Mamur 19:1-15 dibagi dalam dua bagian besar berdasarkan dua syair yang berbeda, namun sinergis, yaitu syair pertama dalam ayat 1–7, dan syair kedua dalam ayat 8–15. Sinergisnya kedua syair ini membahas tentang pujian-pujian kepada Allah. Dan secara terpisah namun berkaitan, maka syair pertama membahas tentang keagungan dan kebesaran penyataan Allah dalam karya penciptaan langit dan segala sesuatu yang ada di dalamnya (General Revelation); sedangkan syair kedua membahas tentang keagungan dan kebesaran penyataan Allah secara khusus dalam Hukum Taurat (Special Revelation). Keduanya bersinergi satu dengan yang lain, sebagai modus Allah menyatakan diri-Nya kepada manusia. Misi Allah adalah misi Allah menyatakan atau memperkenalkan diri-Nya kepada manusia. Ada dua modus misi penyataan Allah, yaitu modus penciptaan dan modus perkataan. Dengan kata lain, misi Allah adalah misi melalui aksi penciptaan dan misi melalui perkataan yang ditulis dan yang kemudian diberitakan. Gereja, dalam sejarahnya, jatuh hanya pada salah satu sisi misi Allah, sehingga membentuk kutub misi ekstrim kiri, yakni misi penciptaan (humanity) dan misi ekstrim kanan yakni misi pemberitaan Firman (spirituality), pada hal, Allah tidak bermaksud demikian. Penyusun Mazmur 19 mengajak dua kutub misi yang ekstrim untuk memformulasi misi yang seutuhnya, lepas dari kutub ekstrim dan berani untuk berangkulan dengan kutub yang lain, sehingga menghasilkan suatu bangunan misi yang seutuhnya. Misi Allah tidak berhenti pada misi penciptaan, sebagaimana Pemazmur yang menulis Mazmur 19 tidak hanya berhenti pada ayat 7, melainkan berlanjut pada misi pemberitaan, yaitu misi melalui Firman Tuhan, sebagaimana yang dikemukakan Pemazmur pada ayat 8 dan seterusnya. Misi yang hanya berhenti pada ayat 7 menghasilkan misi agama-agama, karena agama ada sebagai respon terhadap penyataan Allah secara umum. Inilah misi yang tidak bersingungan dengan tema keselamatan, pada hal, setelah penciptaan, dunia bukan hanya dinodai, melainkan dirusak oleh dosa manusia, sehingga misi penciptaan tidak mungkin lagi berlanjut. Misi penciptaan sesungguhnya berhenti pada kitab Kejadian pasal dua. Karena itu, Allah melanjutkan dengan misi, yaitu keselamatan dari dosa dengan cara memberikan Firman, yang membebaskan manusia dari dosa (Kej 3:15). Misi ini dimulai oleh Allah dengan memilih orang tertentu, seperti Abraham, sampai memilih bangsa tertentu, seperti Israel untuk menjadi alat misi. Misi ini dilaksanakan secara eksklusif oleh orang atau bangsa tertentu, namun untuk menjangkau orang atau bangsa secara inklusif. Dari uraian di atas, maka misi yang bersifat inklusif yaitu misi ALLAH melalui ciptaan-Nya, dan misi ini berlanjut pada misi yang bersifat eksklusif, yaitu misi TUHAN melalui Firman-Nya. Misi inklusif melalui penciptaan adalah misi universal, sedangkan misi ekslusif melalui firman adalah misi bersifat partikular. Allah hanya memberikan Firman-Nya (Taurat, Peraturan, Titah, Perintah, Takut akan Tuhan, dan Hukum) kepada umat pilihan-Nya. Karena itu, Mazmur 19:8-11 adalah himne pujian umat Allah, yaitu umat yang berkitab, yang memuji Allah karena mengenal Allah melalui Firman Allah. Lebih jauh lagi, misi penyataan Allah melalui alam semesta, hanya dapat dimengerti dan dialami melalui misi penyataan Allah secara khusus yaitu Firman Tuhan. Artinya, manusia dapat mengenal Allah melalui alam semesta dalam terang Firman Tuhan. Tanpa beriman kepada Firman, manusia tidak dapat mengenal Allah melalui alam semesta. Akhirnya, sekalipun dua modus tidak dapat dipisahkan, namun keduanya dapat dibedakan. Misi Allah menyatakan diri-Nya melalui penciptaan adalah bersifat umum karena dialamatkan kepada semua orang; sedangkan misi Allah menyatakan diri-Nya melalui Firman-Nya adalah bersifat tertentu, yaitu khusus kepada umat pilihan atau umat yang berkitab. Pengenalan akan Allah melalui Taurat Tuhan adalah lebih jelas atau lebih terang dibandingkan dengan pengenalan melalui alam. Karena pengenalan melalui Taurat Tuhan adalah bersifat obyektif, yaitu manusia mengenal berdasarkan wahyu Allah yang tertulis; sedangkan pengenalan akan Allah melalui alam adalah bersifat subyektif, yaitu manusia mengenal Allah berdasarkan sudut pandang dan latar belakang dari manusia itu sendiri melihat dan memaknai ciptaan Allah. Karena itu, penyataan Allah secara umum melalui alam melahirkan penyembahan dan pujian kepada Allah yang tidak dikenal atau penyembahan berhala. Sedangkan penyataan Allah secara khusus melalui Firman melahirkan ibadah kepada yang dikenal melalui hubungan. Karena itu, kekristenan bukan hanya suatu agama, melainkan lebih dari itu, yaitu hubungan dengan Allah. Kristen bukan hanya agama yang mengakui adanya Allah, melainkan mengenal Allah dan Tuhan dengan cara berhubungan secara intim.