Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : Gorontalo Journal of Public Health

Kajian Antrian Pelayanan Pendaftaran Pasien BPJS di Rumah Sakit Heryana, Ade; Mahadewi, Erlina Puspitaloka; Ayuba, Iyan
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (521.647 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v0i0.462

Abstract

Abstract The enhancement of patient’s visit to hospital led to the increasing of length of queue particularly at registration division. This condition made the long duration of waiting time for patients. Hospital’s management should manage the patients queue especially for the period of bottle neck condition. This operation research reviewed the patients queue at existing outpatient registration service system and proposed the optimal system based on queuing theory and trade-off analysis of cost of service and cost of waiting. Cross-sectional data applied to collect the patient’s arrival rate, service time for every server, waiting cost, and queue related behavior. Result of this study suggested that existing system was non-steady state system and not optimum based on trade-off analysis. Patients who came at least 08.00 am should serve with 2 servers of queue number service, and 6 servers of outpatient registration. Whereas patients who came after 08.00 am should serve with 1 servers of queue number service, and 2 servers of outpatient registration. This study recommended the range of patient’s arrival and service rate that the describe viability of optimum system. This study suggested hospital’s management should be focus on manage the patient arrival at early morning with applied the suitable queue management technology to controlling the registration waiting line.AbstrakPeningkatan kunjungan pasien ke rumah sakit menyebabkan antrian pasien khususnya pada pelayanan rawat jalan bertambah. Kondisi ini menyebabkan waktu tunggu pelayanan menjadi lama. Manajemen rumah sakit sebaiknya mengelola antrian pasien terutama pada pelayanan yang mengalami hambatan (bottle neck). Penelitian operasional ini bertujuan mengkaji antrian pasien pada sistem pelayanan pendaftaran rawat jalan dan merekomendasikan sistem yang optimal berdasarkan analisis dengan teori antrian dan trade-off antara biaya pelayanan dengan biaya menunggu per pasien. Pengumpulan data secara potong lintang untuk mengetahui tingkat kedatangan pasien, tingkat pelayanan tiap loket pelayanan, dan perilaku pasien saat mengantri. Hasil penelitian menunjukkan sistem pelayanan yang ada saat ini dalam kondisi tidak steady state dan tidak optimum berdasarkan analisis trade-off. Direkomendasikan untuk mengoperasikan 2 loket pengambilan nomor antrian dan 6 loket pendaftaran rawat jalan bagi pasien yang datang sebelum jam 08.00, serta mengoperasikan 1 loket pengambilan nomor antrian dan 2 loket pendaftaran rawat jalan bagi pasien yang datang setelah jam 08.00. Pada studi ini peneliti juga merekomendasikan rentang tingkat kedatangan pasien dan tingkat pelayanan yang dapat diterapkan untuk sistem yang optimal. Disarankan agar manajemen rumah sakit memfokuskan pengelolaan kedatangan pasien dan antrian pasien pada pagi hari, dengan menerapkan teknologi pengelolaan atrian yang sesuai.
Analisis Waktu Tunggu Pelayanan Poliklinik Paru di Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Tangerang Mahadewi, Erlina Puspitaloka; Heryana, Ade; Kurniawati, Yatmi; Ayuba, Iyan
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 2 NOMOR 1, APRIL 2019
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (413.658 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v2i1.463

