Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PERBANDINGAN GAYA BAHASA CERPEN ANGKATAN 66 DENGAN ANGKATAN 2000 Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v3i2.19

Abstract

Sejarah perkembangan sastra nasional terletak pada adanya kesinambungan antara satu periode dengan periode lainnya, baik ditinjau dari segi formal maupun dari segi perkembangan masyarakatperbandingan karya sastra dapat mengembangkan dan memperdalam pemahaman dalam mengapresiasi karya sastra. Salah satunya adalah membandingkan gaya bahasa cerpen Angkatan 66 dengan Angkatan 2000. Akan tetapi kurangnya pengetahuan siswa mengenai gaya bahasa dalam karya sastra khususnya cerpen. Pembelajaran sastra yang digunakan kurang bervariatif, siswa dan guru belum banyak mengenal angkatan dalam sejarah sastra khususnya 66 dan 2000. Rumusan masalah dalam penelitian ini; 1) bagaimanakah gaya bahasa cerpen Angkatan 66?; 2) bagaimana gaya bahasa cerpen Angkatan 2000?; 3) adakah perbedaan gaya bahasa cerpen Angkatan 66 dan Angkatan 2000? Adapun metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif, suatu metode yang peneliti sebagai instrumen kunci, pengambilan sampel, sumber data dilakukan secara sengaja dan, teknik pengumpulan dengan gabungan, analisis data bersifat induktif/kualitatif. Maka dapat diketahui bahwa; 1) Angkatan 66 lebih banyak menggunakan gaya bahasa pada cerpennya dibandimgkan dengan Angkatan 2000; 2) persamaan pada penggunaan gaya bahasa yang sering muncul, yaitu sama-sama sering menggunakan gaya bahasa hiperbola atau menyatakan suatu pernyataan berlebihan dari kenyataannya dengan maksud memberikan kesan mendalam atau meminta perhatian; 3) perbedaan yang terjadi pada gaya bahasa cerpen dari kedua angkatan tersebut Angkatan 66 lebih banyak menggunakan gaya bahasa metafora atau majas yang mengungkapkan ungkapan secara langsung berupa perbandingan analogis sedangkan Angkatan 2000 yang lebih banyak menggunakan gaya bahasa pleonasme atau majas yang menggunakan kata-kata secara berlebihan dengan maksud menegaskan arti suatu kata. Kata Kunci: perbandingan, gaya bahasa, cerpen, Angkatan 66, Angkatan 2000.
CITRA LAKI-LAKI PADA NOVEL AYAT-AYAT CINTA 2 KARYA HABIBURRAHMAN EL SHIRAZY BERDASARKAN KAJIAN FEMINISME SEBAGAI BAHAN AJAR SASTRA Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v3i1.23

Abstract

Latar belakang masalah penelitian ini sebagai berikut. (1) Tokoh novel sebagai sarana untuk mewakili idealisme pengarang; (2) Laki-laki selalu beroposisi dengan perempuan;(3) Gambaran respon orang Islam tentang isu gender berbeda; (4) Pembelajaran sastra cenderung kepada struktur intrinsiknya saja; (5) Guru belum dapat melaksanakan model pembelajaran sastra dengan baik. Berdasarkan latar belakang masalah di atas, rumusan masalah dalam penelitian ini adalah sebagai berikut. (1) Bagaimanakah struktur intrinsik novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy?; (2) Bagaimanakah citra laki-laki ditinjau dari kajian feminisme pada novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy?;(3) Apakah novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy layak digunakan sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA?; Adapun tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui dan mendeskripsikan, (1) struktur intrinsik novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy; (2) citra laki-laki pada novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy; (3) kelayakan novel Ayat-Ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy sebagai alternatif bahan ajar sastra di SMA; Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan, struktur intrinsik dalam novel Ayat-ayat Cinta 2 karya Habiburrahman El Shirazy memuat tema perjuangan, cinta kasih dan perdamaian dengan tokoh utama laki-laki yang religius, sederhana, suka menolong namun tetap bersikap profesional dalam menghadapi persoalan kehidupan; menggunakan alur linear berlatar Edinburgh dan Oxford terjadi pada musim dingin, semi dan panas serta berlatar sosial kehidupan masyarakat yang bebas; penceritaan menggunakan sudut pandang persona ketiga; secara umum mengandung amanat agar mengajarkan kebaikan dimulai dari diri sendiri. Citra laki-laki pada novel tersebut memiliki citra di ranah publik, biologis dan domestik. Novel tersebut memenuhi kriteria yang layak sebagai bahan ajar sastra, baik dari aspek bahasa, psikologis dan latar belakang budaya siswa. Kata Kunci : novel, citra, laki-laki, feminisme, gender, bahan ajar dan model pembelajaran
PERAN RETORIKA DALAM BIDANG PENDIDIKAN Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v2i1.38

