Kurangnya kemampuan lansia beradaptasi terhadap perubahan dan stress lingkungan, sering menyebabkan depresi. Menurut Soejono dan Setiadji (2000), pada tahun 2020 depresi akan menduduki peringkat teratas penyakit yang dialami lanjut usia di negara berkembang termasuk Indonesia. Tujuan penelitian ini untuk menilai perbedaan tingkat depresi sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Bogor 2014. Penelitian ini dilaksanakan dari tanggal 20 Agustus-9 September 2014. Quasi Eksperiment Design dengan jenis pendekatan Non-Equivalent Control grup serta purposive sampling dengan kriteria insklusi yaitu lansia yang tidak dalam keadaan sakit wasir akut, sakit jantung dengan sesak napas, pasca operasi, flu, TBC, glukoma, kelumpuhan total, dan gangguan skizofreniadigunakan dalam penelitian. Hasil uji Marginal Homogeneity menunjukan adanya perbedaan tingkat depresi pada lansia sesudah dilakukan terapi tertawa dimana angka 0,002 yang berarti P ≤ (0,05). Simpulan dalam penelitian ini terdapat perbedaan signifikan tingkat depresi sebelum dan sesudah diberikan terapi tertawa pada lansia di Rumah Perlindungan Sosial Tresna Werdha Bogor Tahun 2014. Saran peneliti, panti hendaknya melakukan terapi tertawa bersama-sama dengan rutin untuk mengisi kegiatan lansia selama tinggal di panti, bermanfaat sebagai terapi non farmakologi untuk menurunkan tingkat depresi. Kata