Setyaningsih
Unknown Affiliation

Published : 11 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 11 Documents
Search

DAMPAK GLOBALISASI TERHADAP MORAL GENERASI MUDA Setyaningsih
Widya Aksara Vol 22 No 1 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (134.881 KB)

Abstract

Perubahan zaman membawa dampak bagi seluruh Negara. Dengan adanya  perubahan zaman, pola pikir manusiapun ikut berubah. Perubahan zaman membawa dampak positif maupun negatif. Perubahan ini terjadi karena adanya perubahan Globalisasi. Dahulu, moral anak Indonesia bisa diacungkan jempol. Dilihat dari tatakramanya, sopan santun dan tutur bahasanya yang baik. Tetapi kini, moral atau perilaku anak remaja di Indonesia sangat memprihatinkan. Banyak sekali perilaku-perilaku menyimpang yang kian marak terjadi di Indonesia. Penyimpangan-penyimpangan tersebut sebagian besar dilakukan atau dialami oleh anak remaja. Dalam tulisan ilmiah ini penulis mempunyai tiga permasalahan yaitu bagaimana globalisasi dapat menyebabkan dampak bagi moral generasi muda, latar belakang apa saja yang menyebabkan perubahan moral bagi generasi muda, dan seberapa besar perubahan yang terjadi karena adanya globalisasi bagi generasi muda. Penanaman nilai etika, moral, dan akhlak tidak hanya ditanamkan di lingkungan keluarga saja namun diperlukan kerja sama dari pihak sekolah, masyarakat dan pemerintah. Keluarga sebagai lingkungan pertama dan utama dimana seorang anak mendapatkan bekal pendidikan etika, moral, dan akhlak. Peranan orang tua sangat penting dalam proses perkembangan moral anak. Sejak dini orang tua harus mampu memberikan arahan, bimbingan, serta teladan kepada anak.
PERAN PEREMPUAN DALAM ERA GLOBALISASI Setyaningsih
Widya Aksara Vol 22 No 2 (2017)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (375.437 KB)

Abstract

Tuhan menciptakan laki-laki dan perempuan dalam posisi yang sama sebagai makhluk paling mulia dibandingkan dengan makhluk lainnya. Namun, dalam masyarakat di berbagai tempat terdapat perbedaan pandangan tentang status perempuan sehingga muncul konstruksi yang berbeda-beda mengenai kedudukan perempuan. Hal ini tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya pandangan tersebut, seperti pelabelan yang dikaitkan dengan sifat ataupun fisik laki-laki dan perempuan. Misalnya, laki-laki dikonsepsikan sebagai makhluk yang lebih kuat jika dibandingkan dengan perempuan. Dari segi fisik atau biologis laki-laki lebih kekar dan tegap sehingga diasumsikan lebih memiliki kekuatan  dibandingkan dengan perempuan. Pada akhirnya, gambaran kondisi fisik seperti itu mempengaruhi konsep pembagian peran antara laki-laki dan perempuan. Laki-laki dikonsepsikan bekerja di luar rumah atau wilayah publik, sedangkan wanita dikonsepsikan bekerja dalam bidang yang terkait dengan urusan di dalam rumah tangga atau wilayah domestik. Lebih jauh keutamaan seorang perempuan atau wanita di dalam kitab suci Veda dinyatakan memiliki sifat innovatif, cemerlang, mantap, memberi kemakmuran, diharapkan untuk cerdas menjadi sarjana, gagah berani dan dapat memimpin pasukan ke medan pertempuran dan senantiasa percaya diri. Dari pandangan tersebut di atas, bila kita mengkaji bahwa peserepsi masyarakat Hindu tentang perempuan adalah sama-sama mulia, sama-sama memiliki potensi dan fungsi sesuai dengan kodrat dan tanggung jawabnya masing-masing, artinya seorang perempuan bila mampu mengembangkan potensinya dengan baik, mampu melaksanakan swadharmanya dengan baik maka wanita benar-benar mendapatkan penghargaan yang sangat mulia.
PERAN PENDIDIKAN AGAMA HINDU DALAM MEMBENTUK KEPRIBADIAN SISWA Setyaningsih
Widya Aksara Vol 23 No 2 (2018)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (227.844 KB)

