Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

PERBEDAAN FUNGSI KOGNITIF DAN KORTISOL PADA RESIDEN KEDOKTERAN EMERGENSI DENGAN POLA KERJA SIF Nagara, Aurick Yudha; Triyuliarto, Dwiwardoyo; Alamsyah, Arief
Majalah Kesehatan FKUB Vol 6, No 3 (2019): Majalah Kesehatan
Publisher : Faculty of Medicine Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (655.311 KB) | DOI: 10.21776/ub.majalahkesehatan.2019.006.03.4

Abstract

Kerja sif yang dilakukan pada malam hari atau dengan sistem kerja yang berubah-ubah dapat mengganggu fungsi kognitif dan irama sirkadian. Dokter yang menjalani kerja sif lebih dari 24 jam memiliki risiko lebih tinggi melakukan kesalahan medis akibat penurunan fungsi kognitif. Irama sikardian dapat diketahui dari pola sekresi kortisol. Untuk mengetahui perbedaan pola kerja sif dengan gangguan fungsi kognitif dan kadar kortisol saliva pada residen Kedokteran  Emergensi, maka dilakukan penelitian di IGD RSUD Dr. Saiful Anwar Malang pada kurun waktu Juni hingga Juli 2016. Desain penelitian adalah observasional dengan pendekatan potong lintang. Sebanyak tiga puluh residen Kedokteran Emergensi memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu kelompok kerja sif 12 jam dan kerja sif lebih dari 24 jam. Skala MoCA-Ina digunakan untuk menilai gangguan fungsi kognitif. Cortisol Awakening Response (CAR), total kortisol dan laju penuruan kortisol saliva digunakan untuk mengetahui pola sekresi kortisol. Uji T tidak berpasangan dan Uji Mann Whitney digunakan untuk membedakan kedua kelompok. Didapatkan hasil berupa perbedaan bermakna nilai MoCA-INA antara kelompok kerja sif 12 jam dan kerja sif lebih dari 24 jam ((26,87±1,69 vs 24,20±1,61, p = 0,00, IK = 2,67 (1,43–3,90)). Perbedaan bermakna CAR pada kelompok kerja sif 12 jam dan kerja sif labih dari 24 jam ((14,36 (9,88–30,42) vs 5,58 (1,12–11,15), p = 0,00)). Maka, dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pola kerja sif dengan fungsi kognitif dan kadar kortisol. Kerja sif lebih dari 24 jam dapat menyebabkan gangguan fungsi kognitif dan kadar CAR yang rendah.  
Edukasi Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat Dalam Pencegahan Penyebaran Covid 19 Di Masyarakat Kota Malang Bintari Ratih Kusumaningrum; Ayunda Dewi Jayanti Jilan Putri; Aurick Yudha Nagara; Akhiyan Hadi Susanto; Ika Setyo Rini; Ikhda Ulya; Eriko Prawestiningtyas; Muhammad Satria Herdiyono; Agustinus Lorensa Krisyanto; Mutiaranti Nainggolan
ABDIMAS: Jurnal Pengabdian Masyarakat Vol. 4 No. 1 (2021): ABDIMAS UMTAS: Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat
Publisher : LPPM Universitas Muhammadiyah Tasikmalaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.088 KB) | DOI: 10.35568/abdimas.v4i1.1157