Abstract

Service queue is a clasically service problem at hospital. The conotation of patient queue both positive and negative. When the patients more prefer to our services, it’s a positive matter. But when patients forced to waiting the service because the length of service time, it’s a negative matter. It’s suggested that the increasing of inpatients service affected to outpatients, because doctors who served often late to outpatient services room. This condition led to patient’s unsatisfaction due to unappropriateness of service time standards. This study aimed to analyze the determinants of length of outpatient services waiting time who served by pulmonologist at general hospital Tangerang City. Qualitative design was held to get deepest information about length of pulmologist service time. Five informants were recruited i.e outpatient service coordinator, nurse, pulmonologist, and two patients who complained to length of waiting time. Result there were conditions that affected the length of service time i.e lack of nurse skill particularly in spirometre operation, inadequately amount of chair at waiting room and trobleshooting of information system, unavailable of service procedure that led to imprecise of newly patient service, working condition wasn’t support to pulomonogist service i.e inpatient service activity. It’s suggested to complete with procedure operation standard and enhance infrastructure budget to update the information system and the addition of chairs at waiting room.pelayanan rawat jalan akibat petugas terlambat datang ke poliklinik. Hal ini berdampak pada ketidakpuasan pasien karena ketidaksesuaian dari standar yang telah ditetapkan. Atas dasar itulah maka menarik untuk diadakan penelitian tentang faktor penyebab lamanya waktu tunggu pelayanan rawat jalan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui penyebab lamanya waktu tunggu pasien di Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik Penyakit Paru RSUD Kota Tangerang. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan tujuan mendapatkan informasi yang lebih aktual dan akurat mengenai faktor penyebab lamanya waktu tunggu di Pelayanan Rawat Jalan Poliklinik Paru RSUD Kota Tangerang. Informan terdiri dari informan kunci, informan utama dan informan pendukung. Gambaran penyebab lamanya waktu tunggu pelayananan di bagian Instalasi Rawat Jalan dalam pelayanan di Poliklinik Paru RSUD Kota Tangerang, yaitu: perawat masih memerlukan pelatihan dan pengembangan dalam mengoperasikan alat spirometri, fasilitas ruang tunggu yaitu kursi yang masih belum mencukupi dan program SIMRS (system infromasi manajemen Rumah Sakit) yang harus lebih baik lagi untuk menunjang kegiatan di pelayanan poliklinik paru, prosedur pemberian pelayanan masih belum lengkap, SOP (Standar Operasional Prosedur) alur pelayanan belum ditetapkan, sehingga pada pasien baru sering terjadi salah prosedur, tingginya jumlah tindakan pasien paru rawat inap menyebabkan lamanya pelayanan. Saran sebaiknya manajemen rumah sakit melengkapi SOP pada instalasi rawat jalan, penambahan anggaran terkait pembaharuan SIMRS dan penambahan fasilitas tempat duduk pasien.
ANALISIS PERILAKU PEMBERIAN ASI EKSKLUSIF DI PUSKESMAS BEKASI Mahadewi, Erlina Puspitaloka; Heryana, Ade
Gorontalo Journal of Public Health VOLUME 3 NOMOR 1, APRIL 2020
Publisher : Universitas Gorontalo

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (532.557 KB) | DOI: 10.32662/gjph.v3i1.850

Abstract

UNICEF and WHO data showed that exclusive breastfeeding can reduce infant morbidity and mortality by 88%. The coverage of exclusively breastfeeding infants was 61.33%, the highest percentage was in West Nusa Tenggara (87.35%) and the lowest percentage was in Papua (15.32%). Exclusive breastfeeding is given when the baby is born until the age of 6 months. In Indonesia there are 31.36% of 37.94% of children sick because they do not receive exclusive breastfeeding. Aim of this study to determine the relationship of knowledge, work, and family support with the behavior of exclusive breastfeeding health center working area Bekasi City. This study was a cross sectional approach with a sample of 130 respondents. The sampling in this study using simple random sampling technique, analyzed by the chi square test conducted in July 2019 to April 2020. Results of this study there were 96 respondents (73.8%) mothers who did not provide exclusive breastfeeding and 34 resondents (26.2%) mothers who give exclusive breastfeeding to their babies. There was a significant relationship between knowledge (p = 0,000 and PR = 1,588), employment (p = 0,000 and PR = 1,995), family support (p = 0,001 and PR = 1,514) with exclusive breastfeeding health center working area Bekasi. It was concluded that knowledge, employment, and family support were related to exclusive breastfeeding. It was recommended for health workers to create innovations and new programs to increase exclusive breastfeeding, and in the family level should provide support for exclusive breastfeeding practices.Berdasarkan data UNICEF dan juga data WHO pemberian ASI eksklusif dapat menurunkan angka kesakitan dan kematian bayi lebih dari 88%. Cakupan bayi yang mendapat ASI eksklusif sebesar 61,33%, persentase tertinggi terdapat pada Nusa Tenggara Barat (87,35%) dan persentase terendah terdapat di Papua (15,32%). ASI eksklusif diberikan saat bayi mulai dilahirkan sampai pada usia 6 bulan. Di Indonesia terdapat 31,36% dari 37,94% anak yang sakit dikarenakan tidak dapat menerima ASI eksklusif. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan pengetahuan, pekerjaan dan dukungan keluarga dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Bekasi. Penelitian menggunakan pendekatan cross sectional, dengan besar sampel sebanyak 130 responden. Pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan teknik simple random sampling, dan analisis data menggunakan uji chis-quare yang dilakukan pada bulan Juli 2019 sampai April 2020. Hasil penelitian terdapat 96 (73,8%) ibu yang tidak memberikan ASI eksklusif dan 34 responden (26,2%) yang telah memberikan ASI eksklusif kepada bayinya. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan (p = 0,000 dan PR = 1,588), pekerjaan (p = 0,000 dan PR = 1,995) dan dukungan keluarga (p = 0,001 dan PR = 1,514) dengan perilaku pemberian ASI eksklusif di wilayah kerja Puskesmas Kota Bekasi. Disimpulkan bahwa pengetahuan, pekerjaan, dan dukungan keluarga berhubungan dengan pemberian ASI eksklusif. Disarankan untuk petugas kesehatan membuat inovasi dan program baru untuk meningkatkan pemberian ASI eksklusif, dan pada tingkat keluarga kiranya memberikan dukungan terhadap pemberian ASI eksklusif.