Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search
Journal : In Veritate Lux : Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi, dan Budaya

PERAN KATEKIS DALAM KATEKESE SIKAP-SIKAP LITURGIS PADA PERAYAAN EKARISTI Tibo, Paulinus
IN VERITATE LUX Vol 5 No 2 (2022): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63037/ivl.v5i2.8

Abstract

Katekis adalah seorang awam yang dipilih dan mendapat pendidikan secara khusus oleh Gereja sesuai dengan kebutuhan setempat, untuk memperkenalkan Kristus, bagi mereka yang belum mengenal-Nya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat peran katekis liturgis dalam berkatekese tentang sikap-sikap liturgis pada Perayaan Ekaristi di Kuasi Paroki Santo Antonius Padua Teluk Kuantan. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Informan dalam penelitian ini terdiri dari Katekis, Umat, Ketua Dewan Stasi, dan Pastor Paroki. Peran Katekis terlihat dari proses penyampaian katekis yang benar dan jelas dalam berkatekese tentang sikap-sikap liturgis pada Perayaan Ekaristi dan katekis menjadi teladan dalam menerapkan sikap-sikap liturgis. Sedangkan sikap-sikap liturgis di Kuasi Paroki juga berjalan dengan baik. Namun membutuhkan pengulangan agar umat semakin paham. Temuan penelitian ini bahwasanya katekis sudah menerapkan kedua peran diatas dengan baik dan benar. Katekis sudah mampu menyampaiakan secara jelas tentang sikapsikap liturgis, menjadi teladan bagi umat dalam menerapkan sikap-sikap liturgis Perayaan Ekaristi. Namun ada beberapa umat yang berharap agar pelaksanaan katekese tentang sikap-sikap liturgis pada Perayaan Ekaristi tetap dilaksanakan dan terus diulangi agar umat semakin paham dan ingat dalam menerapkan sikap-sikap liturgis Perayaan Ekaristi dengan benar sesuai dengan yang telah diajarkan
PERAN ORANG TUA DALAM MENGAWASI PENGGUNAAAN GADGET TERHADAP REMAJA USIA 13-15 TAHUN Tarigan, Thomas Natalisa; Tibo, Paulinus; Lumbanbatu, Claudia
IN VERITATE LUX Vol 5 No 1 (2022): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63037/ivl.v5i1.38

Abstract

Researchers aim to determine the role of parents in supervising the use of gadgets among teenagers aged 13-15 years in the Good Shepherd Parish of Lubuk Pakam. This research is motivated by facts in the field that the role of parents is only to fulfill all the needs of teenagers but they are less aware that monitoring the use of gadgets for teenagers is not running optimally. The research method used is a qualitative research method. Based on qualitative research, the determination of informants was carried out using purposive sampling and snowball sampling. The findings of this research use data collection techniques including interview, observation and documentation techniques. The place where the researcher conducted the research was the Good Shepherd Parish, Lubuk Pakam. The findings of this research show that the role of parents in monitoring the use of gadgets has not been fully implemented. And the results of research regarding the reasons parents give gadgets to teenagers, involving teenagers to think critically in using gadgets, parents limiting the time they use gadgets and what are the positive and negative impacts of using gadgets on teenagers aged 13-15 years
ORANGTUA SEBAGAI PENDIDIK MORAL KRISTIANI ANAK USIA 6-12 TAHUN Tibo, Paulinus; Tarigan, Thomas Natalisa; Ginting, Pelta
IN VERITATE LUX Vol 4 No 1 (2021): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63037/ivl.v4i1.45

Abstract

Manusia dalam hidup selalu dituntut oleh lingkungan sosial salah satunya adalah moral. Manusia sebagai insan bermoral, insan religious dan insan sosial perlu beradaptasi dengan lingkungan tempat tinggalnya. Untuk mencapai insan bermoral, maka pembentukan nilai moral mulai dari keluarga. Orangtua sebagai penanggungjawab kelangsungan hidup anggota keluarganya dituntut untuk mendidik moral kristiani anak sesuai kaidahnya. Fakta dalam masyarakat menunjukan bahwa manusia dewasa ini pemahaman moral sangat memprihatinkan, karena perilaku moral dalam kehidupannya tidak terlihat sebagai insan kristiani yang bermoral. Perilaku korupsi, nepotisme, kolusi, ketidakadilan, tanggung jawab, rela berkorban, cinta kasih, dan sikap takut akan Tuhan. Peneliti berusaha menemukan bagaimana peran orangtua dalam pendidikan moral kristiani anak terutama anak usia 6-12 tahun menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dengan teknik observasi, dokumentasi dan wawancara, informan adalah orangtua dan anak-anak serta pendapat ahli yang paham sungguh tentang masalah moral dan pendidikan moral yang diberikan orangtua kepada anak-anaknya. Tempat penelitian di stasi, paroki wilayah Dairi Keuskupan Agung Medan.
PERAN GURU BIMBINGAN KONSELING TERHADAP PEMBENTUKAN KARAKTER SISWA DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA Tibo, Paulinus; Tarigan, Thomas Natalisa; Sanjaya, Jaka
IN VERITATE LUX Vol 4 No 2 (2021): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63037/ivl.v4i2.50

