cover
Contact Name
-
Contact Email
-
Phone
-
Journal Mail Official
-
Editorial Address
-
Location
Kota adm. jakarta selatan,
Dki jakarta
INDONESIA
Jurnal Penelitian Tanaman Industri
Published by Kementerian Pertanian
ISSN : 08538212     EISSN : 25286870     DOI : -
Core Subject : Engineering,
Jurnal Penelitian Tanaman Industri merupakan publikasi ilmiah primer yang memuat hasil penelitian primer komoditas perkebunan yang belum dimuat pada media apapun, diterbitkan oleh Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan, DIPA 2011 terbit empat kali setahun.
Arjuna Subject : -
Articles 552 Documents
ANALISIS KERAGAMAN GENETIK Phytophthora capsici Leonian ASAL LADA (Piper nigrum L.) MENGGUNAKAN PENANDA MOLEKULER CHAERANI, CHAERANI; KOERNIATI, SRI; MANOHARA, DYAH
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPhytophthora capsici adalah penyebab penyakit busuk pangkalbatang yang paling merugikan pada lada di Indonesia dan sulitdikendalikan karena dapat bertahan lama dalam tanah serta memilikikeragaman agresivitas isolat luas. Pengetahuan mengenai keragamangenetik strain-strain P. capsici dapat membantu perancangan strategiefektif pengelolaan patogen. Penelitian ini bertujuan mengevaluasikeragaman dan struktur genetik isolat-isolat P. capsici asal ladamenggunakan penanda RAPD. Penelitian dilaksanakan pada bulanOktober 2009 sampai April 2010 di Laboratorium Biokimia BB Biogendan Laboratorium Hama dan Penyakit Balittro. Keragaman genetik 59isolat P. capsici yang berasal dari koleksi kultur tahun 1982-2009 dari 37lokasi di Sumatera, Bangka, Jawa, dan Kalimantan, dikarakterisasimenggunakan enam primer RAPD. Pengelompokan menggunakanunweighted pair-group method with arithmatic averaging (UPGMA)berdasarkan profil RAPD membagi ke-59 isolat ke dalam lima gerombolutama; yang menunjukkan adanya keragaman genetik tinggi antar isolat.Pengelompokan RAPD tidak berkaitan dengan asal lokasi isolat. Analysisof molecular variance (AMOVA) juga menunjukkan adanya keragamangenetik yang tinggi di antara isolat-isolat P. capsici, dengan ragam genetiktotal sebesar 96% terletak di dalam masing-masing pulau (withinpopulations). Namun demikian, terdapat ragam genetik antar isolat daripulau berbeda (among populations) yang signifikan (4% ; P=0,001), yaituantar populasi di Sumatera dan Bangka dengan jarak genetik sebesar 0,081(P=0,002). Ketidakterkaitan antara pengelompokan RAPD dengan asallokasi geografik isolat dan ragam genetik yang tinggi dalam satu pulaudapat diakibatkan oleh terjadinya penyebaran isolat antar daerah, terutamamelalui bibit tanaman yang terinfestasi P. capsici. Pencegahan penyebaranisolat antar pulau perlu dilakukan melalui sertifikasi bibit bebas penyakitBPB dan pengembangan sistem perbenihan lokal.Kata kunci: lada, penyakit busuk pangkal batang, Phytophthora capsici,RAPD, keragaman genetik, struktur populasiABSTRACTPhytophthora capsici is the causal agent of foot rot, the mostdestructive disease of pepper in Indonesia and difficult to control .Knowledge in the genetic structure of P. capsici strains can enrichdesigning effective disease management strategies. This study was aimedat analyzing the genetic variability and structure of P. capsici isolates frompepper using RAPD. The study was done from October 2009 until April2010 at the Biochemical Laboratory of Indonesian Center for AgriculutralBiotechnology and Genetic Resources Research and Development, and thePlant Pest and Disease Laboratory of the Indonesian Research Institute ofSpice and Medicinal Crops. Fifty-nine isolates collected from 1982 to2009 from Sumatera, Bangka, Java, and Kalimantan were characterizedbased on six RAPD markers. Unweighted pair-group method witharithmatic averaging (UPGMA) clustering based on RAPD profilesdivided the isolates into five major cluster, which indicated high geneticvariability among isolates. No apparent relationship between RAPDclustering and geographic origin of isolate was observed. Hierarchicalpartitioning of genetic variation using analysis of molecular variance(AMOVA) confirmed the overall high variability among isolates, with96% of total genetic variance was resided among isolates within islands(within populations). Nevertheless, a small (4%) but significant (P=0.001)genetic variance among isolates between different islands (amongpopulations) were observed, which was detected between populations inSumatera and Bangka with genetic distance (Ф PT ) as high as 0,081(P=0,002). The lack of association between RAPD clustering andgeographic origin as well as high genetic variance within populations mayhave been the result of movement of isolates between locations, mostlikely through infested plant cuttings. Use of certified and development ofblackpepper clones locally are required to prevent disease spread amongislands.Keywords: black pepper, foot rot disease, Phytophthora capsici, geneticdiversity, RAPD, population structure
