Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

PENGARUH TEMPERATUR KARBONISASI DAN KOMPOSISI ARANG TERHADAP KUALITAS BIOBRIKET DARI CAMPURAN CANGKANG BIJI KARET DAN KULIT KACANG TANAH Faisol Asip; Elvia Sandra; Suzy Nurhasanah
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 1 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Biobriket adalah bahan bakar alternatif berbentuk padat yang dapat dibuat dari bahan yang mengandung selulosa dengan karbon konten yang tinggi. Beragam bahan dapat digunakan sebagai bahan baku pembuatan biobriket, contohnya jerami, sekam padi, tempurung kelapa, serbuk gergaji, cangkang karet, dan kulit kacang tanah. Cangkang karet dan kulit kacang tanah adalah limbah biomassa yang dianggap tidak berguna, jika diproses kedua bahan tersebut dapat dijadikan sebagai bahan bakar biobriket sebagai alternatif pengganti bahan bakar fosil akan memberikan banyak manfaat. Bahan yang digunakan pada penelitian ini adalah cangkang biji karet dan kulit kacang tanah. Tujuan penelitian ini adalah untuk meningkatkan nilai kalor biobriket dengan cara karboninasi campuran kedua bahan tersebut dengan komposisi tertentu (4CK:14KK, 9CK:9KK, 14CK:9KK) pada temperatur tertentu (350?C, 400?C, 450?C, dan 500?C). Hasil penelitian menunjukkan bahwa biobriket dengan kualitas terbaik yaitu dengan nilai kalor 6294,4 cal/gr diperoleh dari campuran bahan baku 14 gram cangkang biji karet dan 4 gram kulit kacang tanah pada temperatur optimum 500?C. Untuk biobriket dengan penambahan getah karet mengalami kenaikan nilai kalor menjadi 6904,8 cal/gr.
PENGARUH PERLAKUAN ASAM DAN WAKTU FERMENTASI TERHADAP PEMBENTUKAN BIOETANOL DENGAN BAHAN BAKU SABUT KELAPA Faisol Asip; Bella Febrianti; Siti Gibreallah
Jurnal Teknik Kimia Vol 23 No 3 (2017): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Sabut kelapa merupakan salah satu bahan limbah yang memiliki kandungan lignoselulosa yang cukup tinggi namun belum dimanfaatkan secara optimal. Pada umumnya sabut kelapa digunakan sebagai kerajinan tangan atau hanya dibuang dan dibakar begitu saja. Dengan kadar selulosa sebesar 44,4433% sabut kelapa dapat dikonversi menjadi bioetanol yang merupakan bentuk pemanfaatan yang lebih berguna dan memiliki nilai yang jauh lebih tinggi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh asam kuat (H2SO4) dan asam lemah (CH3COOH) pada delignifikasi untuk menurunkan kadar lignin pada sabut kelapa dengan variasi konsentrasi 1, 3, 5%. Setelah itu dilakukan proses hidrolisis dengan larutan basa (KOH 5%) yang selanjutnya dilakukan proses fermentasi dengan waktu 3, 5, 7 hari menggunakan ragi Saccharomyces cerevisiae. Dari hasil penelitian yang didapat kadar lignin terendah didapatkan pada sampel H2SO4 5%, sedangkan dari hasil hidrolisis didapat kadar glukosa tertinggi didapatkan oleh sampel H2SO4 5%, dan kadar bioetanol terbesar adalah 5,7768 %v/v yang didapatkan dari sampel H2SO4 5% dengan waktu fermentasi optimal selama 5 hari.
