Sukri, Urbanus
STAK Anak Bangsa

Published : 8 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

PEMBELAJARAN PENDIDIKAN AGAMA KRISTEN DI GEREJA SEBAGAI SARANA EFEKTIF DALAM PEMBENTUKAN KARAKTER JEMAAT TUHAN Urbanus Sukri
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol 5, No 2 (2021): Desember 2021
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v5i2.86

Abstract

The congregation of God or the Church are people who are called out of this world into fellowship with Christ. The main vision of God's church present in the world is to be like Christ (Rom. 8:29; Gal. 4:19). To be like Christ, God's church must have the character of Christ in itself. The character of Christ is love, that is, love for God and neighbor. The efforts of church leaders so that the congregation has the character of Christ is by way of formation. There are many kinds and varieties of congregational building, including learning Christian Religious Education. Christian Religious Education is a modern term for discipleship that has been carried out by the servants of God in the Old Testament and preserved by the Lord Jesus in the New Testament. In the Bible, it has been proven that discipleship or Christian Religious Education has produced God's servants with character (loving God and others) in their day. It is concluded that the implementation of Christian Religious Education learning is the most effective development in shaping the character of Christ in the church of God in this modern era.Jemaat Tuhan atau Gereja adalah orang orang yang dipanggil keluar dari dunia ini masuk kedalam persekutuan bersama Kristus. Visi utama jemaat Tuhan hadir didunia adalah menjadi serupa dengan Kristus (Rm. 8:29; Gal.4:19). Untuk menjadi serupa dengan Kristus, jemaat Tuhan harus mempunyai karakter Kristus dalam dirinya.  Karakter Kristus adalah kasih, yaitu kasih terhadap Allah dan sesama. Usaha para pemimpin jemaat agar para jemaat mempunyai karakter Kristus adalah dengan jalan pembinaan.  Banyak macam dan ragam tentang pembinaan jemaat, diantaranya adalah pembelajaran Pendidikan Agama Kristen. Pendidikan Agama Kristen adalah istilah modern untuk pemuridan yang telah dilaksanakan oleh para hamba Allah di Perjanjian Lama dan dilestarikan oleh Tuhan Yesus di Perjanjian Baru. Didalam Alkitab, sudah terbukti bahwa pemuridan atau Pendidikan Agama Kristen telah menghasilkan para hamba Tuhan berkarakter (mengasihi Tuhan dan sesamanya) pada zamannya. Maka disimpulkan bahwa pelaksanan pembelajaran Pendidikan Agama Kristen adalah pembinaan yang paling efektif dalam pembentukan karakter Kristus jemaat Tuhan pada zaman modern ini.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA KRISTEN DALAM PENDIDIKAN ANAK TERHADAP SPRITUALITAS ANAK TKK ANUGERAH IMMANUEL DI TAPANULI UTARA Novina Fransisca Nainggolan; Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (550.602 KB)

Abstract

Abstrak: Orang tua merupakan komponen keluarga yang terdiri dari ayah dan ibu, dan merupakan hasil dari sebuah ikatan perkawinan yang sah yang dapat membentuk sebuah keluarga. Sebagai orang tua seharusnya memiliki tanggung jawab untuk mendidik, mengasuh dan membimbing anak-anaknya untuk mencapai tahapan tertentu yang menghantarkan anak untuk siap dalam kehidupan bermasyarakat. Sebagai orang tua harus memberikan bimbingan nilai-nilai moral sesuai ajarana agama, mendisiplinkan, mengendalikan, turut dalam mengasuh anak-anak serta memenuhi kebutuhan jasmani dan rohani anak. Dalam penelitian ini bertujuan untuk (1) Meningkatkan kualitas spiritualitas anak, (2) Meningkatkan jiwa-jiwa anak yang takut akan Tuhan, (3) Meningkatkan semangat anak agar tetap saling mengasihi sesamanya. Peneliti mengamati TK Kristen Anugerah masih banyak anak-anak yang kurang memiliki kecerdasan spiritualitas yang baik. Hal inilah yang menjadi tugas dan tanggung jawab orang tua kepada anaknya sendiri. Jadi tanggung jawab sebagai orang tua harus mampu mengajarkan ajaran-ajaran agama Kristen kepada anak supaya anak lebih lebih mengasihi Tuhan dan sesamanya.
KEWAJIBAN RUMAH TUHAN SEBAGAI MISI JURUSELAMAT BERDASARKAN INJIL MATIUS 28:19 DITENGAH-TENGAH JEMAAT MENURUT JOHN CALVIN Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 3 (2022): Vol 2, No 3 (2022): September 2022
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (927.113 KB) | DOI: 10.59404/ijce.v2i3.106

