Akmal, Atqo
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH ISLAM DAN KEBUDAYAAN MELAYU TERHADAP KESENIAN MADIHIN MASYARAKAT BANJAR Akmal, Atqo
Al-Banjari : Jurnal Ilmiah Ilmu-Ilmu Keislaman Vol 17, No 1 (2018)
Publisher : Pascasarjana UIN ANTASARI Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (357.758 KB) | DOI: 10.18592/al-banjari.v17i1.2044

Abstract

Banjaresse Culture is a transformation and transculturation of the pre-Islamic religious beliefs with post-Islamization. The contact between the two cultures resulted in a new Banjar entity that strongly influenced by the values of Islam and Malay culture. In art, madihin emerges as the result of assimilation between Malay-Muslim and Banjar art cultures. Madihin has similarities to the oral literature of Malay, pantun and verse, but it is delivered in Banjaresse language, with rhymes that are not necessarily follow certain pattern (eg: must be a-a-a-a or a-b-a-b), no limitation for number of stanza, and not play a particular drama. The emergence of madihin is a transformation of qasida form which present to mark the presence of Islam in the archiplego. The use of tarbang as a musical instrument in madihin, similar to qasida with its rebana-drums. However, madihin is different from the qasida arts whose lyrics are the verses of the song. Madihin is likely an oral literature that has no pattern of regular rhyme and lyric, and not too concerned with the suitability of the lyrics, verse with the rhythm, as an important conformity in the music of qasida.Budaya masyarakat Banjar merupakan transformasi dan transkulturasi religiusitas kepercayaan pra-Islam dengan paska islamisasi. Pertemuan keduanya menghasilkan suatu entitas Banjar baru yang dipengaruhi kuat oleh nilai dan ajaran Islam serta kebudayaan melayu. Dalam bidang kesenian, sastra lisan madihin muncul sebagai hasil dari asimilasi antara kebudayaan Melayu-Islam dan Banjar. Madihin memiliki kesamaan dengan sastra lisan melayu sejenis pantun dan syair, namun disampaikan dalam bahasa Banjar, dengan rima yang tidak mesti teratur (misalnya harus: a-a-a-a atau a-b-a-b), jumlah bait yang tidak baku, dan tidak melakonkan suatu drama tertentu. Kemunculan madihin merupakan transformasi bentuk qasida yang hadir ke nusantara saat berkembangnya Islam. Penggunaan tarbang sebagai instrumen musik pengiring dalam pertunjukkan madihin, mirip dengan kesenian qasida dengan gendang rebana-nya. Namun madihin berbeda dengan kesenian qasida yang liriknya merupakan bait-bait lagu, madihin merupakan penyampaian sastra lisan sejenis pantun dan syair yang dilagukan, serta tidak terlalu mementingkan kesesuaian bait lirik dengan irama, satu kesesuaian yang penting dalam musik qasida.
Teks Sejarah dan Pengaruhnya terhadap Akuisisi Nilai dan Karakter Pembaca Akmal, Atqo; Abidin, Nur Fatah
Tarikhuna: Journal of History and History Education Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : UIN Imam Bonjol Padang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Media dalam dengan beragam bentuk jenisnya (film, televisi, musik, buku, dan lain-lain) memiliki potensi untuk mempengaruhi audience-nya. Lalu bagaimana dengan teks naratif sejarah? Tentunya sejarah dengan seperangkat kisah naratif masa lalu yang berisikan hikmah, pelajaran, dan keteladanan baik itu dari tokoh sejarah maupun peristiwa-peristiwanya, juga mengandung nilai-nilai yang seharusnya diwariskan kepada generasi muda. Artikel ini merupakan studi pendahuluan dengan metode integrative review untuk menelaah secara teoritis posisi wacana tentang teks sejarah dan akuisisi nilai berdasarkan literatur-literatur disiplin ilmu sejarah serta psikologi behavioristik dan kognitif. Mempelajari sejarah berkaitan dengan memahami cerita naratif yang dalam hal ini berkaitan dengan kemampuan membaca. Agar dapat efektif mencapai tingkatan historical literacy dalam membaca sejarah tidak sekedar hanya bisa membaca informasi tetapi dibutuhkan pemahaman terkait paradigma disiplin ilmu sejarah itu sendiri untuk mengetahui makna intrinsik aspirasi yang dibawanya. Mengenai proses akuisisi nilai dan karakter dari teks sejarah konsep social learning theory mengkonfirmasi bahwa teks naratif merupakan salah satu rangsangan simbolis yang mampu menjadi modeling terhadap kecendrungan pembaca untuk menyerap nilai atau meniru perilaku dari karakter modeling. Selain itu konsep experience-taking dalam aktivitas membaca teks naratif menjelaskan bagaimana kondisi yang memungkinkan bagi pembaca untuk kehilangan diri mereka sendiri dan menyerap identitas karakter, mengadopsi pikiran, emosi, tujuan, sifat, dan tindakan karakter tersebut, seolah-olah mereka adalah karakter itu.