Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

ANALISIS KADAR ZAT ADITIF PADA MINUMAN SIRUP RASA MARQUISA Ariantini, Nyoman Sri
International Journal of Applied Chemistry Research Vol 1, No 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijacr.v1i2.28735

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah minuman sirup rasa marquisa yang diuji di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, dan disampling di pasar Badung oleh  bagian Pemeriksaan dan Penyelidikan mengandung zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin), (2) kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) yang terkandung dalam minuman sirup rasa marquisa, (3) apakah kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) yang telah diperoleh memenuhi syarat yang telah ditetapkan Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/PER/IX/88, dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3544-1994.Subyek pada penelitian ini adalah minuman sirup rasa marquisa yang diambil dari Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM Denpasar, dan disampling di pasar Badung oleh bagian Pemeriksaan dan Penyelidikan (Pemdik) BBPOM Denpasar, sedangkan obyek pada penelitian ini adalah kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin). Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) dalam minuman sirup rasa marquisa. Penetapan kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) dilakukan dengan metode HPLC.Hasil penelitian ini menunjukkan (1) minuman sirup rasa marquisa yang diuji di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM Denpasar, dan disampling di pasar Badung oleh bagian Pemeriksaan dan Penyelidikan (Pemdik) BBPOM Denpasar, mengandung pengawet benzoat yang melebihi batas maksimum yang diizinkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/PER/IX/88, dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3544-1994 yaitu berkisar antara 1291,31-1632,40 ppm, (2) minuman sirup rasa marquisa ini juga mengandung pemanis sakarin yang berkisar antara 434,62-1029,24 ppm, (3) tetapi minuman sirup rasa marquisa ini tidak mengandung pengawet sorbat.
The Relationship Between Knowledge, Attitude and Perception With Behavior In Consuming Herbal Medicine in Singaraja City Ariantini, Nyoman Sri; Solehah, Eka Lutfiatus
Journal Of Nursing Practice Vol. 5 No. 1 (2021): Journal Of Nursing Practice
Publisher : Institut Ilmu Kesehatan STRADA Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30994/jnp.v5i1.157

Abstract

Background: The emergence of various diseases such as the COVID-19 pandemic is now causing the public to seek various treatments and to strengthen the body's immune system. The transmission of the virus through local transmission causes the number of COVID-19 cases to continue to grow. Therefore, prevention efforts must be made, namely the breaking of the chain of transmission with self-isolation, early detection, and basic protection. The basic excretion referred to by other children washing hands regularly with soap or using hand sanitaizer, maintaining distance, and consuming healthy foods to improve the immune system.Purpose: This study aimed to find out the relationship between knowledge, attitude and perception with behavior in consuming herbal medicine.Methods: The design of this study is observationally descriptive with a crossectional approach. Singaraja city has an area of 27.98 km2, and its population of 80,500 people is used the type of probability sampling technique simple random sampling. The sample is calculated by the formula obtained as many as 100 respondents. The data was collected with questionnaire instruments and analyzed with chis square tests.Results: The results showed a value of ? for knowledge, attitude and perception < ? then this shows a relationship between knowledge, attitude and perception with behavior in consuming herbal medicine.Conclusion: The community still gives a positive response to traditional medicine through herbal medicine. This happens because the public already knows enough about the benefits of consuming herbal medicine that can maintain and increase immunity especially in the pandemic period this is needed.
Needs for Reproductive Health Education for Deaf Students in Singaraja District, Bali Province Nyoman Sri Ariantini; Desak Putu Yuli Kurniati; Dyah Pradnyaparamita Duarsa
Indonesian Journal of Health Research Vol 2 No 2 (2019): August 2019
Publisher : Universitas Triatma Mulya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.32805/ijhr.2019.2.2.51

Abstract

Introduction. Adolescents with hearing impairment face a number of exclusion due to their limitation, including lack of access to information on reproductive health. This study was aimed to explore needs for sexual and reproductive health education for students with hearing impairment at SLB B Negeri Singaraja. Methods. A qualitative study was conducted at Singaraja District. Data were collected at through in-depth interviews to 19 informants. Informants were purposively selected based on their specific roles. Our informants included ten students with hearing impairment, one head of school, five teachers, and three parents or carers. Data were analysed using a thematic approach. Results. The majority of students with hearing impairment were having low level of knowledge associated to sexual and reproductive health. However, sexual and reproductive health practices between adolescents with and without hearing impairment were generally comparable. Needs for sexual and reproductive health education must cover several elements: (1) education material must be tailored based on age, (2) learning methods should be tailored based on their intellectual ability, and (3) learning methods must use contextual and real model approach to allow better transfer of information. Teachers faced difficulty to provide sexual and reproductive health education for students with hearing impairment even though some modules are already available. Conclusion. Students with hearing impairment at SLB B Singaraja State need more simple learning pictures and videos that are accompanied by written texts and sign language movements so that it is easier to understand the material delivered by the teacher, where the reproductive health education material needed is age-appropriate material and the development of each individual, while the reproductive health learning methods needed by deaf students are simpler learning methods while still using sign language.
ANALISIS KADAR ZAT ADITIF PADA MINUMAN SIRUP RASA MARQUISA Nyoman Sri Ariantini
International Journal of Applied Chemistry Research Vol. 1 No. 2 (2019)
Publisher : Universitas Pendidikan Ganesha

