, Jatropha curcas L.ABSTRACTGeneral Combining Ability (GCA) and Specific Combining Ability(SCA) are important in creating high yielding varieties. A parent havinghigh GCA is appropriate to produce synthetic or composite varieties, whilehigh SCA is to produce hybrid. The research objective is to find out theinformation of parents combining ability in Jatropha curcas L. Researchwas conducted using diallel analysis. Ten genotypes i.e. 1 low yieldingparent, 6 medium, and 3 high were used to generate F1 arrays with fulldiallel analysis. Evaluation was conducted at Indonesian Spice andIndustrial Crops Research Institute Experimental Station, usingRandomized Block Design from August until July 2011. The observationwere plant height, stem girth, canopy width, days to flowering, andnumber of total branches, productive branches, inflorescences, bunches,fruit set percentages; and fruit per plant. Diallel analysis was usingGriffing Model I. Results showed that general variance, each of GCA andSCA ratio, is more than one ( GCA / SCA > 1) in all evaluated characters.High yielding parents of 3012-1 and PT 15-1 exhibited high GCA on daysto flowering, canopy width, and number of total branches, productivebranches, inflorescences, bunches, and fruits. Medium yielding parents ofPT 33-2 exhibited high GCA for days to flowering, number of totalbranches, productive branches, inflorescences, and fruits. Low yieldinggenotype of 575-3 exhibited high on stem girth. PT 33-2, 3012-1, and PT15-1 could be used for developing early flowering and high yieldingvarieties, while 575-3 was suitable for producing big stem girth and lateflowering varieties.Key word: general combining ability, specific combining ability, additivegen, composite, Jatropha curcas L.

Page 2 of 56 | Total Record : 552


Filter by Year

1998 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue