Komunikasi sebuah faktor yang paling penting digunakan untuk menetapkanhubungan terapeutik antara perawat dan pasien. Selama ini kita lihat banyak masyarakatmengeluh dan tidak puas dengan pelayanan terutama pada komunikasi. Kurangnya perawatdalam menerapkan komunikasi terapeutik bisa disebabkan karena terlalu padatnya jam kerjasehingga perawat jarang sekali berinteraksi dengan pasien.Pengumpulan data dilakukan pada bulan juli 2016. Penelitian ini menggunakan crosssectional. Populasi penelitian ini pasien (keluarga) yang sedang menunggu pasien yangdirawat, populasi adalah seluruh objek penelitian. jumlah sampel 89 orang yang diambildengan menggunakan rumus Nursalam dengan menggunakan teknik pengambilan sampelAccidental Sampling, data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner. Pengolahan dananalisa data dilakukan secara Univariat dan Bivariat.Hasil Univariat memperlihatkan sebagian besar responden tidak menerapkankomunikasi trapeutik 62 (69,7%) dan lebih separoh responden memiliki motivasi kurang baik49 (55,1%), dan lebih separoh responden memiliki sikap negative 55 (61,8%) dan lebihseparoh responden memiliki pengetahuan kurang baik 63 (70,8%). Hasil bivariatmemperlihatkan terdapat hubungan yang bermakna antara motivasi p=0,001, sikap pasindengan pelaksanaan komunikasi terapeutik p=0,003 dan pengetahuan dengan pelaksanaankomunikasi terapeutik p= 0,004.Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan motivasi, sikap, pengetahuandengan komunikasi terapeutik perawat. Saran yang diharapakan bagi Rumah Sakit agar kepalaRumah Sakit lebih menekankan pada komunikasi terapeutik perawat. Perawatan menjadi lebihefektif dan efisien serta dapat meningkatkan pelayanan yang profesional dibidang kesehatankhususnya.