Tulisan ini mengidentifikasi otoritas Hadis dalam konsep Asbāb al-Nuzūl Jadīd menurut M. Amin Abdullah. Asbāb al-Nuzūl Jadīd adalah paradigma tafsir kontemporer yang berbasis pada pola pikir kosmis (worldview), ideologis, antropologis dan teologis. Penulis berusaha mengkritisi peran Hadis sebagai sumber penafsiran dalam tafsir Qur’an kontemporer, terutama dalam metodologi Asbāb al-Nuzūl al-Jadīd.Hadis, yang mengalami beberapa tahapan transformasi dari budaya realitas (qaul, fi’il, taqrīr, shifat Nabi), budaya lisan (tradisi isnād), hingga ke budaya tulis (kodifikasi teks Hadis), menghadapi tantangan untuk terus bertahan di tengah kompleksitas masyarakat kontemporer yang dinamis dan fluktuatif. Terdapat interval antara wilayah ajaran (das sollen) dan wilayah realita (das sein) dalam penggunaan Hadis di tafsir kontemporer. Perbedaan tersebut membuat Hadis jarang dijadikan sebagai rujukan utama dalam tafsir kontemporer dan hanya dijadikan sebagai prawacana atau pre-text.Hermeneutika otoritarian Abou Fadl menjadi sarana untuk mengembangkan konsep Asbāb al-Nuzūl Jadīd dalam konsentrasi studi Hadis. Kritik normativitas matan dan desakralisasi isnad mampu mengungkap spirit Hadis dan meminimalisir subjektivitas perawi (idiosyncronic). Analisis di atas diharapkan mampu menjadi alternatif untuk mereduksi produk penafsiran bersumber Hadis yang sewenang-wenang (despotic interpretation).