PENGARUH PERENDAMAN TERHADAP VIABILITAS BENIH TEMBAKAU (Nicotiana tabacum L.) SUMARTINI, SIWI; MULYANI, SRI; ROCHMAN, FATHKUR
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPermasalahan dalam pengembangan tembakau rakyat adalah dayaberkecambah benih yang rendah. Penelitian ini bertujuan untukmengetahui pengaruh perendaman benih terhadap daya berkecambahbenih tembakau (Nicotiana tabacum L.). Penelitian dilaksanakan dilaboratorium Balai Penelitian Tanaman Pemanis dan Serat pada bulan Meisampai dengan Juli 2013. Perlakuan disusun dalam rancangan petakterbagi dan diulang empat kali. Sebagai petak utama adalah tujuh varietastembakau lokal, yaitu V1 = Kemloko1; V2 = Kemloko2; V3 = Kemloko3;V4 = Kasturi1; V5 = Kasturi2; V6 = Grompol Jatim1; dan V7 =Bojonegoro1. Sebagai anak petak adalah: R1 = Tanpa perendaman(kontrol); R2 = perendaman selama satu jam dalam air; R3 = perendamanselama satu jam dalam larutan KNO 3  (0,1%), dan R4 = perendamanselama satu jam dalam larutan KNO 3 (0,2%). Setelah perlakuanperendaman, benih tembakau dikecambahkan menggunakan metode Uji diAtas Kertas. Pada setiap ulangan, sebanyak 100 benih tembakaudikecambahkan pada media kertas merang yang diletakkan di dalampetridish berdiameter 9 cm. Perkecambahan dilakukan di dalamgerminator tipe IPB dengan suhu 23 o C dan kelembaban nisbi 87-93%.Parameter yang diamati adalah daya berkecambah, panjang kecambah,panjang akar kecambah, dan indeks vigor kecambah. Perendaman benihtembakau menggunakan air, larutan KNO 3 0,1% dan larutan KNO 3 0,2%selama satu jam sebelum benih disemaikan, dapat meningkatkan dayaberkecambah dan panjang kecambah varietas Kemloko1 dan GrompolJatim1. Perlakuan perendaman benih dengan air berpengaruh positif padavarietas Kemloko1 yang ditunjukkan dengan daya berkecambah tertinggi,sedangkan perendaman dengan larutan KNO 3 0,2% berpengaruh negatifpada varietas Bojonegoro1 yang ditunjukkan dengan daya berkecambahpaling rendah. Perlakuan perendaman dengan air maupun larutan KNO 3(0,1% dan 0,2%) menunjukkan pengaruh yang berbeda-beda terhadapparameter daya berkecambah, panjang kecambah, panjang akar kecambah,dan indeks vigor kecambah pada semua varietas tembakau yang diuji.Kata kunci: Nicotiana tabacum L., perendaman, KNO 3 , viabilitas benihABSTRACTLow germinability of seeds is one of major problems in tobaccodevelopment. The aim of this study was to determine the effect of primingon tobacco (Nicotiana tabacum L.) seed viability. The research wasconducted in the laboratory of the Indonesian Sweeteners and Fiber CropsResearch Institute during May to July 2013. The treatments were arrangedin a split plot design with four times of replication. The main plots wereseven tobacco varieties namely V1 = Kemloko1; V2 = Kemloko2; V3 =Kemloko3; V4 = Kasturi1; V5 = Kasturi2; V6 = Grompol Jatim1; and V7= Bojonegoro1. The subplots were priming seeds for one hour namely R1= without priming (control); R2 = priming for one hour on water; R3 =priming for one hour on KNO 3  (0,1%) solution, and R4 = priming for onehour on KNO 3 (0,2%) solution. After priming, seeds were germinated usingthe Upper Paper Test method. A hundred of seeds were sown on strawpaper media in a petridish diameter 9 cm of each replication. Parametersmeasured were germination percentage, shoot and root length, andseedling vigor index. Priming tobacco seed with water or KNO 3  (0.1 and0.2%) solution for one hour before seeds were germinated significantlyimproved germination percentage and shoot length of Kemloko1 andGrompol Jatim1 varieties. Priming tobacco seed with water had positiveeffect on Kemloko1 variety which resulted the highest germinationpercentage but had adversely effect on Bojonegoro1 variety which resultedthe lowest germination percentage. Priming tobacco seeds with water orKNO 3 (0.1 and 0.2%) solution resulted different effect on germinationpercentage, shoot and root length, and seedling vigor index parameters forall tobacco varieties were observed.Key words: Nicotiana tabacum L., priming, KNO 3 , seed viability
