Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KONSEP DESAIN BANGKU DAN KURSI SEKOLAH DASAR DI SURABAYA Martadi, Martadi
Dimensi Interior Vol 4, No 2 (2006): DESEMBER 2006
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (347.238 KB) | DOI: 10.9744/interior.4.2.pp. 72-79

Abstract

This study is meant to explain thoroughly the underlying concept of desk and chair design for elementary schools in Surabaya, and to propose an alternative design concept which may be ideal for elementary school pupils. This study finds out that the design concept of desks and chairs for elementary school is very much affected by three educational matters, namely: the learning pattern that tends to be teacher-centered, too many pupils per classroom, and the school's financial capabilities. These three matters have given impacts on the design concept of desks and chairs which tends to be conventional with such a traditionally-patterned classroom arrangement. The factors being considered during the process of designing the desks and chairs for elementary schools are closely related with their natural and social-cultural environments, aesthetics, economy, function, and techniques. Those factors have significant impacts on the visual elements of those desks and chairs which can clearly be seen from their materials, constructions, measurements, shapes, and colors. Abstract in Bahasa Indonesia : Kajian ini bertujuan menjelaskan secara menyeluruh konsep pemikiran yang mendasari perancangan bangku dan kursi sekolah dasar khususnya di Surabaya dan merumuskan alternatif konsep perancangan bangku dan kursi sekolah dasar yang ideal. Hasil kajian memperlihatkan bahwa konsep perancangan bangku dan kursi sekolah dasar sangat dipengaruhi oleh tiga persoalan pendidikan yaitu pembelajaran yang cenderung berpola teacher-centered, besarnya jumlah siswa per kelas, dan kemampuan finansial sekolah. Ketiga persoalan tersebut berdampak terhadap konsep desain bangku dan kursi yang cenderung konvensional dengan pola ancangan ruang kelas tradisional. Faktor-faktor yang menjadi pertimbangan dalam proses perancangan desain bangku dan kursi sekolah dasar, berkaitan dengan lingkungan alam dan sosial budaya, estetis, ekonomi, fungsi maupun teknik. Faktor-faktor tersebut secara signifikan berpengaruh terhadap unsur visual bangku dan kursi, terlihat dari aspek material, konstruksi, ukuran, bentuk, dan warna. Kata kunci: desain, bangku dan kursi, sekolah dasar.
CITRA PEREMPUAN DALAM IKLAN DI MAJALAH FEMINA EDISI TAHUN 1999 Kajian Semiotik Terhadap Nilai-nilai Gender Dalam Desain Iklan Martadi, Martadi
Nirmana Vol 3, No 2 (2001): JULY 2001
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (220.058 KB) | DOI: 10.9744/nirmana.3.2.