Abstract

Pencegahan penyebaran Covid-19 ini tidak bisa hanya dengan tenaga kesehatan saja yang berperan, namun dibutuhkan kerjasama lintas sector. Unsur yang terlibat adalah pemerintah, masyarakat, dunia usaha, akademisi, dan media. Agar pencegahan di masyarakat dapat berjalan dengan baik maka harus ada tokoh atau kader kesehatan yang aktif melakukan promosi kesehatan pencegahan Covid-19. Program pengabdian masyarakat kampong tangguh ini bertujuan untuk memberikan edukasi perilaku hidup bersih dan sehat untuk mencegah penularan COVID-19 kepada kader kesehatan di masyarakat. Metode yang digunakan dalam program pengabdian masyarakat ini adalah pemberian intervensi pada masyarakat dengan pendekatan post tes only terhadap 76 partisipan kader kesehatan di 8 kelurahan di Kota Malang. Media yang digunakan untuk edukasi adalah poster PHBS dan praktik langsung. Hasil yang didapatkan yaitu skor pengetahuan PHBS 74,21 dari skor maksimal 100dan skor observasi perilaku 26,53 dari skor maksimal 30. Sebagian besar sudah ada sarana untuk PHBS namun dalam pelaksanaan protocol kesehatan masih kurang. Dapat disimpulkan bahwa kegiatan ini membawa dampak positif bagi kader dan masyarakat luas karena akademisi turun langsung memberikan contoh PHBS.
Design and Build Educational Vest for Cardiopulmonary Resucitation as an Emergency Treatment for Cardiac Arrest Agwin Fahmi Fahanani; Nabila Nur Fitriani; Ika Setyo Rini; Aurick Yudha Nagara; Sevito Fernanda Pambudi; Monifa Arini; Mohammad Fahri Ferdiansyah
Jurnal KARINOV Vol 5, No 2 (2022): Mei
Publisher : Institute for Research and Community Service (LP2M), Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um045v5i2p75-79

Abstract

Prevalensi kejadian henti jantung yang tidak tertangani dengan adekuat terbilang besar. Menurut American Heart Association (AHA), dari 70% kasus henti jantung di luar rumah sakit, sebanyak 50% tidak diketahui oleh masyarakat sekitar sedangkan hanya 10,8% yang dapat bertahan hidup setelah dibawa ke layanan gawat darurat. Hal tersebut diakibatkan kurangnya pengetahuan masyarakat awam terkait tindakan CPR/ resusitasi jantung paru. VECPRI (Vest with CPR Instruction) merupakan sebuah inovasi rompi yang didesain untuk orang awam melakukan CPR. Hasil pengujian yang telah dilakukan menunjukkan bahwa operasional rompi VECPRI telah sesuai dan memenuhi untuk dilakukannya high quality CPR. Selain itu, dari hasil uji subsistem EKG diperoleh akurasi sebesar 86,5% karena dipengaruhi oleh beberapa faktor. Kata kunci— Henti Jantung, Resusitasi, Rompi Edukatif Abstract Prevalence of cardiac arrest cases that is not handled adequately are quite large. According to American Heart Association (AHA), there are 70% cases of out of hospital cardiac arrest where 50% isn’t known by people around the scene and only 10,8% survive after being taken to emergency service. This problem is due to the lack of people knowledge about Cardio Pulmonary Resuscitation (CPR). VECPRI (Vest with CPR Instruction) is an innovative vest designed for non-medical people to perform CPR. The result of tests that have been carried out shows that the operation of VECPRI is appropriate and fulfill for high quality CPR. In addition, the EKG subsystem test obtained an accuracy of 86,5% because it is influenced by several factors. Keywords— Cardiac Arrest, Resuscitation, Educative Vest
Perceptions and Experiences of Survivors of Mount Semeru Eruption in Getting Health Services during Covid-19 Pandemic Sri Sunarti; Aurick Yudha Nagara; Atma Gunawan; Marshanda Shella Pramesta; Fifi Afifatus Zakiya; Victoria Maya Kurniawati
Jurnal Kedokteran Brawijaya Vol. 32 No. 3 (2023)
Publisher : Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21776/ub.jkb.2023.032.03.9

Abstract

Disaster events pose challenges for health workers in overcoming health problems in refugee camps. The eruption or hot clouds of Mount Semeru that occurred during the Covid-19 pandemic made sick survivors have to continue to receive health services, even though they were in refugee camps. Survivors' experiences in receiving health services and their illnesses varied widely. Perceptions of survivors in obtaining health services showed that most of them were well served and experienced a good referral system to higher-level hospitals. Home care was carried out by health workers to survivors after returning from refuges.