DAYA SIMPAN BENIH RIMPANG JAHE PUTIH BESAR DI DATARAN TINGGI DENGAN PERLAKUAN PESTISIDA NABATI DAN ANALISIS EKONOMINYA SUKARMAN, SUKARMAN; ERMIATI, ERMIATI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK 
OPTIMASI DAN EVALUASI METODE KRIOPRESERVASI PURWOCENG ROOSTIKA, IKA; DARWATI, IRENG; MEGIA, RITA
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKOptimasi dan evaluasi metode kriopreservasi perlu dilakukan dalammenentukan protokol standar untuk penyimpanan jangka panjang biakanpurwoceng. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh kombinasiperlakuan pratumbuh, prakultur, dan formulasi media pemulih terhadapdaya tumbuh dan daya regenerasi tunas in vitro dan kalus embriogenikserta untuk mengevaluasi metode kriopreservasi melalui observasimorfologi, anatomi, dan sitologi. Penelitian dilakukan di LaboratoriumKultur Jaringan Kelompok Peneliti Biologi Sel dan Jaringan BB LitbangBiogen pada tahun 2008-2009. Teknik kriopreservasi yang digunakanadalah vitrifikasi (untuk apeks) dan enkapsulasi-vitrifikasi (untuk kalusembriogenik). Pada teknik vitrifikasi, tunas pucuk diberi perlakuanpratumbuh dengan sukrosa (3, 4, 5, dan 6%) selama 1 dan 2 minggu,perlakuan prakultur dilakukan pada media yang mengandung sukrosa 0,3M selama 1 dan 3 hari, perlakuan dehidrasi dengan PVS2 diberikan selama15 dan 30 menit, dan media pemulih yang diujikan adalah media dasar MSatau DKW dengan dan tanpa penambahan adenin sulfat 20 ppm. Padateknik enkapsulasi-vitrifikasi, kalus embriogenik dienkapsulasi terlebihdahulu dengan Na-alginat 3%, perlakuan dehidrasi dengan PVS2 diberikanselama 0, 30, dan 60 menit. Evaluasi metode teknik kriopreservasidilakukan melalui pengamatan morfologi secara visual, anatomi meristemdengan scanning electron microscope (SEM), pengujian viabilitas denganfluorescein diacetate (FDA), dan analisis ploidi secara flowcytometry.Hasil penelitian menunjukkan bahwa teknik enkapsulasi-vitrifikasi lebihbaik daripada teknik vitrifikasi untuk kriopreservasi purwoceng. Walaupunpersentase keberhasilan kriopreservasi rendah (10%), kalus embriogenikpurwoceng mampu berproliferasi dan beregenerasi menjadi ribuan embriosomatik dewasa. Evaluasi metode kriopreservasi dengan SEM dan FDAdapat diterapkan untuk memperkirakan keberhasilan teknik kriopreservasisecara dini sedangkan analisis flowcytometry dapat diterapkan untukmenguji stabilitas genetik bahan tanaman pasca-kriopreservasi.Kata kunci: Pimpinella pruatjan Molk., kriopreservasi, SEM, FDA,flowcytometryABSTRACTOptimization and evaluation of cryopreservation methods should beconducted to obtain standard protocol for long term conservation ofpruatjan. The objective of this study was to evaluate the effect ofcombined treatments of pregrowth, preculture, and recovery media to thesurvival and regeneration rate of in vitro shoots and embryogenic calli andto evaluate the cryopreservation methods by observing the morphological,anatomical, and cytological characters. The techniques of vitrification (forapex) and encapsulation-vitrification (for embryogenic calli) were appliedin this study. On vitrification technique, the apical shoots were pregrownon media containing of 3, 4, 5, and 6% sucrose for 1 and 2 weeks,precultured on media containing of 0,3 M sucrose for 1 and 3 days,dehydrated by PVS2 solution for 15 and 30 minutes, and planted onrecovery media (MS or DKW basal media supplemented with 20 ppmadenine sulphate). On encapsulation-vitrification technique, embryogeniccalli were encapsulated by 3% Na-alginate, dehydrated by PVS2 solutionfor 0, 30, and 60 minutes. The evaluation of cryopreservation methods wasdone through visual observation, SEM analysis, viability test, andflowcytometry determination. The result showed that encapsulation-vitrification was better than vitrification technique for cryopreservation ofpruatjan. The successful rate of this method was low (10%) but theembryogenic calli could proliferate and regenerate into thousands maturesomatic embryos. The evaluation by SEM and FDA can be applied asearly detection to estimate the successful of cryopreservation, whereasflowcytometry  analysis  may  determine  the  genetic  stability  ofcryopreserved materials.Key words: Pimpinella pruatjan Molk., cryopreservation, SEM, FDA,flowcytometry
