Artikel ini adalah sebuah usaha untuk mendialogkan teks Alkitab dengan budaya lokal di Indonesia. Perhatian khusus diberikan kepada konsep !"#$%&'( (keanakan) dalam surat Roma dan pela gandong dalam konteks budaya Maluku, Indonesia. Tulisan ini dimaksudkan untuk menunjukan bahwa huiothesia sebagai hasil dari janji Allah kepada umat Yahudi yang kemudian diteruskan kepada kaum non-Yahudi secara konseptual paralel dengan tradisi pela di Maluku. Sekalipun ada perbedaan keagamaan di Maluku, pela telah menjadi mekanisme budaya untuk mengikat orang-orang dalam sebuah hubungan kasih horizontal. Konsep huiothesia dalam Paulus juga bekerja dengan cara yang sama sebagai mekanisme teologis untuk mengikat orang-orang bersama sekalipun mereka berbeda secara keagamaan. This article is an attempt to put biblical texts and Indonesian culture in dialogue. A special attention is given to the concepts of huiothesia (childhood) in the book of Romans and pela gandong in the cultural context of Moluccas, Indonesia. It aims to demonstrate that huiothesia ( as a result of the promise of God to the Jews, and further expanded to the Gentiles through the work of the Spirit is conceptually parallel to the Moluccan tradition of pela. In spite of people’s religious differences in Moluccas, pela has become a cultural mechanism to tie people together in a horizontal loving relationship. Paul’s huiothesia works in a similar way as a theological mechanism to tie people together in spite of their religious differences.