Abstract

Retorika adalah ilmu yang mempelajari kegiatan bertutur baik secara lisan ataupun tulisan. Retorik selalu terlibat dalam kehidupan bertutur masyarakat. Selama tindak dan usaha dalam kegiatan bertutur dilakukan orang selama tindak dan usaha itu dimaksudkan mempengaruhi pihak lain dan selama maksud mempengaruhi selalu ada dalam setiap kegiatan bertutur, maka selama itu pula orang terlibat dengan masalah retorik. Dengan kata lain tidak ada orang yang terlepas sama sekali dari retorik, sepanjang dia masih menyediakan diri hidup bermasyarakat. Dikatakan demikian atau kegiatan bertutur menggunakan bahasa sebagai media tutur, pemanfaatan retorika dalam bidang pendidikan ini artinya pendidikan yang merupakan ujung tombak dalam pengembangan sumber daya manusia harus bisa berperan aktif dalam peningkatan kualitas dan juga kuantitas. Ada berbagai bidang profesi yang memanfatkan retorik secara perencana yang di maksudkan pemanfaatan retorik secara perencana ini ialah penggunaan retorik yang direncanakan sebelumnya secara sadar yang diarahkan ke suatu tujuan yang jelas. Perencanaan serta penggunaan ini tentu saja mendapat pengolahan yang baik sebelumya. Adapun bidang pendidikan yang memafaatkan langsung secara terencana salah satunya ialah pendidikan. Pendidikan harus diawali dengan dua pengamatan dasar, pertama bahwa orang-orang dengan pendidikan yang lebih tinggi berbeda dengan orang yang kurang berpendidikan. Pengamatan kedua adalah perubahan individu yang terjadi setelah mereka mendapatkan yang lebih tinggi. Kesimpulan dalam penelitian ini adalah retorika sangat berpengaruh pada tujuan tuturan yang ingin dicapai sehingga perlu sekali adanya persiapan dan perlu ada perencanaan terlebih dahulu dalam melakukan kegiatan bertutur. Seorang guru yang membina peserta didik harus menggunakan retorika yang baik, tujauannya adalah untuk mencapai target pendidikan itu sendiri, bahkan lebih dari itu guru menggunakan retorik yang baik agar membuat peserta didiknya betah dan bersemangat mengikuti kegiatan belajar mengajar. Dominansi topik tutur ini diperkuat dengan tindak tutur, dimana tampak terlihat bagaiman seorang guru melakukan tindakan yang sekiranya memancing penerima tutur untuk tertarik bahkan bersemangat dalam mengikuti kegiatan bertutur ini. Dua aspek tersebut memang penutur lakukan agar apa yang ingin disampaikan bisa tercapai tentunya lewat pendidikan.
PERPUSTAKAAN DAN MINAT BACA SISWA Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v1i1.45

Abstract

Anak merupakan investasi yang paling berharga bagi setiap orang tua. Karena dengan hadirnya seorang anak akan menimbulkan berbagai harapan di dalam benak setiap orang tua. Setiap orang tua juga menginginkan anak-anak mereka cerdas dan memiliki wawasan yang luas, dan kecerdasan dapat dipupuk dalam diri anak sejak usia dini. Menumbuh kembangkan minat baca anak pada usia dini adalah dengan membaca, jika anak dapat membaca sejak usia dini, maka hal itu dapat membuka wawasan mereka lebih jauh lagi. Prestasi siswa yang tinggi merupakan dampak dari keberadaan perpustakaan di sekolah. Prestasi yang tinggi karena keterampilan siswa dalam membaca dipengaruhi oleh beberapa faktor, seperti fasilitas perpustakaan dan kinerja pustakawan yang ada di perpustakaan. Permasalahan dalam penelitian ini yaitu kurangnya fasilitas perpustakaan yang memadai, rendahnya ketrampilan pustakawan dibeberapa perpustaan sekolah. Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah, perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah. Dijenjang pendidikan pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Rumusan masalah karya tulis ilmiah ini adalah (1) Bagaimana deskripsi peran perpustakaan terhadap pelaksanaan program pendidikan di sekolah ? dan (2) Bagaimana deskripsi cara agar perpustakaan sekolah benar-benar dapat meningkatkan minat baca siswa? Data diperoleh melalui studi kepustakaan. Kesimpulan penelitian ini adalah (1) Peranan perpustakaan sangat menunjang prestasi pendidikan di sekolah; (2) perpustakaan sangat penting dan harus ada pada setiap sekolah di semua jenjang pendidikan; dan (3) Pengelolaan perpustakaan harus dilaksanakan sesuai dengan tujuan dan fungsinya. Rekomendasi yang diajukan adalah (1) sebaiknya perpustakaan dikelola sesuai dengan tujuan dan fungsinya dan (2) Peran pengelola perpustakaan / pustakawan yang profesional hendaknya mendapatkan bekal yang cukup sehingga menjadi pustakawan yang handal dan profesional. Keywords : Perpustakaan, Minat Baca Siswa
ANALISIS STRUKTURALISME NASKAH DRAMA TARLING “DOKTER PALSU” KARYA HJ. DARIYAH Saroni
Bahtera Indonesia Jurnal Penelitian Bahasa dan Sastra Indonesia
Publisher : Universitas Wiralodra