KARAKTERISTIK MINYAK DAN ISOLASI TRIMIRISTIN BIJI PALA PAPUA (Myristica argentea) M A’MUN, M A’MUN
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKMinyak pala yang dihasilkan dari penyulingan biji palamerupakan salah satu komoditas ekspor Indonesia. Di Kabupaten FakfakPapua, komoditas pala dikembangkan dari jenis Myristica argentea. Jenispala ini dapat menghasilkan minyak, namun karakteristik minyaknyabelum banyak diketahui. Biji pala (terutama biji yang tua) jugamengandung lemak yang memiliki komponen utama trigliserida-trimiristin yang banyak digunakan dalam industri kosmetik dan industrioleo chemical sebagai substitusi lemak pangan, maupun dalam industripelumas. Kandungan trimiristin dalam lemak pala jauh lebih tinggidibandingkan dengan minyak kelapa, minyak inti sawit, dan minyakbabassu. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji karakteristik minyak palaPapua dan mengetahui rendemen lemak trimiristin dari bijinya. Penelitiandilakukan pada bulan Januari - Mei 2010 di Laboratorium Pengujian BalaiPenelitian Tanaman Rempah dan Obat, Bogor. Biji pala yang digunakansebagai bahan penelitian ini diambil langsung dari tujuh pohon yangterdapat di kebun wilayah Air Besar, Kabupaten Fakfak, Papua. Minyakdisuling dengan cara destilasi uap. Minyak yang dihasilkan dianalisissesuai dengan Standar Internasional (ISO, 2002), yang meliputi sifat fisikakimia (berat jenis, indeks bias, putaran optik, kelarutan dalam etanol, sisapenguapan, dan komposisi komponen kimia). Identifikasi komponen-komponen kimia utama dalam minyak pala dianalisis menggunakanmetode kromatografi gas. Lemak trimiristin diisolasi dari biji (metodeekstraksi dengan pelarut organik) dan analisis kandungan trimiristin(metode kromatografi gas). Hasil penelitian menunjukkan bahwarendemen minyak pala Papua sangat rendah yaitu 3,11%. Karakteristikfisika kimia minyak tidak sesuai dengan Standar Internasional. Biji palaPapua mengandung trimiristin, dengan rendemen rata-rata 79,50% (daritotal lemak pala) dan tingkat kemurnian rata-rata 99,20%. Dengandemikian, biji pala Papua dapat berperan sebagai sumber trimiristin yangmempunyai nilai ekonomi tinggi.Kata kunci : pala Papua, Myristica argentea, minyak pala, lemak pala,trimiristinABSTRACTNutmeg oils produced by the distillation of nutmeg seed is oneof Indonesias export commodities. In Fakfak Regency of Papua, nutmegMyristica argentea type is well developed. The type of nutmeg is good oilproducer, however its characteristics has not been known. Nutmeg seed(especially the mature one) also contain fats with triglyceride-trimyristinas main components, which is widely used in the cosmetics industry andoleo-chemical industry as a substitute of fatty food, as well as in industriallubricants. The trimyristin content of nutmeg fat is much higher than thatof coconut oil, palm kernel oil and babassu oil. This study aimed atexamining the oil characteristics and trimyristin content of Papua nutmegseed. The experiment was conducted from January to May 2010 in theTesting Laboratory of the Research Institute for Spices and MedicinalPlants in Bogor. Nutmeg seed which was used as research material, wastaken directly from the 7 trees located in a certain nutmeg garden, at thearea of the Air Besar District, Fakfak, Papua. Oil was distilled by steamdistillation. The oil was then analyzed its physico-chemical characteristics(specific gravity, refractive index, optical rotation, solubility in ethanol,residue evaporation and chemical components). The main chemicalcomponents of nutmeg oil were analyzed using the gas chromatographymethod. Fat trimyristin isolated from the seeds (through organic solventsextraction) and the content was analyzed (gas chromatography method).The results showed that the yield of Papua nutmeg oil is very low (3.11%).Its physico-chemical characteristics of the oil did not match theInternational Standards. It is also observed that Papua nutmeg containstrimyristin, with the average yield of 79.50%, and average purity level of99.20%. Papua nutmeg, therefore, is a potential source of trimyristin, aproduct with high economic value.Key words: Papua nutmeg, Myristica argentea, oil, fat, trimyristin
