Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS Juhan, Nawawi; Syarif, Jenne
Jurnal Sains dan Teknologi Reaksi Vol 6, No 2 (2008): Jurnal Sains dan Teknologi Reaksi
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/jstr.v6i2.101

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh sudut atap cerobong terhadap keseragaman distribusi temperatur di setiap rak yang terdapat dalam lemari pengering. Pengkajian lebih lanjut dilakukan terhadap karakteristik perpindahan panas pada Ruang Sistem Pengering untuk mendapatkan sistim dan peralatan pengering yang optimal dengan temperatur yang lebih merata pada setiap rak di dalam lemari pengering dengan menggunakan energi panas bahan bakar. Pengujiannya dilakukan dengan membuat suatu sistem peralatan pengering dengan sistem aliran gas panas alamiah, yang terdiri atas lima bagian utama yaitu ruang pembakaran, pengarah awal tidak berlubang berbentuk V dengan sudut 30o, saluran pengarah sirip besudut 15o, ruang pengeringan dengan 7 rak pengeringan, dan 3 buah cerobong dengan sudut atap masing-masing 15o, 25o, 35o. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sudut atap cerobong sangat berpengaruh terhadap keseragaman distribusi temperatur di dalam ruang pengering. Semakin kecil sudut atap cerobong maka distribusi temperatur yang dicapai semakin seragam di setiap rak dalam ruang pengering. Karakteristik perpindahan panas yang terjadi seperti Grashof number, Rayleigh number, Nusselt number, dan koeffisien perpindahan panas dipengaruhi oleh ketinggian karakteristik, lebar karakteristik, dan sudut atap cerobong.Kata kunci: Sudut atap cerobong, distribusi temperatur, karakteristik pindah panas.
PENGARUH SUDUT ATAP CEROBONG TERHADAP DISTRIBUSI TEMPERATUR PADA RUANG PENGERING BERTINGKAT DAN KARAKTERISTIK PERPINDAHAN PANAS Juhan, Nawawi
Jurnal Sains dan Teknologi Reaksi Vol 11, No 2 (2013): Jurnal Sains dan Teknologi Reaksi
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/jstr.v11i2.152

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk melihat pengaruh sudut atap cerobong terhadap keseragaman distribusi temperatur di setiap rak yang terdapat dalam lemari pengering. Pengujian dilakukan dengan membuat suatu sistem peralatan pengering dengan sistem aliran gas panas alamiah, yang terdiri atas lima bagian utama yaitu ruang pembakaran, pengarah awal tidak berlubang berbentuk V dengan sudut 30o, saluran pengarah sirip bersudut 15o, ruang pengeringan dengan 7 rak pengeringan, dan 3 buah cerobong dengan sudut atap masing-masing 15o, 25o, 35o. Hasil penelitian menunjukkan bahwa distribusi temperatur dalam ruang pengering dengan sudut atap cerobong 15o mencapai keseragaman temperatur setelah pemanasan 90 menit. Karakteristik perpindahan panas yang terjadi seperti Grashof number, Rayleigh number, Nusselt number, dan koeffisien perpindahan panas dipengaruhi oleh ketinggian karakteristik, lebar karakteristik, dan sudut atap cerobong.Kata kunci: Sudut atap cerobong, distribusi temperatur, karakteristik pindah panas.
Analisa Pengaruh Kuat Arus Pengelasan Gmaw Pada Pengujian Impak Baja AISI 1050 Zainal Fakri; Bukhari Bukhari; Nawawi Juhan
Journal of Welding Technology Vol 1, No 1 (2019): June
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (694.018 KB) | DOI: 10.30811/jowt.v1i1.1133

