Hermawansyah, Hermawansyah
Unknown Affiliation

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

KAJIAN FENOMENOLOGI TERHADAP INTERNALISASI NILAI-NILAI KEISLAMAN PADA ANAK-ANAK PARA MUALLAF Hermawansyah, Hermawansyah
Fitrah Vol 9 No 2 (2018)
Publisher : STIT Sunan Giri Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (714.707 KB)

Abstract

Fenomena sosial kehidupan manusia selalu berubah kapan dan di mana saja sesuai dengan tujuan dan keyakinan hidup yang bermartabat dimata siapapun dan di mata allah. Namun Menjadi muallaf pun adalah sebuah pilihan hidup baik dalam keyakinan maupun dalam membangun kerukunan di tengah kehidupan sosialnya sehingga tentu tidak mudah bagi seseorang terutama bagi mereka yang tinggal dengan masyarakat bersosial tinggi dan membutuhkan proses pertimbangan yang amat mendalam. Namun fenomena yang menarik adalah seseorang rela meninggalkan keyakinannya pada agama sebelumnya dan memutuskan untuk berpindah keyakinan ke agama Islam karena pernikahan dan juga karana pemahaman Islam yang mereka tidak bisa menolak lagi kebenaran menurutnya,.                 Namun demikian juga betapa sulitnya mendidik anak-anaknya oleh muallaf  kearah agama Islam sebagai agama baru yang di yakininya, yaitu, agama yang  belum di pahami seutuhnya oleh orang tua bagi anak, sedangkan pergaulan sosialnya berada di awal globalisasi dan kecanduan budaya barat yangsemakin lama semakin menampilkan sosok yang menakutkan bagi para generasi muda kedepannya. Maka dalam hal ini menginternalisasikan nilai-nilai keislaman pada anak-anak muallaf  merupakan hal sangat penting diperhatikan secara serius karena ini berkaitan dengan masa depan generasi muslim kedepannya, dengan  bersungguh sungguh dalam menerapkan nilai-nilai serta mendalami ajaran agama Islam didalam lingkungan sosialnya. Sehingga orang maka akan terjadi sesuatu motivasi  terdorong untuk mempelajari agama dengan membiasakan mengikuti ajakan anak-anaknya menuju masjid di saat waktu ibadah dan kegiatan yang bernilai-nilai islam lainnya  
PENDIDIKAN ETIKA “MAJA LABO DAHU” DALAM PERSPEKTIF PENDIDIKAN ISLAM Hermawansyah, Hermawansyah
Fitrah Vol 10 No 1 (2019)
Publisher : STIT Sunan Giri Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (600.755 KB)

Abstract

  Budaya Maja Labo Dahu (malu dan takut). Malu, ialah sifat atau perasaan yang menimbulkan keengganan melakukan sesuatu yang rendah atau kurang sopan. Malu merupkan ciri khas perangai manusia yang menyingkap nilai iman seseorang dan berpengaruh bagi tinggi rendahnya akhlak seseorang. Orang yang memiliki rasa malu, apabila melakukan sesuatu yang tidak patut baginya, maka di wajahnya nampak berubah menjadi pucat sebagai perwujudan penyesalannya terlanjur berbuat yang tidak wajar. Itu menunjukkan hati kecilnya hidup, batinnya suci dan bersih. Tetapi sebaliknya bagi seseorang yang sudah tidak memiliki rasa malunya, dia enak saja apabila melakukan perbuatan yang tidak patut, sekalipun banyak orang yang mengetahuinya. Orang yang demikian menunjukkan kasar perasaannya, selalu bersikap acuh tak acuh, tidak perduli dengan apa saja yang dia lakukan. Sehingga  orang yang semacam ini tidak baik, tidak mempunyai rasa malu untuk menjaga kehormatan dirinya dari perbuatan dosa, dan menurunkan derajatnya. Maka Islam telah mengingatkan kepada umatnya, agar memperhatikan rasa malu, karena rasa malu ini, dapat meningkatkan akhlaknya menjadi tinggi    
ETIKA GURU SEBAGAI PENDIDIKAN YANG MENDASAR BAGI SISWA Hermawansyah, Hermawansyah
Fitrah Vol 10 No 2 (2019)
Publisher : STIT Sunan Giri Bima

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (547.822 KB)

Abstract

Dalam pendidikan, transformasi pengetahuan bisa terjadi kapan saja dan dimana saja disetiap pertemuan, tidak hanya di tempat pendidikan formal namun pada tempat non formal sering terjadi pertukaran pendidikan itu secara tidak langsung. Namun kadang kala ada banyak pendidik atau guru tidak pernah menyadari bahwasannya pendidikan pertama itu adalah etika keseharian guru yang selalu Nampak dan ditemuai oleh peserta didik dilingkuangan sekolah baik dalam tutur kata, teguran, hukuman dan bahkan perilaku berkomunikasi sesama pendidikpun akan diperhatikan oleh para peserta didiknya. Sebab etika merupakan Pedoman dalam bersikap dan Berperilaku yang di dalamnya berisi Garis Besar Nilai Moral dan Norma yang mencerminkan lingkungan Sekolah yang edukatif, kreatif, santun dan bermartabat, untuk kepentingan bersama warga sekolah terutama siswa dan masyarakat lingkungan sekolah pada umumnya. Mengacu pada persoalan ini berarti pelajaran atau pendidikan yang paling pendasar bagi para siswa adalah etika seorang guru sebagai pelajaran yang paling utama yang akan menjadi tauladan atau ditiru mulai dari tutur kata, sapa salam dan bahkan pada hukuman dan teguran semuanya menjadi factor  nilai yang paling mendasar yang dapat merubah peserta moral peserta didik.