ANALISIS KOMPONEN HASIL VANILI ALOR PADA BEBERAPA AGROEKOLOGI DI NUSA TENGGARA TIMUR SUPRIADI, HANDI; HADAD E.A, M.; WARDIANA, EDI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKTanaman vanili (Vanilla planifolia Andrews) dapat tumbuh padadaerah beriklim kering, seperti di daerah Kabupaten Alor denganketinggian tempat 0-1500 m dpl. Namun demikian, pertumbuhan danproduksinya diduga akan bervariasi bergantung pada perbedaan kondisiagroklimat. Tujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis pertumbuhanvegetatif, generatif, dan komponen hasil tanaman vanili lokal Alor didaerah beriklim kering. Penelitian dilakukan di daerah beriklim kering,Kabupaten Alor,  Nusa  Tenggara  Timur,  pada  tiga  lokasi  denganketinggian tempat 25-825 m dpl., jenis tanah Inceptisol, dan tipe iklim F(Scmidht dan Ferguson), pada bulan Januari sampai Desember 2009.Metode yang digunakan adalah observasi terhadap populasi tanaman vaniliyang ditanam pada tiga lingkungan tumbuh yang berbeda berdasarkanketinggian tempat dari permukaan laut: (1) agroklimat dataran rendah(ketinggian 25 m dpl), (2) dataran medium (425 m dpl), dan (3) datarantinggi (825 m dpl). Peubah yang diamati meliputi pertumbuhan vegetatif,generatif, dan komponen hasil. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktoragroklimat berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan komponen hasiltanaman vanili. Pada ketinggian 825 m dpl, tanaman vanili menghasilkanpertumbuhan generatif dan komponen hasil vanili lebih baik, namunsebaliknya untuk pertumbuhan vegetatif. Kondisi iklim mikro, terutamaintensitas cahaya matahari, suhu udara, dan unsur hara tanah didugamenjadi penyebab perbedaan tersebut.Kata kunci: Vanilla planifolia Andrews, varietas lokal Alor, ketinggiantempat, pertumbuhan, komponen hasilABSTRACTVanilla (Vanilla planifolia Andrews) plants can grow in dryclimates such in Alor Regency from altitude of 0-1500 m above sea level.However, their growth and production may vary depending on thedifference in agroclimatic condition. The objective of the research was toanalyze the growth of vegetative, generative, and yield components ofAlor’s vanilla in dry climates. This research was conducted in the dryclimates, Alor Regency, East Nusa Tenggara, at those locations 25-825 mabove sea level (asl) altitude, in Inceptisol type of soil and F type ofclimate (Scmidht and Ferguson), from January until December 2009. Thestudy was undertaken based on observation method on the vanillapopulation grown in three different agroclimatic condition, with altitudes:(1) 25 m asl; (2) 425 m asl, and (3) 825 m asl. Variables measured includethe growth of vegetative, generative, and yield components characters. Theresearch showed that at 825 m asl vanilla produces better for generativeand yield components, and vice versa for vegetative growth. Microclimateconditions, soil nutrition, light intensity, and temperature, may be thecause of these differences.Key words: Vanilla planifolia Andrews, local variety of Alor, altitude,growth, yield components
PENGARUH PENAMBAHAN VIRGIN COCONUT OIL (VCO) DAN MINYAK KEDELAI TERHADAP MUTU DAN NILAI GIZI BISKUIT BAYI BARLINA, RINDENGAN
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAK
EFEKTIVITAS FORMULA JAMUR Beauveria bassiana DALAM PENGENDALIAN PENGGEREK BUAH KAPAS (Helicoverpa armigera) INDRAYANI, IGAA.; SOETOPO, DECIYANTO; HARTONO, JOKO
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKJamur entomopatogen Beauveria bassiana sangat potensialmengendalikan berbagai serangga hama, namun potensinya terhadappenggerek buah kapas (Helicoverpa armigera) belum banyak diteliti.Tujuan penelitian adalah untuk mengetahui efektivitas B. bassianaterhadap H. armigera. Penelitian dilakukan di Laboratorium PatologiSerangga dan Kebun Percobaan Karangploso, Balai Penelitian TanamanPemanis dan Serat mulai Januari hingga Desember 2012. Penelitian terdiriatas dua kegiatan di lapangan, yaitu (1) uji efektivitas B. bassiana terhadapH. armigera di pot, dan (2) uji efektivitas B. bassiana terhadap H.armigera di lapangan. Kegiatan pertama terdiri dari delapan perlakuankonsentrasi B. bassiana, yaitu: (1) 3,7 x 10 4 ; (2) 7,7 x 10 4 ; (3) 1,2 x 10 5 ;(4) 1,5 x 10 5 ; (5) 1,9 x 10 5;  (6) 2,3 x 10 5;  (7) 2,5 x 10 5 ; (8) 3,0 x 10 5konidia/ml; dan (9) kontrol. Perlakuan disusun dalam Rancangan AcakKelompok dengan 3 kali ulangan. Parameter yang diamati adalahmortalitas dan bobot larva