Abstract

Bimbingan konseling bagi siswa merupakan tindakan strategis yang dilakukan sekolah dalam mencegah dan menemukan solusi atas berbagai perilaku, fenomena-fenomena yang dialami siswa di sekolah terutama dalam penelitian ini siswa remaja di tingkat sekolah menengah pertama. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dengan menggunakan pendekatan kualitatif dengan teknik observasi, wawancara dan dokumentasi serta system pengolahan data menggunakan teknik triangulasi teknik dan triangulasi sumber. Lokus penelitian adalah SMP Negeri 2 Kutalimbaru-Medan Sumatera Utara dengan sasaran atau yang menjadi informan dalam penelitian ini adalah Guru Bimbingan konseling dan Siswa SMP. Temuan dalam penelitian ini adalah guru telah melakukan perannya sebagai konselor terhadap siswa baik dalam pembentuk karakter individu siswa, karakter moral dan karakter religius
SANTA PERAWAN MARIA SEBAGAI MODEL MENURUT SANTA PERAWAN MARIA SEBAGAI MODEL MENURUT SANTA PERAWAN MARIA SEBAGAI MODEL MENURUT SANTA PERAWAN MARIA SEBAGAI MODEL MENURUT SANTA PERAWAN MARIA SEBAGAI MODEL MENURUT SANTA PERAWAN MARIA SEBAGAI MODEL MENURUT SAN Tibo, Paulinus
IN VERITATE LUX Vol 3 No 1 (2020): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63037/ivl.v3i1.56

Abstract

The Church's teaching that presents Mary more specifically as a model in Divine worship is Marialis Cultus. This apostolic letter recommended by Pope Paul VI on February 2 1974 aims to promote respect for the Blessed Virgin Mary, especially in Divine worship. In Marialis Cultus the virtues of the Blessed Virgin Mary are clearly displayed, namely humility shown by listening to God's Word and implementing it, always praying and conveying her hopes to God. Mary is also called a virgin because of her obedience and faith, her absolute (total) trust in God. The Church sees that the actual situation experienced by the people is really worrying, for example: The people have not opened themselves fully to God, humility has not really been realized so that some people have not listened to the word and carried it out, or listened only in the mind and not in the heart, praying only just pray without effort and perseverance. Worship cannot be separated from the reality of life, and vice versa, life cannot be separated from worship. So one solution to answer this kind of situation of the people is the people's catechesis about Mary which is based on the Marialis Cultus document.
TANGGUNG JAWAB ORANG TUA DALAM PENDIDIKAN MORAL ANAK Tibo, Paulinus
IN VERITATE LUX Vol 3 No 2 (2020): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.63037/ivl.v3i2.60

Abstract

Moral education is an important point in the process of forming human personality. A human being is said to be a moral person if in life he has affective/moral intelligence. A person's knowledge of morals is an integral and inseparable part for every Catholic. Christian moral values ​​are the main foundation in the family education process given by parents to children. So parents as the main educators apply knowledge, skills and Christian moral attitudes. In the data collection process the author conducted research using a qualitative approach with observation, interview and documentation techniques for Catholic families in the St. Peter and Paul Parish, Kabanjahe. The results found were that parents were not fully aware of their responsibilities as parents in moral education in the family. So that children in their daily lives do not emit correct Christian moral attitudes
KELUARGA SEBAGAI GEREJA RUMAH TANGGA Tibo, Paulinus; Br Ginting, Elma Monika
IN VERITATE LUX Vol 1 No 1 (2018): IN VERITATE LUX: Jurnal Ilmu Kateketik Pastoral Teologi, Pendidikan, Antropologi,
Publisher : STP St. Bonaventura Medan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Keluarga adalah pendidik pertama dan utama dalam hal iman dan nilai-nilai luhur melalui relasi-relasi yang terjadi baik antara suami-isteri, orangtua dengan anak, dan relasi antara anak. Keluarga sebagai Gereja rumah tangga mengemban jabatan tritugas Gereja oleh karena sakramen baptis yang membentuk persekutuan Kristus. Jabatan Raja, Imam, dan Nabi. Keluarga sebagai Gereja rumah tangga berjabatan sebagai Raja, bertanggungjawab untuk melayani sebagaimana Kristus datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Keluarga sebagai Gereja rumah tangga berjabatan sebagai Imam, menguduskan satu sama lain dalam keluarga dengan membangun dialog dengan Allah. Keluarga sebagai Gereja rumah tangga berjabatan sebagai Nabi yang bertanggungjawab untuk mewartakan kerajaan Allah dalam perbuatan dan perkataan. Oleh karena itu Tritugas Gereja ini diemban oleh keluarga sehingga keluarga disebut sebagai Gereja rumah tangga. Peneliti melakukan penelitian kualitatif dengan hasil observasi, wawancara dan dokumentasi digunakan oleh peneliti untuk mengetahui implementasi keluarga sebagai Gereja rumah tangga di Stasi. Berdasarkan temuan peneliti bahwa implementasi keluarga sebagai Gereja rumah tangga belum sepenuhnya diterapkan dengan baik karena kurangnya pemahaman keluarga akan Gereja rumah tangga yang sesungguhnya