Abstract

Abstrak: Kewajiban Rumah Tuhan bukan hanya memberitakan firman, melakukan kunjungan kepada jemaat, membantu yang mengalami kesusahaan namun lebih kepada pertanggung jawaban jiwa jemaat sehingga fungsi gereja dapat benar-benar terealisasikan, persoalan yang muncul adalah: Apa itu rumah Tuhan sebagai Misi Juruselamat? Apa kewajiban rumah Tuhan terhadap misi Juruselamat? Bagaimana kewajiban rumah Tuhan sebagai misi Juruselamat  berdasarkan injil Mat 28:19 ditengah-tengah jemaat menurut John Calvin? Metode penelitian ini menggunakan metode kualitatif melalui studi kepustakaan dan analisis isi. Hasil yang didapat adalah bahwa rumah Tuhan selain sebagai pastori/gedung gereja, punya kewajiban tugas, pekerjaan terhadap misi Juruselamat adalah membaptis orang dari segala bangsa, bukti bahwa memulainya kehidupan baru menjadi murid Kristus. Rumah Tuhan harus bermisi, menginjili, membaptis dan menjadikan pengikut Kristus yang diimbangi dengan tugas yaitu melaksanakan sakramen dan berkhotbah dimana Tuhan tempatkan agar kewajiban sebagai rumah Tugas bisa berfungsi sebagaimana yang Allah kehendaki. Abstract: The obligation of the House of God is not only to preach the word, to make visits to the congregation, to help those who are in trouble, but rather to the responsibility of the soul of the congregation so that the function of the church can be truly realized, the problems that arise are: What is the house of God as the Savior's Mission? What is the obligation of the house of the Lord to the Savior's mission? What is the obligation of the house of God as the Savior's mission based on the gospel of Matthew 28:19 in the midst of the congregation according to John Calvin? This research method uses qualitative methods through literature study and content analysis. The results obtained are that God's House apart from being a pastor/church building, has duties, the work of the Savior's mission is to baptize people from all nations, proof that starting a new life is becoming a disciple of Christ. The house of God must have a mission, evangelize, baptize and make followers of Christ which is balanced with the task of carrying out the sacraments and preaching where God has placed so that the obligations as a house of Duty can function as God wants. 
LIFE STYLE: PERILAKU MAHASISWA MASA KINI DAN PENGARUH MEDIA SOSIAL Darwis Lodowich Laana; Urbanus Sukri
Inculco Journal of Christian Education Vol 2, No 1 (2022): Vol 2, No. 1 (2022): Febuari 2022
Publisher : STAK Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (653.632 KB)

Abstract

Abstrak: Pada masa kini terjadi perubahan global dan perkembangan di tengah kehidupan, dengan semakin canggihnya teknologi informasi membuat mahasiswa sangat mudah untuk mengakses informasi yang diinginkan. Dengan perubahan yang sangat cepat ini muncullah berbagai gaya hidup modern yang serba instan yang mempengaruhi perilaku mahasiswa. Media sosial memiliki karakteristik unik dan memberikan efek menyenangkan sehingga mahasiswa tertarik terhadap fasilitasnya untuk digunakan secara terus menerus. Tujuan dari penelitian ini adalah (1). Bagaimanakah perilaku mahasiswa terhadap gaya hidup modern? (2). Pengaruh penggunaan media sosial terhadap gaya hidup mahasiswa? Metode yang digunakan jenis artikel konseptual atau artikel hasil pemikiran  merupakan analisa pemikiran terhadap fenomena-fenomena masalah yang muncul. Hasil dari penelitian (1). Perilaku mahasiswa terhadap gaya hidup modern yang sangat terlihat jelas yaitu: perilaku konsumtif dan hedonis. Gaya hidup lebih menggambarkan perilaku seseorang, yaitu bagaimana mereka hidup, menggunakan uangnya dan memanfaatkan waktu yang dimilikinya. (2). pengaruh media sosial bagi mahasiswa mempunyai dampak positif maupun negatif. Jika ditelaah tujuan dari media sosial yaitu sebagai alat untuk berkomunikasi dan memperoleh informasi, dan jika penggunaan media sosial dilakukan secara tepat dari segi tempat, waktu, dan tujuan penggunaannya, maka pengaruh negatif dari media sosial akan dapat dikurangi. Abstract: Nowadays, there are global changes and developments in the midst of life, with increasingly sophisticated information technology making it very easy for students to access the information they want. With this very rapid change, various instantaneous modern lifestyles have emerged that affect student behavior. Social media has unique characteristics and gives a pleasant effect so that students are interested in its facilities to be used continuously. The purpose of this research is to find out 1). How is the student's behavior towards the modern lifestyle? (2). The effect of using social media on student lifestyle? The method used is a conceptual article or a thought-provoking article, which is an analysis of the thoughts of the problem phenomena that arise. The results of the study (1). Student behavior towards the modern lifestyle that is very clearly visible, namely: consumptive and hedonic behavior. Lifestyle describes a person's behavior, namely how they live, use their money and take advantage of the time they have. (2). The influence of social media for students has a positive or negative impact. If we examine the purpose of social media, namely as a tool to communicate and obtain information, and if the use of social media is carried out appropriately in terms of place, time, and purpose of use, the negative influence of social media will be reduced.
PEMBELAJARAN KOOPERATIF DALAM MENGEMBANGKAN KEPEMIMPINAN MAJEMUK DI GEREJA Urbanus Sukri; Yesi Damita
Inculco Journal of Christian Education Vol 3, No 1 (2023): Vol 3, No. 1 (2023): Febuari 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v3i1.85