hidup. Kegiatan kedua terdiri dari empatperlakuan konsentrasi B. bassiana, yaitu: (1) 3,1 x 10 11 ; (2) 6,2 x 10 11 ; (3)9,3 x 10 11 ; dan (4) 1,2 x 10 12 konidia/ha dengan dua pembanding(azadirachtin dan betasiflutrin), serta kontrol. Perlakuan disusun dalamRancangan Acak Kelompok dengan tiga kali ulangan. Parameter yangdiamati adalah populasi larva H. armigera dan laba-laba, kerusakan buahkapas, dan hasil kapas berbiji. Hasil uji efektivitas di pot menunjukkanhingga hari ke-7 setelah perlakuan B. bassiana masih efektif menyebabkanmortalitas larva H. armigera sebesar 46,7% dan meningkatkan kehilanganbobot larva hidup hingga 59,3%, terutama pada konsentrasi 2,3 x 10 5konidia/ml. Di lapangan, perlakuan jamur B. bassiana efektif menurunkanpopulasi larva H. armigera sekitar 36-48%, tetapi menurunkan populasilaba-laba hingga 48,4%, sehingga kurang aman bagi musuh alami tersebut.Perlakuan B. bassiana dapat menurunkan kerusakan buah kapas 10,1-10,3% dengan meningkatkan hasil kapas berbiji sekitar 12,1-29,7%.Kata kunci: Beauveria bassiana, Helicoverpa armigera, konidia, larva,mortalitasABSTRACTBeauveria bassiana is the most common fungal entomopathogenagainst several of insect pests. Its potency, however, has not been tested oncotton bollworm, H. armigera. The objective of study was to know theeffectivity of B. bassiana against H. armigera. This study had beenconducted at Pathology Laboratory and Experimental Station ofIndonesian Sweetener and Fiber Crops Research Institute (ISFCRI) fromJanuary to December 2012. The study consists of two field tests, e.g. teston B. bassiana effectivity against H. armigera (polybag testing) dan teston B. bassiana effectivity a against H. armigera (field testing). In polybagtesting, eight concentrations of B. bassiana and one control were used astreatment, e.g. (1) 3.7 x 10 4 ; (2) 7.7 x 10 4 ; (3) 1.2 x 10 5 ; (4) 1.5 x 10 5 ; (5)1.9 x 10 5;  (6) 2.3 x 10 5;  (7) 2.5 x 10 5 ; (8) 3.0 x 10 5  conidia/ml; and (9)control. Each treatment was arranged in Randomized Block Design withthree replications. Parameters recorded were mortality and weight ofsurvival larvae. The field testing consists of four concentrations of B.bassiana viz. 3.1 x 10 11 ; 6.2 x 10 11 ; 9.3 x 10 11 ; and (4) 1.2 x 10 12 conidia/hawhich compared to azadirachtin and betacyfluthrin. Each treatment wasarranged in Randomized Block Design with three replications. Parameterobserved were population of H. armigera larvae and its natural enemy(spiders), boll damage, and seed cotton yield. Result showed that until theday seventh the mortality of H. armigera larvae reached 46.7% due to B.bassiana and loss 59.3% of larval weight at 2,3 x 10 5 conidia/ml inpolybag testing. In field testing, B. bassiana proved to be relativelyharmful to spiders because it reduced the their population as 48.4%.However, the B. bassiana reduced of 36-48% the population of H.armigera larvae as well as the cotton boll damage of 10.1-10.3% andincreased the seed cotton yield ranged 12.1-29.7%.Key words: Beauveria bassiana, Helicoverpa armigera, conidia, larvae,mortality
STABILITAS HASIL DAN MUTU ENAM GENOTIPE HARAPAN JAHE PUTIH KECIL (Zingiber officinale Rosc. var amarum) PADA BEBERAPA AGROEKOLOGI BERMAWIE, NURLIANI; SYAHID, SITTI FATIMAH; AJIJAH, NUR; PURWIYANTI, SUSI; MARTONO, BUDI
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKPeningkatan produktivitas dan mutu jahe putih kecil memerlukanbahan tanaman unggul. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahuistabilitas hasil dan mutu enam genotipe jahe putih kecil pada berbagaikondisi agroekologi. Enam genotipe harapan jahe putih kecil dan duagenotipe lokal sebagai pembanding diuji selama dua musim tanam diempat lokasi (Sukabumi, Sumedang, Majalengka, dan Garut) pada tahun2004 sampai 2006. Rancangan percobaan dilakukan mengikuti rancanganacak kelompok (RAK) dengan tiga ulangan. Jarak tanam 60 x 40 cmdengan populasi per plot sebanyak 100 tanaman. Parameter yang diamatiadalah hasil (bobot rimpang per rumpun) dan mutu (kadar minyak atsiri,fenol total, sari larut air, dan sari larut alkohol). Analisis stabilitas hasilmenggunakan metoda Yau dan Hamblin. Hasil pengujian menunjukkangenotipe ZIOF-0049 dan ZIOF-0050 menghasilkan rimpang dengan rataanbobot aktual cukup tinggi serta stabil pada berbagai kondisi agroeokologi.Kadar minyak atsiri genotipe ZIOF-0049 sedang (2,92%), sedangkanZIOF-0050 tinggi (3,28%). Genotipe ZIOF-0046 memiliki kadar minyakatsiri cukup tinggi (3,91%), dan stabil di seluruh unit pengujian. Selainkadar minyak atsiri genotipe ZIOF-0046 juga memiliki kadar fenol(3,04%) dan kadar sari larut air (24,40%) yang cukup tinggi. GenotipeZIOF-0008 memiliki kadar minyak atsiri yang tinggi (3,64%) dan stabilpada berbagai unit pengujian. Empat genotipe ZIOF-0049, ZIOF-0050,ZIOF-0046, dan ZIOF-0008 menunjukkan karakter stabil pada sifat hasildan mutu rimpang sehingga layak untuk direkomendasikan sebagaigenotipe unggul dan beradaptasi luas.Kata kunci: Zingiber officinale var. amarum, jahe putih kecil, interaksigenetik dan lingkungan, hasil, mutuABSTRACTThe provision of superior genotype having stable yield andquality is a prerequisite for the productivity and quality improvement ofsmall white ginger. Research to study stability of yield and quality wasundertaken on six promising genotypes with two control variety by multienvironmental tests in four locations (Sukabumi, Sumedang, Majalengka,and Garut) for two growing seasons from 2004-2006. The experimentused a randomized block design with three replicates, 60 cm x 40 cm plantspacing, 100 plants per plot. Parameters observed were fresh rhizomeyield and quality (essential oil content, total phenolic content, watersoluble extract, and alcohol soluble extract). Stability analysis wasundertaken based on Yau and Hamblin method. Genotype ZIOF-0049 andZIOF-0050 produced the high rhizome weight and considered to berelatively stable at four locations. Essential oils content of ZIOF-0049were medium (2,92%) and ZIOF-0050 were high (3,28%). Genotypes thathave high content of essential oil (3,91%) and stable in various testing unitwas ZIOF-0046. In addition to the essential oil content, genotypes ZIOF-0046 also had phenol (3,04%) and water-soluble extract (24,40%) contentwere high. Genotype ZIOF-0008 has a high volatile oil content (3,64%)and stable in various testing unit. Four genotypes ZIOF-0049, ZIOF-0050,ZIOF-0046 and ZIOF-0008 showed stable in rhizome yield and qualitycharacters. That were deserves to be recommended as superior genotypesand wide adaptation.Key words: Zingiber officinale var. amarum, small white ginger, geneticand environment interaction, yield, quality
PENGARUH UMUR PANEN RIMPANG TERHADAP PERUBAHAN FISIOLOGI DAN VIABILITAS BENIH JAHE PUTIH BESAR SELAMA PENYIMPANAN RUSMIN, DEVI; SUHARTANTO, M.R.; ILYAS, SATRIYAS; MANOHARA, DYAH; WIDAJATI, ENY
853-8212
Publisher : Pusat Penelitian dan Pengembangan Perkebunan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

ABSTRAKSalah satu faktor yang menentukan daya simpan benih jahe putihbesar (JPB) adalah mutu. Mutu benih sangat ditentukan oleh tingkatkemasakan rimpang. Penelitian bertujuan untuk mengetahui pengaruhumur panen terhadap perubahan fisiologi dan viabilitas benih selamapenyimpanan. Penelitian dilaksanakan di Rumah Kaca dan LaboratoriumTeknologi Benih, Balai Penelitian Tanaman Rempah dan Obat sertaLaboratorium Pascapanen IPB Bogor, mulai bulan Juli 2012 sampaidengan Februari 2013. Rancangan yang digunakan adalah acak lengkap(RAL) dengan lima ulangan. Perlakuan yang diuji adalah tiga tingkat umurpanen benih 7, 8, dan 9 bulan setelah tanam (BST). Pengamatan dilakukanterhadap perubahan fisiologis (penyusutan bobot, persentase rimpangbertunas, tunas, kadar air, dan laju respirasi), serta viabilitas rimpang benih(daya tumbuh, tinggi, dan bobot kering bibit). Hasil penelitianmenunjukkan rimpang benih umur 7 dan 8 BST mempunyai daya simpanterbaik karena menghasilkan masing-masing total angka penyusutan bobotlebih rendah (24,65 dan 25,25%) dan tunas lebih pendek (0,30 dan 1,08cm) dibandingkan dengan umur panen 9 BST (27,13% dan 1,62 cm),selama 4 bulan disimpan. Masa dormansi rimpang benih JPB mulai pecahsetelah mengalami periode simpan 2 bulan. Pertumbuhannya mulaiseragam setelah 3 bulan simpan. Umur panen jahe 7 dan 8 BSTmempunyai derajat dormansi yang lebih tinggi dibanding 9 BST. Rimpangbenih umur panen 7, 8, dan 9 BST mempunyai daya tumbuh tinggi (>95%)dan pertumbuhan bibit seragam setelah 3 bulan disimpan.Kata kunci: Zingiber officinale Rosc., penyimpanan, benih, perubahanfisiologis, viabilitasABSTRACTOne of the factors that determine the storability of seed rhizome ofwhite big ginger (WBG) is quality. The quality is determined