Abstract

Anak dalam pandangan agama Hindu merupakan penyelamat bagi orang tua dan para leluhur. Setiap orang tua tentu mengharapkan lahirnya seorang anak yang suputra, seorang anak yang berwatak dan berkarakter baik, berbakti kepada orang tua dan leluhur serta taat pada ajaran agama. Kurikulum yang selalu berubah mempengaruhi seluruh aspek dan komponen dalam proses belajar-mengajar tersebut. Pendidikan seakan-akan dijadikan kelinci percobaan dan terlihat ada suatu unsur komersil dalam setiap perubahan yang terjadi dalam pendidikan. Dari kalangan pemerintah selalu menginginkan kenaikan mutu pendidikan. Akan tetapi mereka tidak pernah menyesuaikan dan membandingkan antara tuntutan keinginan yang begitu tinggi dengan kondisi yang real terjadi di lapangan. Fenomena terdegradasinya moral suatu bangsa memang sangat mengkhawatirkan. Disinilah seharusnya pendidikan mampu berperan aktif. Pendidikan yang baik adalah pendidikan yang bisa membentuk karakter positif kepada peserta didik. Pendidikan agama adalah salah satu usaha konkret yang bisa diterapkan baik secara formal maupun non formal untuk mengatasi degradasi moral dan krisis karakter positif tersebut. Semua agama mengajarkan hal yang baik. Tapi ada oknum-oknum tertentu yang menyalahgunakan agama sebagai tameng untuk membenarkan perbuatan yang tidak benar. Disini akan dijelaskan tentang pendidikan agama khususnya agama Hindu seberapa besarkah kontribusi pendidikan agama Hindu dalam membentuk karakter siswa yang beragama Hindu. Pendidikan Agama Hindu merupakan suatu proses seorang siswa untuk mendapatkan pengetahuan, pemahaman dan ketrampilan serta mengembangan kepribadian (sikap, sifat dan mental) yang berpedoman pada ajaran agama Hindu (Weda). Tujuan pendidikan agama Hindu tercantum dalam Catur Purusa Artha dan juga telah dirumuskan oleh PHDI dan yang paling terpenting adalah pendidikan agama Hindu harus mampu membentuk kepribadian siswa yang baik dan mampu mengikis krisis moral yang dihadapi siswa sekarang ini. Pendidikan agama Hindu sangat berperan dalam membentuk kepribadian siswa dengan berbagai ajaran Hindu dan praktek-praktek upakara akan mampu membantu proses pembentukan kepribadian yang mengarah ke arah positif .
GENERASI MUDA YANG BERKARAKTER MELALUI PENDIDIKAN AGAMA HINDU Setyaningsih
Widya Aksara Vol 24 No 1 (2019)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (194.215 KB)

Abstract

Character is a fundamental value that cannot be released in the formation of individual personalities. Perfectly formed characters can realize the quality of human resources that have the potential to achieve progress. Law Number 20 Year 2003 concerning the national education system article 3 which requires the formation of character from an early age. Hindu religious education is a sub-system of national education. Hindu religious education is an attempt to produce intelligent students both intellectually, emotionally, and spiritually. In the practice of religion, it cannot be separated from the Three Basic Frameworks of Hinduism, namely Tattva, Su??la, and ?c?ra, when understood, internalized, and implemented will make Hindus have good and noble personalities. In addition, many teachings from Hinduism that can shape human character include Tri Kaya Parisudha, Chess Vidya, Chess Marga and Chess ??rama. Therefore, the revitalization of religious education in schools must be pursued for the intended purpose. Through quality Hindu religious education, it is expected to be able to form a young generation of character. There are 6 ways of doing revitalization in Hindu Religious Education, namely: (1) PAH learning model with consequential dimension approach; (2) the approach to the dimension of imperensia; (4) Ritualistic dimension approach; (5) intellectual dimension approach; (6) teaching and learning achievement evaluation model that illustrates the level of competence of students with Hindu characters.
NILAI-NILAI PENDIDIKAN KARAKTER DALAM LIRIK TEMBANG DOLANAN Setyaningsih
Widya Aksara Vol 24 No 2 (2019)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (601.172 KB)

Abstract

  Education today has been faced with the rampant phenomenon of moral degradation on the younger generation. Country that always puts the values of noble now already strats eroded by the attitude generation the nation's future. This phenomenon is a moral factor that is very detrimental to this nation. One of the ways to improve its slide  quality character is with known back the nation's cultures. Song Dolanan Javanese children feed one means culture able to change the character of the next generation of the Indonesian people . Javanese children's song development has national cultural values .  Unfortunately, song dolanan children Java language at the moment turtles got the right attention from government The instans-related. In the end, children are now less familiar with Javanese songs , so Javanese songs are less popular and eroded by time . This paper will be some a face about text implied in child dolanan Javanese song like the value - the value contained in Character Education. With a cargo of some aspects are indirectly song dolanan speaking children Java the noble values that are rooted in the culture of Indonesia esp usnya Java. In order to build national identity and character, Javanese children's songs need to be introduced to the young generation, especially the intestines of children. They are the relay holders of the journey of the life of the nation and state. When they lack understanding and experience of the potential of national culture and art it is feared that in the future this nation will lose its identity and noble character .
Implementation of Tri Purusa Artha teachings in Coaching Hindu Young Generation Setyaningsih; Sudarsana, I Ketut
Jurnal Penelitian Agama Hindu Vol 4 No 1 (2020)
Publisher : Jayapangus Press