Abstract

Gereja adalah organisasi rohani sekaligus organisasi sosial. Sebagai organisasi, Gereja membutuhkan manajemen yang membawa kepada arah pemimpin yang mengelola dan mengarahkan menuju visi yang sudah ditentukan. Manajemen butuh orang atau kelompok orang yang menjalankan sehingga tercapai goal yang diharapkan. Pola kepemimpinan mana yang relevan bagi Gereja, pola kepemimpinan tunggal atau majemuk? Kepemimpinan yang majemuk adalah kepemimpinan yang alkitabiah. Kepemimpinan majemuk sesuai dengan kultur Gereja. Dan kepemimpinan majemuk relevan dengan situasi zaman. Kepemimpinan majemuk sangat mendukung pertumbuhan Gereja, baik kuantitas maupun kualitas.Pembelajaran kooperatif  model pembelajaran yang melibatkan banyak orang dan menekankan kerjasama diantara pelajarnya. Model pembelajaran ini dikembangkan sebagai pendekatan interaktif antara siswa, pengajar, dan bahan pengajaran. Pembelajaran kooperatif adalah strategi pembelajaran yang searah dengan pola kepemimpinan majemuk. Pembelajaran kooperatif dapat diimplementasikan dalam proses pembelajaran dan pelatihan suksesi kepemimpinan gerejawi. Dan kegiatan pembelajaran kooperatif ini sesuai dengan karakteristik kepemimpinan majemuk. Jenis penelitian yang digunakan adalah metode kualitatif dengan pendekatan deskriptif yang bertujuan untuk menyajikan informasideskriptif dan analisis tentang pembelajaran kooperatif dalam kepemimpinan majemuk Gereja.The Church is a spiritual organization as well as a social organization. As an organization, the Church needs management that leads to the direction of leaders who manage and direct towards a predetermined vision. Management needs people or groups of people who run so that the expected goals are achieved. Which leadership pattern is relevant for the Church, single or multiple leadership patterns? Multiple leadership is biblical leadership. Multiple leadership is in accordance with the culture of the Church. And plural leadership is relevant to the situation of the times. Multiple leadership is very supportive of the growth of the Church, both in quantity and quality. Cooperative learning is a learning model that involves many people and emphasizes cooperation among students. It was developed as an interactive approach between students, teachers, and teaching materials. Cooperative learning is a learning strategy that is in line with the pattern of multiple leadership. Cooperative learning can be implemented in the process of learning and training for ecclesiastical leadership succession. And this cooperative learning activity is in accordance with the characteristics of multiple leadership. The type of research used is a qualitative method with a descriptive approach that aims to present descriptive information and analysis about cooperative learning in the plural leadership of the Church.
BERKAT TUHAN BERDASARKAN IBRANI 11:6b DAN EVALUASI PEMBELAJARAN TEOLOGIS TERHADAP PANDANGAN JOHN BEVERE DITENGAH JEMAAT TUHAN Urbanus Sukri; Herles Babawat
Inculco Journal of Christian Education Vol 3, No 2 (2023): Vol 3, No 2 (2023): Juni 2023
Publisher : Sekolah Tinggi Agama Kristen Anak Bangsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59404/ijce.v3i2.154