by thematurity levels of seed rhizome. The aim of the experiment was to observethe effect of harvesting time on physiological changes and seed viability ofWBG seed rhizomes during the storage. The experiment was conducted atGreen House and Seed Technology Laboratory of Indonesian Spice andMedicinal Crops Research Institute, Bogor and Postharvest Laboratory,IPB, from July 2012 to February 2013. The experiment was arranged in acompletely randomized design with five replications. The treatmentstested were three levels of WBG seed rhizome harvesting time: 7, 8, and 9month after planting (MAP). Variables observed were physiologicalchanges of seed rhizomes during the storage (weight loss, sproutingpercentage, shoot height, respiration rate, and moisture content) andviability (growth ability, height, and dry weight of the seedling). Theresults showed that seed rhizomes at 7 and 8 had the best storability, sinceit was produced each low rate of weight loss (24.65 and 25.25%), andshoots shorter (0.3 and 1.08 cm) than 9 MAP (27.13% and 1.62 cm), for 4months in storage. Dormancy of WBG seed rhizomes has been brokenafter 2 months in storage. Harvesting at 7 and 8 showed a degree ofdormancy higher than the harvesting age 9 MAP. Harvesting time at 7, 8,and 9 MAP had high growth ability (> 95%) and uniform seedling growthafter 3 months in storage.Keywords: Zingiber officinale Rosc., storage, seed, physiologicalchanges, viability

Page 3 of 56 | Total Record : 552


Filter by Year

1998 2021


Filter By Issues
All Issue Vol 27, No 2 (2021): December 2021 Vol 27, No 1 (2021): June, 2021 Vol 26, No 2 (2020): December, 2020 Vol 26, No 1 (2020): June, 2020 Vol 25, No 2 (2019): Desember, 2019 Vol 25, No 1 (2019): Juni, 2019 Vol 24, No 2 (2018): Desember, 2018 Vol 24, No 1 (2018): Juni, 2018 Vol 23, No 2 (2017): Desember, 2017 Vol 23, No 1 (2017): Juni, 2017 Vol 22, No 4 (2016): Desember, 2016 Vol 22, No 3 (2016): September, 2016 Vol 22, No 2 (2016): Juni, 2016 Vol 22, No 1 (2016): Maret, 2016 Vol 21, No 4 (2015): Desember 2015 Vol 21, No 3 (2015): September 2015 Vol 21, No 2 (2015): Juni 2015 Vol 21, No 1 (2015): Maret 2015 Vol 20, No 4 (2014): Desember 2014 Vol 20, No 3 (2014): September 2014 Vol 20, No 2 (2014): Juni 2014 Vol 20, No 1 (2014): Maret 2014 Vol 19, No 4 (2013): Desember 2013 Vol 19, No 3 (2013): September 2013 Vol 19, No 2 (2013): Juni 2013 Vol 19, No 1 (2013): Maret 2013 Vol 18, No 4 (2012): Desember 2012 Vol 18, No 3 (2012): September 2012 Vol 18, No 2 (2012): Juni 2012 Vol 18, No 1 (2012): Maret 2012 Vol 17, No 4 (2011): Desember 2011 Vol 17, No 3 (2011): September 2011 Vol 17, No 2 (2011): Juni 2011 Vol 17, No 1 (2011): Maret 2011 Vol 16, No 4 (2010): Desember 2010 Vol 16, No 3 (2010): September 2010 Vol 16, No 2 (2010): Juni 2010 Vol 16, No 1 (2010): Maret 2010 Vol 15, No 4 (2009): Desember 2009 Vol 15, No 3 (2009): September 2009 Vol 15, No 2 (2009): Juni 2009 Vol 15, No 1 (2009): Maret 2009 Vol 14, No 4 (2008): Desember 2008 Vol 14, No 3 (2008): September 2008 Vol 14, No 2 (2008): Juni 2008 Vol 14, No 1 (2008): Maret 2008 Vol 13, No 4 (2007): DESEMBER 2007 Vol 13, No 3 (2007): SEPTEMBER 2007 Vol 13, No 2 (2007): JUNI 2007 Vol 13, No 1 (2007): MARET 2007 Vol 12, No 4 (2006): DESEMBER 2006 Vol 12, No 3 (2006): SEPTEMBER 2006 Vol 12, No 2 (2006): JUNI 2006 Vol 12, No 1 (2006): MARET 2006 Vol 11, No 4 (2005): DESEMBER 2005 Vol 11, No 3 (2005): SEPTEMBER 2005 Vol 11, No 2 (2005): JUNI 2005 Vol 11, No 1 (2005): Maret 2005 Vol 10, No 4 (2004): Desember, 2004 Vol 10, No 3 (2004): September, 2004 Vol 10, No 2 (2004): Juni 2004 Vol 10, No 1 (2004): Maret 2004 Vol 9, No 4 (2003): Desember 2003 Vol 9, No 3 (2003): September, 2003 Vol 9, No 2 (2003): Juni, 2003 Vol 9, No 1 (2003): Maret, 2003 Vol 8, No 4 (2002): Desember, 2002 Vol 8, No 3 (2002): September, 2002 Vol 8, No 2 (2002): Juni, 2002 Vol 8, No 1 (2002): Maret, 2002 Vol 7, No 4 (2001): Desember, 2001 Vol 7, No 3 (2001): September, 2001 Vol 7, No 2 (2001): Juni,2001 Vol 7, No 1 (2001): Maret, 2001 Vol 6, No 3 (2000): Desember, 2000 Vol 6, No 2 (2000): September, 2000 Vol 6, No 1 (2000): Juni, 2000 Vol 5, No 4 (2000): Maret, 2000 Vol 5, No 3 (1999): Desember, 1999 Vol 5, No 2 (1999): September, 1999 Vol 5, No 1 (1999): Juni, 1999 Vol 4, No 6 (1999): Maret, 1999 Vol 4, No 5 (1999): Januari, 1999 Vol 4, No 4 (1998): November, 1998 More Issue