Silviana, Ika
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

GERAK PEMBERDAYAAN PEREMPUAN PEGIAT UMKM MELALUI PROSES REFLEKSI DIRI DI GEDANGSEWU, PARE, KEDIRI Silviana, Ika
ASKETIK: Jurnal Agama dan Perubahan Sosial Vol 3, No 1 (2019)
Publisher : P3M IAIN KEDIRI

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30762/ask.v3i1.1289

Abstract

The basic problem of development is equity to the smallest lines. This homework is not only the responsibility of the village government, but is an obligation for all people. Efforts to increase development need a continuous awareness building, covering various aspects and all parties. For rural people who still have many limitations, a simpler pattern is needed in creating a movement of empowerment. To facilitate development access for the community. Through the process of self-reflection which includes the stages of sensory knowledge, the stage of reasoning, and the stage of the ratio of Gedangsewu UMKM activists can begin to build awareness. All the step are the basis for managing the movement of empowerment based on development morality. With awareness-based activities, activists are able to interpret collective challenges, in order to create common purpose, by strengthening collective solidarity and identity, in order to preserve political resistance from a lifestyle that clings to a system that is rolling. Then efforts need to create independence from the mind to the step of empowerment.
KEKUASAAN DAN PERAN GANDA PEREMPUAN (Analisis Sosiologi Terhadap Perempuan Pembatik Di Madiun) Silviana, Ika
The Sociology of Islam Vol. 1 No. 1 (2011): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2011.1.1.%p

Abstract

Hingga kini, kaum perempuan di negeri ini rentan mengalami diskriminasi dan eksploitasi. Konstruksi budaya menempatkan posisi perempuan sebagai pihak yang harus lemah-lembut, sopan-santun, dan patuh pada suami. Mereka tidak diperkenankan melangkahi laki-laki, karena akan dianggap sebagai perempuan yang tidak tahu diri. Dalam kultur masyarakat Jawa, perempuan diidentikan sebagai konco wingking dan tidak diperkenankan bekerja di sektor publik. Hal ini juga dialami oleh perempuan pembatik. Salah satu kasus yang dianalisis di tulisan ini adalah perempuan pembatik di home industry batik Retno Dumilah, Madiun. Mereka mengalami kontrol dari masyarakat untuk menjalankan peran ganda (double bourden): domestik dan publik. Akan tetapi, ditengah keterbatasan itu para perempuan pembatik tersebut terkadang mampu mencari celah agar diri mereka juga mendapatkan kekuasaan dari kelengahan laki-laki. Kata Kunci: Patriarki, Peran Ganda, Kuasa, Perempuan Pembatik
Kekuasaan dan Peran Ganda Perempuan (Analisis Sosiologi Terhadap Perempuan Pembatik di Madiun) Silviana, Ika
The Sociology of Islam Vol. 6 No. 1 (2023): June
Publisher : Prodi Sosiologi, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, UIN Sunan Ampel Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.15642/jsi.2023.6.1.79-94

Abstract

Hingga kini, kaum perempuan di negeri ini rentan mengalami diskriminasi dan eksploitasi. Konstruksi budaya menempatkan posisi perempuan sebagai pihak yang harus lemah-lembut, sopan-santun, dan patuh pada suami. Mereka tidak diperkenankan melangkahi laki-laki, karena akan dianggap sebagai perempuan yang tidak tahu diri. Dalam kultur masyarakat Jawa, perempuan diidentikan sebagai konco wingking dan tidak diperkenankan bekerja di sektor publik. Hal ini juga dialami oleh perempuan pembatik. Salah satu kasus yang dianalisis di tulisan ini adalah perempuan pembatik di home industry batik Retno Dumilah, Madiun. Mereka mengalami kontrol dari masyarakat untuk menjalankan peran ganda (double bourden): domestik dan publik. Akan tetapi, ditengah keterbatasan itu para perempuan pembatik tersebut terkadang mampu mencari celah agar diri mereka juga mendapatkan kekuasaan dari kelengahan laki-laki