Abstract

This writing is about a search for conventional values cast off by ads in Femina magazines and an analysis on the new gender eminence constituted by that magazine. The analysis shows that in general%2C images of women are portrayed as individuals playing a role as ‘warden of refined and noble civilization’ in family. In average%2C the concept of ads depicts women’s nature as graceful%2C elegant%2C good at cook%2C more emotional%2C physically weak and whose main responsibility is to produce offspring. There are five images of women illustrated in that ads: the image as being family caretaker%2C carrying out duties in the kitchen%2C always performing captivating look%2C following the trend in social intercourse and being the object of men’s gratification. Some ads still show women’s image viewed as ‘object’ to gratify men’s desires despite the refined (implied) portrayal Femina magazine presents that image. Other ads correspondingly disclose the traditional gender values which maintain the clear limit between men’s and women’s world or at least still regard the typical natures of these two genders. The new gender values in ads are spotted not too many. A few of these values are tried to be constructed that is women are depicted as to follow actual recent news%2C appear trendy%2C and put family’s importance above her own. Abstract in Bahasa Indonesia : Pencarian nilai-nilai lama yang diluruhkan oleh iklan-iklan di majalah Femina dan mengkaji pula nilai-nilai baru gender yang sedang dibangun pada majalah tersebut. Hasil analisa menunjukan bahwa secara umum citra perempuan digambarkan sebagai insan yang memiliki peran menjadi “penjaga nilai-nilai halus dan adiluhung” di rumah. Konsep iklan rata-rata menggambarkan bahwa kondrat perempuan sebagai makhluk dengan tugas utama penyambung keturunan%2C lemah lembut%2C anggun%2C pandai memasak%2C lebih emosional%2C dan fisiknya kurang kuat. Secara garis besar ada lima citra perempuan yang digambarkan dalam iklan tersebut%2C yaitu: citra perempuan sebagai pengurus utama keluarga citra perempuan sebagai pengemban tugas-tugas di dapur%2C citra perempuan yang selalu ingin tampil memikat%2C Citra perempuan yang selalu harus mengikuti pergaulan%2C citra perempuan sebagai obyek untuk menyenangkan (pemuas) laki-laki. Pada beberapa iklan%2C masih memperlihatkan citra perempuan yang dipandang sebagai “obyek” untuk memuaskan kaum laki-laki%2C meskipun dalam iklan di majalah Femina citra tersebut digambarkan secara lebih halus (tersirat). Pada beberapa iklan masih memperlihatkan secara jelas adanya nilai-nilai gender lama yang masih mempertahankan penarikan garis batas yang jelas antara dunia laki-laki dengan dunia perempuan atau sekurang-kurangnya yang masih menganggap adanya ciri kodrati dari kedua jenis kelamin tersebut. Nilai-nilai gender baru dalam iklan tidak terlalu banyak ditampilkan. Beberapa nilai-nilai gender baru yang dicoba untuk dibangun yaitu perempuan digambarkan harus mengikuti perkembangan berita-berita aktual%2C selalu tampil sesuai perkembangan jaman%2C dan selalu mementingkan kepentingan anggota rumah tangganya%2C dari pada kepentingan dirinya sendiri. women’s image%2C magazine’s advertisement.
REPOSISI CITRA MELALUI LOGO Studi Kasus Perubahan Logo PT Pos Indonesia Martadi, Martadi
Nirmana Vol 4, No 1 (2002): JANUARY 2002
Publisher : Institute of Research and Community Outreach - Petra Christian University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (158.026 KB) | DOI: 10.9744/nirmana.4.1.

Abstract

Logograph is a method of representing some ideal values%2C involving some aspects such as: visions and missions%2C working scopes%2C and identifying cultures of business companies%2C which playing roles in representing the facial features of any institutions or any business companies. As a symbolic language%2C it is common that a logograph is typified in a symbol%2C which is reflecting certain images that are deliberately built by concerned institutions or business companies. When a company is wishing to build a new image%2C it is necessarily to reposition the prevailed image that has been shaped in the community. Changing the appearance of the logotype of the company can make the reposition of the images. As a symbolic language%2C logos can be made up as a meant to disseminate any certain ideologies. When there have to be undertaken to uniform the applications of any certain ideological symbols upon any institutional or organisational logotypes%2C so that it can be achieving some ideological hegemony through the use of logos. And when those ideologies cannot be imaged adequately good enough%2C and their power structures cannot provide sufficient hegemonic supports%2C then those hegemonic representational symbols are attempted to be eliminated to build new images. Abstract in Bahasa Indonesia : Logo merupakan representasi dari nilai-nilai ideal%2C yang meliputi aspek: visi dan misi%2C ruang lingkup kerja%2C serta budaya perusahaan%2C dan berperan sebagai wajah suatu lembaga atau perusahaan. Sebagai bahasa penanda%2C logo biasanya ditampilkan berupa sesuatu yang mencerminkan citra tertentu yang sengaja dibangun oleh suatu lembaga atau perusahaan. Apabila suatu perusahaan ingin membangun citra yang baru%2C maka perlu upaya memposisikan ulang citra yang telah terbentuk di masyarakat. Reposisi citra dapat dilakukan dengan merubah tampilan logo perusahaan. Sebagai bahasa penanda%2C logo dapat dijadikan alat untuk menyebarluaskan suatu ideologi tertentu. Ketika dilakukan penyeragaman penggunaan tanda-tanda dari ideologi tertentu pada semua logo lembaga atau perusahaan%2C maka terjadilah hegemoni ideologi melalui logo. Manakala ideologi tersebut dicitrakan kurang baik dan struktur kekuasaan tidak kuat lagi menyokong hegemoni%2C maka tanda-tanda yang mewakili hegemoni tersebut berupaya dihilangkan untuk membangun citra baru. Reposition%2C images%2C logotype.