Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEMANFAATAN MESOPORI SILIKA UNTUK PEMISAHAN SELEKTIF SENYAWA PADA TEH HITAM (Camelia sinensis L.) Husein, Sri Gustini; Sundalian, Melvia
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 4 No 1 (2017): Jurnal Farmasi Galenika Volume 4 No 1, 2017
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (625.484 KB)

Abstract

Teh (Camellia sinensis [L.] O. Kuntze) merupakan bahan minuman  kedua yang paling  banyak diminati di dunia setelah air mineral. Pengembangan  metode isolasi  senyawa  metabolit  sekunder teh hitam perlu menjadi perhatian mengingat potensi dan manfaatnya. Salah satu metode yang dapat pilih yaitu dengan menggunakan material mesopori. Pada penelitian ini mesopori dibuat dari campuran CTAB (Cetyl Trimetil Amonium Bromide), etanol absolut, ammonium hidroksida, asam borat, dan TEOS (Tetraethyl Orthosilicate) yang karakterisasi menggunakan instrument Scanning Electron Microscopic, Transmition Electron Microscopic, dan  Fourier Transform Infrared. Selain itu, mesopori silika juga dilakukan penjerapan terhadap ekstrak teh hitam  yang bertujuan mengisolasi senyawa metabolit sekunder teh hitam, salah satunya kuersetin. Pemastian kadar kuersetin dilakukan dengan menggunakan Kromatografi Cair Kinerja Tinggi. Hasil karakterisasi menunjukan bahwa mesopori silika yang dibuat memiliki partikel dengan diameter antara 10-20 nm dan bersifat amorf. Berdasarkan proses penjerapan mesopori terhadap ekstrak hitam menghasilkan fraksi yang memiliki kadar kuersetin sebesar 0,8753 ppm. Mesopori silika dapat dikatakan memiliki kemampuan untuk menjerap beberapa metabolit sekunder  teh hitam, walaupun belum dapat diaplikasikan proses permurnian isolat.
PEMBUATAN DAN KARAKTERISASI NATRIUM KURKUMIN Winingsih, Wiwin; Husein, Sri Gustini; Sundalian, Melvia
JURNAL FARMASI GALENIKA Vol 5 No 1 (2018): Jurnal Farmasi Galenika Volume 5 No. 1, 2018
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (404.604 KB)

Abstract

Kunyit (Curcuma domestica L.) termasuk family Zingiberaceae yang banyak terdapat di daerah tropis dan subtropis termasuk Indonesia. Kunyit telah banyak digunakan sebagai pewarna makanan, penambah rasa, dan obat tradisional. Peningkatan kelarutan kurkumin telah terbukti dapat meningkatkan bioavaibilitas dan juga efek farmakologinya. Pembuatan garam kurkumin larut air dilakukan dengan cara reaksi penggaraman dengan menggunakan natrium metoksida sehingga menghasilkan natrium kurkumin yang diharapkan dapat meningkat kelarutannya. Selain itu pada penelitian ini juga dilakukan karakterisasi garam kurkumin dengan spektrofotometri UV-Vis, FTIR, LC-MS, HPLC, dan KLT. Garam natrium Kurkumin dengan perbandingan molnatrium : kurkumin ( 1:1 ) dapat meningkatkan kelarutan kurkumin dalam air sebesar 620 kali. Hasil karakteristik garam kurkumindengan spektrofotometri menunjukann adanya perubahan  panjang gelombang maksimum (λ maks) dari 450 nm menjadi 350 nm. Garam natrium kurkumin menunjukkan adanya substitusi atom H oleh natrium yang mengakibatkan turunnya intensitas puncak pada daerah 3500-3000 cm-1. Hasil ujikarakteristik dengan KLT garam kurkumin dan kurkumin memiliki sedikit perbedaan nilai Rf. Garam natrium kurkumin dapat dibuat dengan mereaksikan natrium metoksida dan kurkumin.
Review: Analisis Komponen Senyawa Kimia Krokot (Portulaca oleraceae L. dan Portulaca grandiflora Hook.): Review: Component Analysis of Purslanes Chemicals Compound (Portulaca oleraceae L. andPortulaca grandiflora Hook.) Sri Gustini Husein; Melvia Sundalian; Nurul Husna
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 2 (2021): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (300.97 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v3i2.278