Abstract

GMAW welding is a welding process that uses CO2  gas as a weld metal protective media from the influence of outside air. This welding uses a heat source from electrical energy that is converted or converted into heat energy. While the AISI 1050 steel plate is steel which has a carbon content of 0.50% so it is classified as medium carbon steel. This steel is widely used in the market because it has many advantages, one of which is having good weldability (machinability), good wear resistance (wear) and good mechanical properties as well. This study aims to determine the shock strength (impact) on the results of welding using the charpy method in the GMAW welding process against AISI 1050 steel with seam 70 ° V angle. Current variations used in this welding process are 100, 120 and 140 Amperes. From the tests that have been done, it is known that the highest shock strength (impact) at 100 Amperes current produces a toughness value of 2.36 joules / mm². While the lowest impact test results at a current of 120 Amperes produce a toughness value of 2.02 joules / mm². The results of the fracture form after the impact testing process show that the specimen at 100 Amperes current has a ductile fracture. While at currents of 120 and 140 Amperes the mixture is broken.. Keywords :  GMAW Welding, Impact Testing, Tough Value, Impack Test AbstrakPengelasan GMAW adalah suatu proses pengelasan yang menggunakan gas  sebagai media pelindung weld metal dari pengaruh udara luar. Pengelasan ini menggunakan sumber panas dari energi listrik yang dirubah atau dikonversikan menjadi energi panas. Sementara plat baja AISI 1050 merupakan baja yang memiliki kadar karbon 0.50% sehingga tergolong dalam baja karbon sedang. Baja ini banyak digunakan di pasaran karena memiliki banyak keunggulan salah satunya adalah mempunyai sifat mampu las yang baik (machinability), wear resistance-nya (keausan) baik dan sifat mekaniknya yang baik juga. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kekuatan kejut (impak) pada hasil pengelasan dengan menggunakan metode charpy pada proses las GMAW terhadap baja AISI 1050 dengan kampuh V sudut 70º. Variasi arus yang digunakan  dalam proses pengelasan ini yaitu 100, 120 dan 140 Ampere. Dari pengujian yang telah dilakukan, diketahui bahwa kekuatan kejut (impak) tertinggi pada  arus 100 Ampere menghasilkan nilai ketangguhan sebesar 2.36 joule/mm². Sementara hasil pengujian impak terendah pada arus 120 Ampere menghasilkan nilai ketangguhan sebesar 2.02 joule/mm². Hasil bentuk patahan setelah proses pengujian impak menunjukkan benda uji pada arus 100 Ampere mengalami patah ulet. Sementara pada arus 120 dan 140 Ampere mengalami patah campuran.Kata Kunci: Pengelasan GMAW,  Pengujian Impak, Nilai Ketangguhan, Uji Impack
Kajian karakteristik perpindahan panas pada ruang sistem pengering/pengasapan dengan enersi panas. dari bahan bakar 0 Nawawi Juhan
Jurnal POLIMESIN Vol 6, No 2 (2008): Agustus
Publisher : Politeknik Negeri Lhokseumawe

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30811/jop.v7i2.1376

Abstract

Penggunaan lemari pengering untuk pengeringan masih mempunyai kelemahan, yaitu temperatur pengering di dalam lemari pengering sering tidak seragam atau tidak sama di setiap rak yang terdapat dalam lemari pengering, dimana temperatur udara panas pada rak-rak pengering yang bejauhan dengan sumber panas atau pada rak-rak makin ke atas semakin menurun. Jika ketidaksamaan temperatur fuida pengering pada setiap rak dalam lemari pengering tersebut tidak leratasi, maka hasil pengering akan menurun kualitasnya yang diakibatkan oleh tidak meratanya suhu pengering yang diterima setiap produk yang dikeringkan. Masalah ini diyakini dapat diatasi dengan menahan laju gas panas keluar dari ruang pengering dengan membuat sudut cerobong gas panas keluar yang tepat. Penelitian ini dilakukan untuk menentukan berapa sudut cerobong gas panas keluar peralatan pengering yang tepat sehingga didapat keseragaman temperatur di setiap rak yang terdapat dalam lemari pengering. Disamping itu juga untuk melihat pengaruh pengarah awal terhadap distribusi temperatur di dalam saluran peralatan pengering. Pengujiannya dilakukan . dengan membuat suatu sistem peralatan pengering dengan sistem aliran gas Panas alamiah, yang terdiri atas lima bagian utama yaitu ruang pembakaran, pengarah awal 2 buah tidak berlubang dan berlubang dibuat berbentuk V dengan sudut 3G, saluran aliran udara panas, ruang pengeringan dengan 7 buah rak pengeringan, dan cerobong 3 buah dengan sudut masing-masing 15”, 25”, dan 35” Pengkajian lebih laryut dilakukan terhadap karakteristik perpindahan panas dan pola aliran Nuida pada Ruang Sistem Pengering/Pengasapan untuk mendapatkan sistim dan peralatan pengering yang optimal dengan menggunakan energi bahan bakar dan temperatur yang lebih merata pada setiap rak di datam lemari pengering. Hasil penelitian menunjukkan, bahwa sudut cerobong sangat berpengaruh terhadap keseragaman distribusi temperature di dalam ruang pengering. Peralatan pengering dengan cerobong bersudut 15” dapat menghasikan. distribusi temperatur yang teratur, gradient temperature yang terjadi kecil di awal pemanasan dan setelah kestabilan tercapai distribusi temperature menjadi seragam di setiap rak dalam ruang pengering. Disamping itu Pengarah awal juga berpengaruh terhadap diistribusi di dalam saluran pemanas, dimana distribusi temperatur pada saluran pemanas dengan pengarah awal berlubang dan tidak berlubang sangat berbeda, ini disebabkan oleh pola aliran yang terjadi terutama pada sudut atap cerobong yang 15”. yang mana turbulensinya lebih besar dengan pengarah awal tidak berlubang. Karakteristik perpindahan panas yang terjadi seperti Grashof number, 'Rayleigh number, Nusselt number, dan koeffi. ien perpinduhan panas yang terjadi di dalam peralatan pengering dipengaruhi oleh ketinggian karakteristik, lebar karakteristik, dan geometri saluran (sudut saluran).Kata Kunci : Pengering Grashof Number, Rayleigh Number, Perpindahan Panas