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.23887/ijacr.v1i2.28735

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui (1) apakah minuman sirup rasa marquisa yang diuji di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, dan disampling di pasar Badung oleh  bagian Pemeriksaan dan Penyelidikan mengandung zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin), (2) kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) yang terkandung dalam minuman sirup rasa marquisa, (3) apakah kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) yang telah diperoleh memenuhi syarat yang telah ditetapkan Pemerintah melalui Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/PER/IX/88, dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3544-1994.Subyek pada penelitian ini adalah minuman sirup rasa marquisa yang diambil dari Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM Denpasar, dan disampling di pasar Badung oleh bagian Pemeriksaan dan Penyelidikan (Pemdik) BBPOM Denpasar, sedangkan obyek pada penelitian ini adalah kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin). Penelitian ini adalah jenis penelitian deskriptif yang bertujuan untuk memberikan gambaran atau deskripsi mengenai kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) dalam minuman sirup rasa marquisa. Penetapan kadar zat aditif (benzoat, sorbat, sakarin) dilakukan dengan metode HPLC.Hasil penelitian ini menunjukkan (1) minuman sirup rasa marquisa yang diuji di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya BBPOM Denpasar, dan disampling di pasar Badung oleh bagian Pemeriksaan dan Penyelidikan (Pemdik) BBPOM Denpasar, mengandung pengawet benzoat yang melebihi batas maksimum yang diizinkan oleh Peraturan Menteri Kesehatan No.722/Menkes/PER/IX/88, dan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3544-1994 yaitu berkisar antara 1291,31-1632,40 ppm, (2) minuman sirup rasa marquisa ini juga mengandung pemanis sakarin yang berkisar antara 434,62-1029,24 ppm, (3) tetapi minuman sirup rasa marquisa ini tidak mengandung pengawet sorbat.
Kebutuhan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa tunarungu Nyoman Sri Ariantini
JURNAL MEDIKA USADA Vol 2 No 2 (2019): JURNAL MEDIKA USADA
Publisher : STIKES ADVAITA MEDIKA TABANAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54107/medikausada.v2i2.46

Abstract

Abstrak Latar belakang dan tujuan: Remaja tunarungu banyak mendapat hambatan dimasyarakat karena keterbatasan yang dimiliki, termasuk dalam memperoleh informasi dan pelayanan kesehatan reproduksi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi kebutuhan pendidikan kesehatan reproduksi pada siswa tunarungu di Sekolah Luar Biasa (SLB) B Negeri Singaraja. Metode: Rancangan penelitian ini adalah kualitatif. Pengumpulan data dilakukan di SLB B Negeri Singaraja menggunakan metode wawancara mendalam kepada 19 informan, dan diambil dengan cara purposive yang terdiri dari siswa tunarungu, kepala sekolah, guru, orang tua dan wali siswa. Data dianalisis menggunakan metode tematik. Hasil: Sebagian besar siswa tunarungu belum memiliki pengetahuan tentang kesehatan reproduksi. Perilaku siswa tunarungu terkait kesehatan reproduksi sama seperti remaja pada umumnya. Kebutuhan terkait pendidikan kesehatan reproduksi terdiri dari materi yang sesuai dengan usia, media pembelajaran yang sesuai dengan keterbatasan yang dimiliki, dan metode pemberian informasi yang bersifat kontekstual dan nyata, sehingga lebih mudah untuk dipahami oleh siswa. Guru masih mengalami hambatan dalam pemberian pendidikan kesehatan reproduksi walaupun telah tersedia modul bagi remaja tunarungu. Simpulan: Pemberian informasi mengenai kesehatan reproduksi untuk siswa tunarungu membutuhkan materi, media, dan metode yang khusus, sehingga perlu adanya kajian tentang kurikulum pendidikan kesehatan reproduksi untuk siswa tunarungu, agar hak siswa tunarungu untuk memperoleh pendidikan kesehatan reproduksi dapat terpenuhi.