Sahajuddin, Sahajuddin
Unknown Affiliation

Published : 6 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

PROPAGANDA DAN AKIBATNYA PADA MASA PENDUDUKAN JEPANG DI ENREKANG (1942-1945) Sahajuddin, Sahajuddin
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 10, No 2 (2019)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (315.269 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v10i2.10

Abstract

Kajian ini mengungkapkan dan menjelaskan tentang Pendudukan Jepang di Enrekang (1942-1945). Kemudian merefleksi dengan adanya perbedaan Pendudukan Jepang di Sulawesi Selatan antara kota praja seperti Makassar dengan daerah Enrekang. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang menjelaskan persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukkan bahwa Pendudukan Jepang di Enrekang tidak dapat dipersamakan secara general dengan daerah lain karena adanya perbedaan faktor-faktor yang mempengaruhi. Pendudukan Jepang di Enrekang memiliki keunikan tersendiri, walaupun pada tahun pertama pendudukan memiliki kesamaan di daerah lain dengan gencarnya propaganda. Namun tahun-tahun berikutnya tidak lagi melihat daerah pendudukan secara general tetapi lebih kepada obyek kepentingannya. Misalnya Enrekang lebih ditekankan pada obyek kepentingan sebagai pusat pertahanan, dan pusat komoditi daerah dataran tinggi berupa kapas dan kopi. Jepang semakin beraksi di Enrekang karena banyak membutuhkan tenaga dan komoditi untuk kepentingan perang tetapi di tingkat kota praja semakin melunak. Selain itu, ada tindakan biadab tentara Jepang yang berakibat pada jatuhnya moral dan hilangnya simpati masyarakat Enrekang kepada Pendudukan Jepang.
INTEGRASI AWAL TERBENTUKNYA KERAJAAN-KERAJAAN LOKAL DI SULAWESI SELATAN Sahajuddin, Sahajuddin
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 9, No 1 (2018)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (286.125 KB) | DOI: 10.36869/wjsb.v9i1.22

Abstract

Kajian ini bertujuan mengungkapkan integrasi awal terbentuknya kerajaan-kerajaan lokal di Sulawesi Selatan. Metode yang digunakan adalah metode sejarah, yang menjelaskan persoalan berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukkan bahwa terbentuknya kerajaan-kerajaan lokal yang ada di Sulawesi Selatan terjadi pada abad XIII. Kerajaan-kerajaan tersebut telah ada sebelum kelompok persekutuan kesukuan yang disebut akkarungeng atau karaengang. Kerajaan yang terbentuk pada abad XIII adalah kerajaan yang sudah terorganisir dari segi sistem pemerintahannya. Proses awal terbentuknya kerajaan-kerajaan tersebut berawal dari adanya konflik-konflik internal kerajaan yang berhasil dipersatukan oleh To Manurung. Keberadaan To Manurung di setiap kerajaan berbeda-beda, ada yang menganggapnya sebagai mitos atau dongeng, ada pula yang menganggapnya sebagai peristiwa sejarah. Terlepas dari itu, harus diakui bahwa mitos tentang To Manurung di Sulawesi Selatan merupakan salah satu faktor yang ikut menguatkan nilai kebudayaan Bugis- Makassar atau masyarakat Sulawesi Selatan pada umumnya.
AGAMA DAN SOSIAL POLITIK KERAJAAN TANETE TERHADAP KERAJAAN LAIN PADA ABAD XVII Sahajuddin, Sahajuddin
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 7, No 2 (2016)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v7i2.136

Abstract

Kajian ini menjelaskan tentang sikap dan langkah kebijakan Kerajaan Tanete pada syiar Islam, termasuk persoalan sosial politik terhadap kerajaan-kerajaan lain. Kajian ini menggunakan metode Ilmu Sejarah yang mengkaji suatu peristiwa berdasarkan perspektif sejarah. Hasil kajian menunjukkan bahwa abad XVII merupakan babak baru bagi Sulawesi Selatan dalam sejarah, khususnya masalah islamisasi dan persoalan sosial politik. Islamisasi di Kerajaan Tanete tidak mengalami persoalan yang berarti, sebab kerajaan ini sudah akrab dengan penganut agama Islam, terutama para pedagang di Pelabuhan Pancana. Kerajaan Tanete mudah menerima agama Islam ketika diajak oleh Kerajaan Gowa. Hubungan geneologis antara Kerajaan Gowa dengan Kerajaan Tanete menjadikan Kerajaan Tanete sebagai pusat syiar Islam di Sulawesi Selatan. Berdasarkan posisi dan hubungan baik dengan kelompok konfederasi Ajataparang dan Malusetasi, Kerajaan Tanete bukan hanya berhasil memainkan perannya sebagai pusat syiar Islam, tetapi juga dalam sosial politik. Pada awalnya, pra dan pasca Perang Makassar, Kerajaan Tanete berada pada posisi yang ambigu dalam menghadapi Kerajaan Bone dan Kerajaan Gowa. Namun secara arif dan penuh kesadaran, Kerajaan Tanete mampu mengambil sikap yangnetral. Sikap ini diambil sebagai langkah sosial politik kerajaan untuk tidak mengorbankan warganya dalam dilema pembiasan dan afiliasi pada salah satu kelompok politik yang tidak mungkin abadi.
AKHIR PERSEKUTUAN BELANDA DENGAN KERAJAAN BONE ABAD XIX Sahajuddin, Sahajuddin
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 8, No 1 (2017)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v8i1.105