Abstract

Purslanes are medicinal plants from the Portulacaceae family which has more than 100 species, including Portulaca oleraceae L. and Portulaca grandiflora Hook. Both types of purslanes have the potential to become natural medicines due to the presence of active chemical compounds that produce various pharmacological effects. This review compiled the data concerning chemical compounds found in those two types of purslanes, the method of analysis, as well as the factors that affect the quality and quantity of chemical compounds so that they can be used as references in determining natural medicinal ingredients by selecting purslanes based on their desired phytochemical compounds and the appropriate analysis. The data were collected by a method of searching research journals on Google Scholar using certain keywords. From this review, the results showed that the chemical compounds found in the two types of purslanes are phenolic, flavonoid, fatty acid, sterol, terpenoid, and alkaloid. These components can be analyzed using spectroscopic and chromatographic methods for both qualitative and quantitative analysis. Some factors that need to be considered in the analysis of these components are the analytical method used, the method of extraction, the solvents, the plant varieties and genotypes, the part of the plant used, the growth time and harvest time of the sample, and the conditions in which the samples grew.
Kajian Metode Ekstraksi dan Analisis Senyawa Astaxanthin yang Terkandung dalam Udang: Study of Extraction Methods and Analysis of Astaxanthin Compounds Contained in Shrimp Melvia Sundalian; Sri Gustini Sri Gustini; Fany Fistika Rishadi
Jurnal Sains dan Kesehatan Vol. 3 No. 4 (2021): Jurnal Sains dan Kesehatan
Publisher : Fakultas Farmasi, Universitas Mulawarman, Samarinda, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (277.14 KB) | DOI: 10.25026/jsk.v3i4.337

Abstract

Astaxanthin merupakan senyawa yang memiliki beragam aktivitas bermanfaat yang terdapat dalam organisme laut, sebagai contoh yaitu udang. Bagi beberapa negara, udang merupakan salah satu komoditas andalan dalam sektor ekspor dimana daging udang diolah untuk kegiatan ekspor dan bagian kepala, cangkang, karapas, dan ekornya tidak digunakan atau bahkan menjadi limbah. Kurangnya pengetahuan dan metode pengolahan yang tepat menjadi salah satu penyebab banyaknya limbah yang masih belum dimanfaatkan secara optimal. Beberapa penelitian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa dalam limbah udang masih terkandung senyawa astaxanthin yang memiliki potensi untuk dikembangkan menjadi suatu produk atau olahan yang dapat memiliki nilai tambah. Di dalam tinjauan ini dihimpun data ekstraksi dan identifikasi senyawa astaxanthin dalam udang, sehingga dapat menjadi referensi dalam menentukan metode ekstraksi dan identifikasi senyawa astaxanthin. Beberapa spesies udang juga telah diteliti terkait kandungan astaxanthin dan menunjukkan bahwa senyawa astaxanthin yang terkandung dalam setiap spesies bervariasi. Beragamnya kandungan astaxanthin baik pada spesies yang sama maupun spesies yang berbeda dipengaruhi oleh faktor internal dan faktor eksternal dari masing-masing spesies udang.
Pengaruh Waktu dan Suhu Penyimpanan Terhadap Kadar Amoksisilin dan Asam Klavulanat dari Produk Ruahan (Bulk) Sirup Kering Co-Amoxiclav Melvia Sundalian; Sri Gustini Husein; Vidya Putri Putri Ayuningtyas
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 11, No 1 (2022)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (649.367 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v11i1.177

Abstract

Co-Amoxiclav merupakan antibiotik kombinasi antara amoksisilin dan asam klavulanat yang digunakan untuk mengatasi infeksi akibat bakteri yang sudah resisten terhadap amoksisilin tunggal. Amoksisilin dan asam klavulanat memiliki gugus cincin β-laktam yang mudah terhidrolisis jika kondisi penyimpanan tidak sesuai. Untuk itu dilakukan monitoring kadar amoksisilin dan asam klavulanat pada produk ruahan saat proses penyimpanan selama proses produksi berlangsung. Waktu dan suhu penyimpanan mempengaruhi penurunan kadar zat aktif dalam produk ruahan. Penentuan kadar dilakukan dengan metode KCKT (Kromatografi Cair Kinerja Tinggi) dengan fase gerak metanol : NaH2PO4 0,05 M (10:90) dengan fase diam kolom inertsil ODS 4 ukuran 150 x 4,6 mm 5 µm, laju alir 1,0 mL/menit dengan volume injek 20 µl pada panjang gelombang 220 nm. Sampel produk ruahan ini disimpan pada suhu chiller (2-8°C), suhu AC 24 jam (16-25°C) dan suhu ambient (< 30°C) selama 12 hari dengan waktu pengujian pada hari ke-0, 4, 8 dan 12. Penurunan kadar amoksisilin dan asam klavulanat yang paling signifikan terjadi pada suhu ambient (< 30°C), sedangkan kondisi penyimpanan yang paling stabil terhadap kadar amoksisilin dan asam klavulanat yaitu pada suhu chiller (2-8°C). Lama penyimpanan produk ruahan yang disarankan tidak lebih dari 4 hari.
DETERMINASI KADAR KAFEIN PRODUK TEH HITAM INDONESIA DENGAN MENGGUNAKAN SPEKTROFOTOMETER FOURIER TRANSFORM INFRARED Melvia - Sundalian; Ilma - Nugrahani
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 7, No 1 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (838.816 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v7i1.73