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (402.217 KB)

Abstract

This study aims to describe the implications of teachings tri purusa artha in coaching Hindu Young generation. The results showed that: (1) the understanding of the Hindu young generation in Desa Adat Ulakan about Tri Purusa Artha is already good because all informants can explain the meaning of Tri Purusa Artha and also explain the elements of Tri Purusa Artha theoretically. However, in implementing the three elements of Tri Purusa Artha, the Hindu young generation in the Desa Adat Ulakan could not implement it optimally. (2) The benefits of Tri Purusa Artha for young Hindu generation in the Ulakan Traditonal Village were a means of self-control and a way to achieve life goals in the form of jagadhita. (3) The obstacles faced in fostering Hindu young generation in Desa Adat Ulakan were the lack of facilities. Many young generations of Hindu was being indifferent. The appointed coaches or instructors still did not understand the interest of the young generation, they lived outside the village. Efforts in fostering the young generation of Hindus in Desa Adat Ulakan was done by providing counseling to the sekeha teruna to each banjar, forming skills, cooperating with village officers and village administrators, implementing Pasraman Hindu youths, forming sekeha gong and dance groups, pesantian teenagers groups, and providing sports fields.
IMPLEMENTASI AJARAN TRI HITA KARANA DALAM PENGEMBANGAN ASPEK SOSIAL ANAK USIA DINI DI TAMAN KANAK-KANAK KEMALA BHAYANGKARI KABUPATEN PATI Setyaningsih; Sugiman
Widya Aksara Vol 25 No 1 (2020)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (368.022 KB)

Abstract

Through religious education, Hindu students are guided to always foster harmonious relations between human beings, the natural surroundings or the environment as well as relationships with God. These three relationships are in accordance with the concept of Tri Hita Karana, to shape the character of children from an early age. Early childhood growth will affect the next period i.e. the attainment of maturity in social relations. This research would like to overview the early childhood development precisely and maximally, so the result will be able to develop all aspects of the scope of child development including social aspects. The goal in this research is to describe the early childhood social development in kindergarten (TK) Kemala Bhayangkari No. 43 Kabupaten Pati by using qualitative approach. The results showed that (1) the early childhood social abilities in kindergarten Kemala Bhayangkari No. 43 Kabupaten Pati include the ability to get along, socialize and properly communicate with friends and teachers, working together, being patient in taking turn, caring and helping friends who is in trouble in classroom tasks, sharing food and toys, giving up to friends and being responsible.
PEREMPUAN DALAM PERKEMBANGAN ILMU PENGETAHUAN DAN TEKNOLOGI Setyaningsih; Farida Setyaningsih
Widya Aksara Vol 26 No 1 (2021)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi mempengaruhi semua aspek kehidupan. Perkembangannya tidak hanya didominasi oleh laki-laki tetapi juga oleh perempuan. Wanita dianggap sebagai pemakai penemuan ilmu pengetahuan dan teknologi sedangkan pria adalah penemu. Laki-laki, secara eksplisit, berperan dalam proses sains dan teknologi. Namun, ahli ilmu pengetahuan mengajukan temuan yang menunjukkan identitas perempuan terhadap teknologi. Diperkirakan oleh mereka yang peduli dengan isu perempuan akan semakin banyak perempuan yang terlibat dalam proses penemuan di bidang iptek. Pencapaian perempuan ini tidak dapat dihindari karena mereka telah berkontribusi banyak pada pembangunan di wilayah tersebut baik diterima secara publik atau tidak.
PENDIDIKAN KARAKTER MELALUI IMPLEMENTASI KETERPADUAN PEMBELAJARAN Setyaningsih
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.174