Abstract

Berbicara mengenai berkat merupakan topic yang tidak pernah habis dibicarakan dalam kalangan orang percaya. Kitab Ibrani 11:6 menjelaskan mengenai bagaimana cara menerima berkat Tuhan dan upaya-upaya yang harus dilakukan. John Bevere dalam bukunya yang berjudul Upah dari Penghormatan menjelaskan mengenai berkat yang harus diusahakan manusia untuk didapatkan. Tulisan ini akan membahas mengenai berkat dalam kitab Ibrani 11:6 dan evaluasi dari pandangan John Bevere ditengah-tengah jemaat. Berkat yang diterima manusia seharusnya mengajarkan manusia untuk hidup mencari Tuhan. Bukan tanpa sebab manusia harus mencari Tuhan untuk mendapatkan berkat karena berkat asalnya dari Tuhan dan Tuhan itu sendiri adalah berkat. Talking about blessings is a topic that is never finished being discussed among believers. The book of Hebrews 11:6 explains how to receive God's blessings and the efforts that must be made. John Bevere in his book entitled Rewards from Honor explains the blessings that humans must strive to obtain. This paper will discuss the blessings in the book of Hebrews 11:6 and an evaluation of John Bevere's view amid the congregation. The blessings received by humans should teach humans to live in search of God. It's not without reason that humans have to seek God to get blessings because blessings come from God and God Himself is a blessing.
Pengaruh Strategi Pembelajaran Afektif Terhadap Karakter Mahasiswa Urbanus Sukri; Renta Leinvarben Sihombing; Urbanus Sukri
Skenoo : Jurnal Teologi dan Pendidikan Agama Kristen Vol. 1 No. 2 (2021): Desember
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (257.077 KB) | DOI: 10.55649/skenoo.v1i2.6

Abstract

Strategi pembelajaran adalah upaya yang direncanakan oleh pendidik membuat sebuah kondisi kegiatan belajar mengajar agar peserta didik mencapai tujuan pembelajaran. Strategi pembelajaran afektif hadir untuk membentuk sikap yang positif dari peserta didik sehingga tercipta keseimbangan ranah kongnitif, psikomotorik dan afektif. Peranan pendidik sangat diperlukan tidak hanya dalam teori melainkan juga melalui strategi pembelajaran afektif (sikap dan perilaku) yang dapat diteladani oleh peserta didik secara langsung. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif  dengan analisis data SPSS versi 22 untuk mengungkap pentingnya strategi pembelajaran afektif bagi karakter mahasiswa yang baik. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: 1) berdasarkan uji korelasi hubungan, dihasilkan nilai koefisien sebesar 0,500 menunjukkan adanya hubungan yang cukup kuat antara variabel strategi pembelajaran afektif terhadap karakter mahasiswa. 2) Uji t menghasilkan thitung (6,382) > ttabel (2,013) dan nilai Sig sebesar 0,000 < 0,05. Hasil ini menunjukkan bahwa variabel strategi pembelajaran afektif (X) berpengaruh yang signifikan terhadap variabel karakter mahasiswa (Y). Dengan demikian, penelitian ini membuktikan hipotesis bahwa strategi pembelajaran afektif memiliki pengaruh terhadap karakter mahasiswa di Sekolah Tinggi Teologi Tabernakel Indonesia.
SOLA FIDE SEBAGAI DASAR BERPIKIR TEOLOGIS ORANG KRISTEN Urbanus Sukri
Excelsis Deo: Jurnal Teologi, Misiologi, dan Pendidikan Vol. 7 No. 1 (2023): Vol. 7 No. 1 Juni (2023)
Publisher : Sekolah Tinggi Teologi Excelsius

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.51730/ed.v7i3.138

Abstract

Jurnal ini mengulas tentang Sola Fide sebagai dasar berpikir secara Teologis. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan pentingnya sola fide sebagai dasar berpikir teologis bagi orang Kristen. Penelitian ini menggunakan jenis riset pustaka (library research) yang memanfaatkan sumber perpustakaan untuk memperoleh data penelitiannya. Dengan kata lain, penelitian ini membatasi hanya mengambil bahan-bahan koleksi perpustakaan saja tanpa perlu melakukan riset lapangan (field research). Dan seluruh data diperoleh dari penggalian buku referensi, jurnal dan internet. Teknik analisa data pada penelitian ini dengan menggunakan teknik analisa kualitatif dengan cara deduktif. Adapun hasil dari penelitian ini adalah (bahwa) sola fide sangat tepat dan relevan sebagai dasar berpikir teologis bagi orang percaya. This journal reviews Sola Fide as a basis for theological thinking. This research aims to describe the importance of sola fide as a basis for theological thinking for Christians. This research uses a type of library research that utilizes library sources to obtain research data. In other words, this research is limited to taking only library collection materials without the need to conduct field research. And all data is obtained from extracting reference books, journals and the internet. Data analysis techniques in this study using qualitative analysis techniques in a deductive way. The results of this study are (that) sola fide is very appropriate and relevant as a basis for theological thinking for believers.