Abstract

AbstrakTeh hitam merupakan salah satu bahan minuman yang sangat diminati di Indonesia. Pada umumnya, penilaian kualitas produk teh hitam dilakukan oleh tea taster menggunakan metode organoleptis. Variabilitas komposisi kandungan kimia merupakan faktor penting yang menentukan rasa, aroma, dan manfaat terhadap kesehatan. Kafein merupakan senyawa alkaloid golongan metilxantin menjadi perhatian khusus, mengingat kandungannya yang cukup tinggi dan berperan pada penentuan kualitas teh hitam. Pada penelitian ini telah dilakukan analisis kadar kafein pada produk teh hitam dengan Spektrofometer FTIR (Fourier Transform Infrared). Sampel teh hitam yang diuji berasal dari 12 produk teh hitam yang beredar di Indonesia. Hasil analisis menunjukkan metode ini dapat memberikan hasil analisis yang baik dengan nilai koefisien korelasi (R2) sebesar 0,997, Relatif Standar Deviation (RSD) sebesar 1,2743 %, serta nilai persentase rekoveri dengan rentang 97 - 102 %. Selain itu, hasil analisis kadar kafein teh hitam menunjukkan bahwa kadar kafein berada pada rentang 1 – 5%. Sampel BBT_GOL memiliki kadar kafein terendah dengan persentase sebesar 1,56 %, sedangkan sampel BBT_QUA memiliki kadar kafein tertinggi, dengan persentase kadar sebesar 4,44%.  Kata kunci: Teh Hitam, Fourier Transform Infrared, Kafein  AbstractBlack tea is one of the most popular beverage ingredients in Indonesia. Generally, tea quality assessment is done by tea taster using organoleptic method. The variability of chemical composition is an important factor that determines taste, flavor, and health benefits. Caffeine is a type of methylxanthin alkaloid compound of particular concern, given its high content and a role in determining the quality of black tea. The analysis of caffeine content has been done in black tea product with FTIR (Fourier Transform Infrared) Spectrophotometer. The sample of black tea tested from 12 black tea products marketing in Indonesia. The result of the analysis shows that this method can give good analysis result with correlation coefficient value (R2) equal to 0.997, Relative Standard Deviation (RSD) equal to 1.2743%, and value of recovery percentage with range 97 - 102%. The results showed that black tea analysis for caffeine content in range 1 - 5%. In Sample BBT_GOL caffeine content averages at 1.56% (lowest), while in sample BBT_QUA caffeine content averages at 4.44% (highest).  Keywords: Black Tea, Fourier Transform Infrared, Caffeine
STUDI SPEKTRUM DERIVATIF FTIR DAGING SAPI DAN DAGING BABI SETELAH MELALUI REAKSI ENZIMATIS Adang - Firmansyah; Melvia - Sundalian; Oo - Suprijana; Resti Pahlawati Fauziah
JURNAL SAINS DAN TEKNOLOGI FARMASI INDONESIA Vol 7, No 2 (2018)
Publisher : Sekolah Tinggi Farmasi Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (554.461 KB) | DOI: 10.58327/jstfi.v7i2.78

Abstract

AbstrakKasus pemalsuan daging sapi dengan daging babi masih tetap ditemukan dan memiliki perhatian serius terkait dengan masalah halal terutama di Indonesia yang merupakan negara mayoritas muslim. Analisis spektrum FTIR memungkinkan untuk dapat menganalisis perbedaan kandungan protein pada daging babi dan sapi. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis daging sapi dan daging babi dengan FTIR dengan reaksi enzimatis menggunakan enzim protease. Sampel dibuat dalam beberapa kelompok yaitu sampel daging tanpa penambahan enzim, sampel dengan enzim protease, sampel yang tidak dikeringkan, serta sampel yang dikeringkan. Hasil penelitian menunjukkan FTIR dapat membedakan daging sapi dan daging babi. Spektrum FTIR yang dihasilkan memiliki keterulangan yang baik dan serapan khas dari daging sapi maupun daging babi. Spektrum derivatif pertama FTIR daging babi menghasilkan perbedaan pita-pita serapan pada bilangan gelombang 1318 cm-1, 1019-1066 cm-1, 705 cm-1, 681 cm-1 yang tidak ditemukan pada daging sapi.Kata kunci : daging sapi, daging babi, reaksi enzimatis, spektrofotometri FTIR, spektrumderivatif pertamaAbstractAdulteration case of beef with pork still remain found and had serious attention due to halal issue especially in Indonesia as a moslem majority country. FTIR spectrum analysis makes it possible to analyze differences in protein content in pork and beef. This study aims to analyze the beef and pork with FTIR with enzymatic reaction using protease enzymes. Samples were made in several groups, namely samples without enzyme addition, samples with protease enzymes, non-dried samples, and dried samples. The result of this research indicate that FTIR method successfully differentiate beef to pork. The analysis result showed the measurument using FTIR spectrum were relative repeatable and produced some unique bands both pork or beef. The first derivative spectrum FTIR of pork produced different absorption bands at wave numbers 1318 cm-1, 1019-1066 cm-1, 705 cm-1, 681 cm-1 which were not found in beef.Keywords : beef, pork, denaturation of enzyme, spektrofotometri FTIR, first derivative spectrum