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31943/bi.v4i2.51

Abstract

Tarling is a musical intellectual that contributes to the uplift of Indramayu's cultural arts. According to Hidayatulla (2005) the art of tarling still exists and is developing, but its existence does not receive much attention from the community, especially the younger generation. The cultural development is emphasized by Maknum (2004: 81) the process of art development is influenced by several factors namely scientific, environmental, and time factors. All three take place interactively. As a cultural product, art in its development will be subject to the main laws that govern human development. The diversity of Tarling music that continues to change and develop in the wider community, is feared to reduce the function of identity, as well as undergoing changes in shape which ultimately is not impossible that will farther and lose its original form. The main objective of this research is an effort in the inheritance and preservation of Indramayu culture by realizing the design of the staging of the Tarling drama script "Fake Doctor" by Hj. Dariyah by analyzing the structure of the Tarling drama script "Fake Doctor" by Hj. Dariyah covers the analysis of themes, characterizations, and plot. The study was designed in 1 (one) year using qualitative methods. This research provides a fundamental contribution related to a field of science through the performance of the Tarling drama script "Fake Doctor" by Hj. Dariyah. First, students who are involved as drama players not only get literary theory in lectures, but students also gain experience in practicing literary science in a performance. Second, the results of this study can be used as an alternative to be staged in the tarling groups throughout Indramayu Regency. Third, the results of this study can be taken into consideration for local governments related to the cultural heritage and preservation of Indramayu. Tarling merupakan karya intelektual musik yang memberikan andil mengangkat nilai seni budaya Indramayu. Menurut Hidayatulla (2005) seni tarling masih ada dan berkembang, tetapi keberadaannya kurang mendapatkan perhatian dari masyarakat terutama generasi muda. Perkembangan budaya tersebut dipertegas oleh Maknum (2004:81) proses perkembangan seni dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu faktor ilmiah, lingkungan, dan waktu. Ketiganya berlangsung secara interaktif. Sebagai produk kebudayaan, kesenian dalam perkembangannya akan tunduk kepada hukum-hukum utama yang mengatur perkembangan manusia. Beragamnya musik Tarling yang terus berubah dan berkembang di masyarakat luas, dikhawatirkan mengurangi fungsi identitas, serta mengalami perubahan bentuk yang akhirnya bukan mustahil akan semakin jauh dan kehilangan bentuk aslinya. Tujuan utama penelitian ini adalah upaya dalam pewarisan dan pemertahanan budaya Indramayu dengan cara merealisasikan rancangan pementasan naskah drama tarling “Dokter Palsu” Karya Hj. Dariyah dengan menganalisi struktur naskah drama tarling “Dokter Palsu” Karya Hj. Dariyah meliputi analisis tema, penokohan, dan alur. Penelitian dirancang dalam 1 (satu) tahun menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini memberikan kontribusi mendasar terkait suatu bidang ilmu melalui pementasan naskah drama tarling “Dokter Palsu” Karya Hj. Dariyah. Pertama, mahasiswa yang terlibat sebagai pemain drama tidak hanya mendapatkan teori sastra saja pada perkuliahan, namun mahasiswa juga memeroleh pengalaman dalam mempraktikan ilmu sastra dalam sebuah pementasan. Kedua, hasil penelitian ini dapat dijadikan alternatif untuk dipentaskan pada group tarling se-Kabupaten Indramayu. Ketiga, hasil penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi pemerintah daerah terkait dengan pewarisan dan pemertahanan budaya Indramayu.