Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

UJI AKTIVITAS ANTIOKSIDAN EKSTRAK BAWANG HITAM (BLACK GARLIC) DENGAN VARIASI LAMA PEMANASAN Agustina, Eva; Andiarna, Funsu; Hidayati, Irul
Al-Kauniyah: Jurnal Biologi Vol 13, No 1 (2020): Al-Kauniyah Jurnal Biologi
Publisher : Department of Biology, Faculty of Science and Technology, Syarif Hidayatullah State Islami

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (2343.029 KB) | DOI: 10.15408/kauniyah.v13i1.12114

Abstract

AbstrakSenyawa radikal dalam tubuh sangat reaktif terhadap sel-sel, sehingga dapat menyebabkan berbagai penyakit. Senyawa yang mampu menangkal radikal bebas disebut antioksidan. Bawang hitam diketahui mengandung senyawa aktif fenolik dan turunannya sehingga dapat digunakan sebagai antioksidan. Penelitian tentang penggunaan bawang hitam sebagai antioksidan ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan waktu pemanasan (15, 25, dan 35 hari) terhadap aktivitas antioksidan pada ekstrak bawang hitam. Bawang hitam diperoleh dengan cara memanaskan bawang putih selama 15, 25, dan 35 hari. Bawang hitam selanjutnya diekstraksi dengan pelarut metanol dengan metode maserasi. Filtrat hasil ekstraksi dipekatkan dengan rotary evaporator untuk mendapatkan ekstrak bawang hitam. Ekstrak bawang hitam diuji fitokimia untuk mengetahui kandungan senyawa aktif. Aktivitas antioksidan ekstrak bawang hitam ditentukan dengan metode penangkalan radikal 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). Hasilnya menunjukkan ekstrak bawang hitam memiliki aktivitas antioksidan yang sangat kuat dengan nilai IC50 masing-masing 15 hari yaitu 2,41 µg/mL; 25 hari yaitu 2,93 µg/mL; 35 hari yaitu 2,27 µg/mL. Nilai IC50 <10 μg/mL menunjukkan bahwa ekstrak bawang hitam dengan waktu pemanasan 15, 25, dan 35 hari memiliki potensi antioksidan yang sangat kuat. Waktu pemanasan yang paling optimum dalam penangkalan radikal bebas adalah ekstrak bawang hitam dalam waktu pemanasan 35 hari, karena banyak terdapat kandungan senyawa flavonoid, tanin, sterol, dan saponin.Abstract Radical compounds in the body are very reactive to cells that can cause various diseases. Compounds that are able to ward off free radicals are called antioxidants. Black garlic are known to contain phenolic active compounds and their derivatives so that they can be used as antioxidants. Research on the use of black garlic as an antioxidant aims to determine the difference in heating time (15, 25, and 35 days) on the antioxidant activity of black garlic extract. Black garlic are obtained by heating the garlic for 15, 25, and 35 days. The black garlic is then extracted with methanol solvent by maceration method. The extracted filtrate was concentrated with a rotary evaporator to obtain the black garlic extract. Black garlic extract was tested for phytochemistry to determine the content of active compounds. The antioxidant activity of black garlic extract was determined by the radical deterrence method 2,2-diphenyl-1-picrylhydrazyl (DPPH). The results showed that the onion extract had a very strong antioxidant activity with an IC50 value of 15 days each of 2.41 µg/mL; 25 days which is 2.93 μg/mL; 35 days which is 2.27 µg/mL. IC50 values <10 μg/mL indicate that the black garlic extract with a heating time of 15, 25, and 35 days has a very strong antioxidant potential. The most optimum heating time in deterring free radicals is black garlic extract within 35 days of heating because there are many compounds containing flavonoids, tannins, sterols, and saponins.
Pendidikan Kesehatan tentang Penggunaan Antibiotik secara Tepat dan Efektif sebagai Upaya Mengatasi Resistensi Obat Andiarna, Funsu; Hidayati, Irul; Agustina, Eva
Journal of Community Engagement and Empowerment Vol 2, No 1 (2020)
Publisher : Institut Ilmu Kesehatah Bhakti Wiyata Kediri

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Antibiotik merupakan obat yang digunakan untuk mengobati infeksi bakteri. Penggunaan antibiotik yang tidak tepat, bahkan berlebihan dan dalam jangka waktu panjang menyebabkan terjadinya resistensi antibiotik. Dimana resistensi ini akan menyebabkan tidak terhambatnya pertumbuhan bakteri dengan pemberian antibiotik secara sistemik dengan dosis normal. Tujuan pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat ini adalah memberikan pendidikan kesehatan tentang pengertian, penggunaan, dan akibat dari pemakaian antibiotik yang tidak bijak. Sasaran kegiatan ini adalah mahasiswa UIN Sunan Ampel Surabaya, dimana mahasiswa sering mengeluh beberapa penyakit ringan akibat dari bakteri seperti diare, sakit gigi, wajah berjerawat dan lain-lain. Metode pelaksanaan pengabdian masyarakat ini adalah dengan dilakukan pretest, sosialisasi dan posttest. Pretest dengan cara mahasiswa target menjawab pertanyaan di google form tentang pengetahuan awal terkait antibiotik; sosialisasi dengan metode pemberian pendidikan kesehatan (penyuluhan), diskusi dan tanya jawab. Selanjutnya dilakukan posttest dengan menjawab pertanyaan di google form sebagai evaluasi keberhasilan kegiatan. Hasil kegiatan pengabdian menunjukkan bahwa hasil pretest pada tingkat pengetahuan rendah sebesar 60,8%, tingkat pengetahuan sedang sebesar 34,2% dan tingkat pengetahuan tinggi sebesar 6%.  Sedangkan pada hasil posttest didapatkan bahwa tingkat pengetahuan rendah sebesar 6,7%, tingkat pengetahuan sedang sebesar 36,6% dan tingkat pengetahuan tinggi sebesar 56,7%. Kesimpulan dari pelaksanaan kegiatan pengabdian masyarakat bahwa terdapat perubahan yang signifikan tingkat pengetahuan yang rendah dan tinggi, baik sebelum dan sesudah pendidikan Kesehatan. Hal ini menunjukkan mahasiswa telah memahami penggunaan antibiotik dengan tepat dan efektif.