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengungkapkan peristiwa terjadinya perubahan pemerintahan dari Gubernur Makassar (Gouverneur van Makassar) menjadi Gubernur Celebes dan daerah taklukannya(Gouverneur van Celebes en Onderhoorigheden). Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang menjelaskan persoalan berdasarkan perspektif sejarah dengan beberapa langkah, seperti heuristik, kritik sumber, interpretasi, dan historiografi.Hasil kajian menunjukkan bahwa perubahan pemerintahan itu berbuntut panjang dengan berakhirnya persekutuan antara Belanda dengan Kerajaan Bone. Persekutuan itu mulai terusik ketika terjadi penyerahan Sulawesi Selatan oleh Belanda kepada Inggris. Kerajaan Bone tidak ingin lagi bekerja sama denganBelanda, terbukti denganpenolakan Kerajaan Bone untuk menandatangani Korte Verklaring1824. Perubahan status pemerintahan gubernur merupakan puncak kekecewaan Bone dengan melakukan perlawanan. Perubahan itu terkait pula dengan adanya rencana Belanda menjadikan Pelabuhan Sombaopu menjadi pelabuhan bebas sebagaimana yang dilakukan oleh Inggris di Singapura.Untuk mencapai tujuannya, Belanda harus menguasai Kerajaan Bone dengan ekspedisi militer pada 1859 sekaligus mengubah status Kerajaan Bone, dari KerajaanSekutu menjadi Kerajaan Pinjaman.
DINAMIKA PEMBELAJARAN K13 SEKOLAH MENENGAH ATAS (SMA) DI KOTA KENDARI (2013-2019) Sahajuddin, Sahajuddin
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 11, No 1 (2020)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v11i1.71

Abstract

Kajian ini menguraikan tentang dinamika pembelajaran kurikulum 2013 Sekolah Menengah Atas (SMA) di Kota Kendari. Metode yang digunakan adalah metode sejarah yang menjelaskan persoalan berdasarkan perspektif sejarah, khususnya pendekatan sejarah lisan. Hasil kajian menunjukkan bahwa pelaksanaan pembelajaran K13 di tingkat SMA Kota Kendari belum terlaksana secara maksimal. Penyebabnya dapat bermacam-macam, mulai dari sosialisasi yang kurang efektif karena mementingkan penyelesaian program sosialisasi dari pada substansi proses output-nya, sistem penilaian yang terlalu banyak sehingga syarat modifikasi, kebijakan pemerintah daerah, serta persoalan lainnya yang berproses dalam dinamika pendidikan. Tetapi di lain pihak, ada inisiatif yang kreatif dari pihak sekolah dan masyarakat walaupun belum berkesinambungan dan menyeluruh setiap sekolah. Sekolah memiliki Komite Sekolah dan MGMP, dimana persoalan pengembangan pembelajaran K13 mampu diminimalisir. Dan semua itu berproses dalam dinamika yang haruskan adanya pembenahan kurikulum 2013. Selain perlunya pengembangan dan pemenuhan kompetensi guru sebelum bertugas oleh pemerintah. Kemudian dalam proses belajar-mengajar diperlukan adanya pembelajaran yang berbasis kemitraan, dan berusaha mewujudkan idealitas sistem pendidikan nasional Indonesia. 
PONGKA PADANG AS A TRACE OF THE DANCE OF ELLO-ELLOQ IN KAYU ANGIN, MAJENE Sahajuddin, Sahajuddin
Walasuji : Jurnal Sejarah dan Budaya Vol 12, No 1 (2021)
Publisher : Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.36869/wjsb.v12i1.195

Abstract

The dance of ello-elloq is a traditional dance which was born during the period of Pongka Padang and became a part of tradition in Kayu Angin, Majene Regency. Because the dance was interesting to reveal its traces in Mandar history, this study aimed to explain the traces of the dance of ello-elloq in Mandar history. The method used was history which explained the research problems based on the historical perspectives, starting from the heuristic process, source criticism, interpretation, historiography. The study result showed that the dance of ello-elloq was a traditional dance with a particular meaning for the formation of the unities in Ulunna Salu Mandar due to the historical traces of Pongka Padang. The dance of ello-elloq hunt the historical and cultural reality of Mandar at the time, especially in Kayu Angin. In this area, Pongka Padang and Torije’ne were considered as Mandar anchestors and the dance of ello-elloq was a part of the history of Pongka Padang as well as the starting point for the development of cultural values in Kayu Angin community in Mandar. The cultural values in the dance of ello-elloq were the value of obedience and loyalty through the votive of Pongka Padang, the value of communication between tradition and reality, and the value of gratitude and entertainment.