Abstract

UU 20 2003 tentang Sisdiknas menyatakan bahwa Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab. Berangkat dari hal tersebut diatas, secara formal upaya menyiapkan kondisi, sarana/prasarana, kegiatan, pendidikan, dan kurikulum yang mengarah kepada pembentukan watak dan budi pekerti generasi muda bangsa memiliki landasan yuridis yang kuat. Namun, sinyal tersebut baru disadari ketika terjadi krisis akhlak yang menerpa semua lapisan masyarakat. Tidak terkecuali juga pada anak-anak usia sekolah. Untuk mencegah lebih parahnya krisis akhlak, kini upaya tersebut mulai dirintis melalui Pendidikan Karakter bangsa. Dalam pemberian Pendidikan Karakter bangsa di sekolah, para pakar berbeda pendapat. Setidaknya ada tiga pendapat yang berkembang. Pertama, bahwa Pendidikan Karakter bangsa diberikan berdiri sendiri sebagai suatu mata pelajaran. Pendapat kedua, Pendidikan Karakter bangsa diberikan secara terintegrasi dalam mata pelajaran Pendidikan Agama Hindu, PKn, dan mata pelajaran lain yang relevan. Pendapat ketiga, Pendidikan Karakter bangsa terintegrasi ke dalam semua mata pelajaran. Dalam mengimplementasikan pendidikan karakter haruslah melalui berbagai proses diataranya melalui strategi implementasi pendidikan karakter, langkah-langkah pendidikan karakter, tahap-tahap pembentukan karakter, pembentukan karakter melalui pembudayaan. Dimana strategi implementasi pendidikan karakter meliputi pengintegrasian nilai dan etika pada mata pelajaran, Internalisasi nilai positif yang di tanamkan oleh semua warga, Pembiasaan dan latihan, Pemberian contoh dan teladan, Penciptaan suasana berkarakter di sekolah dan Pembudayaan. Langkah-langkah pendidikan karakter meliputi lima langkah yang harus dilakasanakan secara tepat dan konsisten. Tahap-tahap pembentukan karakter meliputi lima tahap atau proses dari melihat-mengamati-meniru-mengingat-menyimpan kemudian mengeluarkan perilaku. Pembentukan karakter melalui pembudayaan yang dapat dilakukan dengan penciptaan budaya karakter yang bersifat vertikal dan horizontal.
IMPLEMENTASI PEMBIASAAN MENINGKATAKAN KARAKTER DAN PRESTASI SISWA PADA PENDIDIKAN PASRAMAN NON FORMAL DI EKS KARESIDENAN SURAKARTA Farida Setyaningsih; Putu Budiadnya; Setyaningsih; Titin Sutarti; Sujaelanto; Gayatri Sindi Mahesti
Widya Aksara Vol 27 No 1 (2022)
Publisher : Lembaga Penerbit Sekolah Tinggi Hindu Dharma Klaten

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.54714/widyaaksara.v27i1.184

Abstract

Pendidikan karakter adalah sebuah usaha untuk mendidik anak agar dapat mengambil keputusan dengan bijak, jika hal tersebut tertanam dan terpatri dalam diri setiap insan sejak dini, hal tersebut merupakan awal yang baik bagi setiap Pendidikan anak bangsa untuk menjalani proses selanjutnya. Melihat betapa pentingnya pembiasaan meningkatkan karakter dan prestasi siswa, maka peneliti mengambil 3 rumusan masalah yaitu; jenis pembiasaan apa yang digunakan untuk meningkatkan karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Forma di Eks Karesidenan Surakarta, bagaimana implementasi pembiasaan untuk meningkatkan karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Formal di Eks Karesidenan Surakarta, dan bagaimana dampak implementasi pembiasaan terhadap karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Forma di Eks Karesidenan Surakarta. Dalam penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mengkaji dari rumusan masalah supaya bermanfaat secara teoritis maupun praktis dengan teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan wawancara, dokumentasi, observasi, partisipan dan kepustakaan. Penelitian ini mengunakan teori pembiasaan klasik untuk membedah rumusan masalah 1, teori pembentukan karakter digunakan untuk membedah rumusan masalah 2, dan teori dampak untuk membedah rumusan masalah 3. Sehingga dapat ditarik simpulan jenis pembiasaan antara Pasraman satu dengan yang lainnya bisa ada beberapa yang sama, juga ada jenis pembiasaan yang berbeda, dalam implementasi pembiasaan juga ada yang sama dan ada yang berbeda, dalam arti ada yang rajin, kurang raji, fokus, lebih fokus, dan kurang fokus, bahkan ada yang rutin, telaten, tepat waktu sesuai jadwal yang ditentukan namun ada juga yang kurang disiplin, sehingga dampaknya juga berbeda terhadap peningkatan karakter dan prestasi siswa pada Pendidikan Pasraman Non Formal di Eks Karesidenan Surakarta. i