PENGARUH BASA TERHADAP PENURUNAN LIGNIN DAN KONSENTRASI HCl PADA HIDROLISA SABUT KELAPA UNTUK MEMPRODUKSI BIOETANOL Faisol Asip; Yoga Permana Wibowo; Reza Trisna Wahyudi
Jurnal Teknik Kimia Vol 22 No 1 (2016): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kebutuhan enargi pada saat ini terus mengalami peningkatan, sedangkan cadangan fosil terus mengalami penurunan seiring dengan penggunaannya. Tingginya penggunaan energi ini mendorong untuk dikembangkannya energi alternatif seperti biomassa salah satunya yaitu bioetanol. Bahan baku dalam pembuatan bioetanol yaitu biomassa yang mengandung selulosa, hemiselulosa dan lignin salah satunya adalah sabut kelapa. Sabut kelapa adalah limbah dari buah kelapa yang bisa menyebabkan pencemaran lingkungan dan aroma tidak sedap pada lingkungan jika tidak dimanfaatkan. Sabut kelapa memiliki kandungan selulosa yang cukup tinggi untuk diolah menjadi energi alternatif bioetanol. Penelitian ini bertujuan untuk memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi bioetanol melalui proses Alkaline pretreatment menggunakan NaOH dan NH4OH dengan konsentrasi 1%M, 3%M, dan 5%M, kemudian dilanjutkan dengan proses hidrolisa asam menggunakan HCl 2%M, 4%M, dan 6%M. Glukosa yang dihasilkan dari proses hidrolisa kemudian difermentasi selama 7 hari dengan penambahan Saccaromyces cerevisiae 1% (w/v) dari volume yang difermentasi. Hasil penelitian menunjukkan kadar bioetanol tertinggi sebesar 5,3053% dihasilkan dari perlakuan pretreatment NaOH 5%M dengan hirolisa HCl 6%M saat hidrolisa.
PENGARUH KONSENTRASI NaOH DAN WAKTU PELEBURAN PADA PEMBUATAN ASAM OKSALAT DARI AMPAS TEBU Faisol Asip; Rizka Febrianti; Tiara Novitasari
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 3 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Bagasse (ampas tebu) merupakan residu padat pada proses pengolahan tebu menjadi gula yang masihbelum banyak dimanfaatkan menjadi produk yang mempunyai nilai tambah. Ampas tebu yangmengandung selulosa sekitar 37% berpotensi sebagai bahan baku dalam pembuatan asam oksalat. Asamoksalat digunakan sebagai bahan pencampur zat warna dalam industri tekstil dan cat, menetralkankelebihan alkali pada pencucian dan sebagai bleaching, bahan pelapis yang melindungi logam darikorosif dan pembersih untuk radiator otomotif dan logam. Proses pembuatan asam oksalat terdiri dari :peleburan alkali dengan larutan natrium hidroksida, pengendapan dengan larutan kalsium klorida,pengasaman dengan larutan asam sulfat dan kristalisasi. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahuipengaruh variasi konsentrasi natrium hidroksida 0,5 N ; 1,5 N ; 2,5 N ; 3,5 N ; 4,5 N dengan variasiwaktu peleburan yitu 30;60;90;120 menit variasi waktu peleburan terhadap yield asam oksalat yangdihasilkan. Yield asam oksalat tertinggi dihasilkan pada konsentrasi 3,5 N dengan waktu 1 jam sebesar17,93%.
PENGARUH ADSORBEN DIATOMACEOUS EARTH TERHADAP PENURUNAN KADAR BESI DAN ION SULFAT DARI AIR ASAM TAMBANG Faisol Asip; Noffia Chintyani; Septi Afria
Jurnal Teknik Kimia Vol 21 No 4 (2015): Jurnal Teknik Kimia
Publisher : Chemical Engineering Department, Faculty of Engineering, Universitas Sriwijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Air asam tambang bisa mencemari lingkungan dan dapat menyebabkan terjadinya perubahan kualitas airjika tidak diolah sebelum dibuang ke lingkungan. AAT mempunyai pH yang rendah juga mengandungkonsentrasi ion logam berat yang tinggi seperti aluminium (Al), besi (Fe), dan mangan (Mn). Penelitianini menggunakan air asam tambang sintetik yang karakteristiknya sama dengan air asam tambang limbahindustri. Penelitian ini bertujuan untuk mengolah limbah air asam tambang menjadi air bersih yang sesuaidengan baku mutu air sehingga tidak mencemari lingkungan. Pengolahan air asam tambang ini dilakukandengan proses adsorpsi menggunakan diatomaceous earth sebagai adsorben. Variabel yang diteliti adalahketinggian adsorben, laju alir dan waktu operasi. Parameter yang diuji adalah pH, Total Dissolved Solid(TDS) dan kandungan ion sulfat dan logam besi. Hasil yang diperoleh menunjukkan semakin tinggiadsorben,lama waktu operasi, laju alir yang rendah maka semakin tinggi pH yang dihasilkan, penurunanTDS yang lebih tinggi, serta penyerapan ion sulfat dan logam besi yang semakin besar.