Claim Missing Document
Check
Articles

Found 7 Documents
Search

PEREMPUAN DAN PARTAI POLITIK PESERTA PEMILU Saputra Adiwijaya
Journal Ilmu Sosial, Politik, dan Ilmu Pemerintahan Vol. 1 No. 2 (2012): (8)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (97.074 KB)

Abstract

Sejak era reformasi tahun 1998, kondisi politik di Indonesia mengalami perubahan yang begitu drastis. Hal yang paling mudah dilihat adalah banyaknya jumlah partai politik dengan berbagai azas, prinsip dan sudut pandang, ditambah lagi dengan sistem pemilihan umum juga mengalamiperubahan. Hal ini tentunya menjadi hal yang menarik, karena ternyata arus reformasi memberikan kesempatan, kepada sebuah bangsa untuk menata ulang arah hidup bersama supaya bisa lebih demokratis. Namun, di sisi lain, terdapat pula tantangan, karena ternyata dalam menata ulang sebuah bangsa tidaklah mudah, banyak sekali pengorbanan-perngorbanan yangterjadi. Hal itu dijelaskan sebagai berikut bahwa tantangan dalam menata bangsa khususnya bidang politik juga merupakan tantangan tersendiri bagi perempuan. Sebab sebagai anak bangsa yang ikut serta dalam mengisi pembangunan maka sudah seharusnya era reformasi ini, kesempatan perempuan untuk mengukuhkan diri sebagai warga bukanterpinggirkan. Sementara itu, di tengah berbagai diskriminasi maupun stereotipe terhadap perempuan yang berkembang di masyarakat, kesempatan ini ternyata cukup berat untuk disandang. Betapa tidak jumlah perempuan yang menjadi aktivis partai politik saat ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, namun pada sisi lain tidak diimbangi dengan anggapan positif masyarakat. Peningkatan partisipasi perempuan dalam partai politik ini, boleh jadi membuat kita berbangga, hal ini mengindikasikan bahwa perempuan mulai berani tampil dan mendalami dunia politik, yang selama ini dianggap?dunialaki-laki?. Sementara itu sebagaimana dalam sebuah sistem politik yang demokratis partai politik mempunyai andil dalam menyambung aspirasi masyarakat, karena berfungsi sebagai saluran aspirasi masyarakat yang paling mapan. Urgensi partai politik semakin bermakna ketika dihubungkan dengan kepentingan publik yang perlu di dengar oleh pemerintah terlebih lagi melalui wakil-wakilnya yang duduk di parlemen(DPR). Selain itu juga partai politik pada dasarnya merupakan salah pilar dalam sebuah negara demokratis moderen selain lembaga lain seperti : eksekutif, legislatif, yudikatif, pemilihan  umum, dan pers yang independen, dalam membangun politik yang berkualitas dan beradab.  Hal   itu dimaksudkan bahwa partai politik diupayakan mampu meredam atau menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat moderen. Maka pendapat Samuel P. Huntington (Agustino, 2007) menyebutkan bahwa partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi (melembaga dalam masyarakat) akan menjanjikan terbangunnya sistem demokrasi yang lebih baik. Pengalaman perpolitikan di Indonesia dapat menggambarkan fenomena tentang peran  dan fungsi partai politik yang mengalami dinamika. Misalnya sejak awal kemerdekaan Pemilu 1955 dan 1971perpolitikan Indonesia dianggap sangat demokratis, namun pada masa era 1977 ? 1997 pemilu yang diikuti partai politik menjadi sangat minim yakni tiga partai politik : PPP, Golkar, dan PDI. Inilah kondisi pasang surut partai politik dalam sistem politikIndonesia. Pada era setelah Soeharto (Orde Baru) jumlah partai politik menjadi sangat banyak, karena kemudahan dalam mendirikan partai di dukung juga penghapusan azas  tunggal  Pancasila, dan yang utama adalah ada semacam euphoria politik untuk menjadi bagian penyelamatan bangsa melalui partai politik. Maka berlomba-lomba lah orang mendirikan partai politik dengan berbagai macam azas misalnya nasionalis, agama, atauPancasila.
URGENSI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MISKIN YANG MENJADI PASIEN DI RUMAH SAKIT DR. SOETOMO KOTA SURABAYA Saputra Adiwijaya
Journal Ilmu Sosial, Politik, dan Ilmu Pemerintahan Vol. 4 No. 1 (2015): (7)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (91.716 KB)

Abstract

Pembangunan suatu bangsa mutlak memerlukan sinergi yang baik antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat sebagai penerima kebijakan. Masyarakat yang masuk dalam kategori masyarakat miskin yang menjadi pasien di rumah sakit Dr. Soetomo, harus tetap mendapatkan pelayanan yang baik dan memenuhi standar. Pada kondisi di lapangan penerapan kebijakan-kebijakan kesehatan bagi masyarakat miskin seringkali tidak memenuhi standar sehingga kemudian didalam masyarakat itu sendiri diperlukan pemberdayaan agar kemandirian mereka bisa menjadi bahan perbaikan bagi pembangunan suatu bangsa.
PERLUKAH BARAM DILEGALKAN? Saputra Adiwijaya
Journal Ilmu Sosial, Politik, dan Ilmu Pemerintahan Vol. 7 No. 1 (2018): (7)
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (72.323 KB)

Abstract

Sebagai bangsa yang kaya beragam akan budaya, Indonesia mempunyai banyak hasil dari kebudayaan yang hingga saat ini mengalami tantangan globalsehingga perlu dilestarikan, suatu saat bukan tidak mungkin satu persatu hasil dari kebudayaan itu hanya menjadi cerita dongeng di masa yang akan datang.Sebagaimana diketahui juga bahwa hasil kekayaan kebudayaan yang beranekaragam itu lahir dan terbentuk karena adanya usaha nenek moyang kita pada masa lampau dalam mengatur kehidupan dan beradaptasi dengan lingkungannya.Salah satu hasil dari kebudayaan itu adalah minuman tradisional yang beralkohol (traditional alcoholic beverages), bermacam bahan baku menjadi ciri khas dari pembuatan minuman beralkohol ini, dan tergantung dari potensi-potensi alam yang ada di daerah masing-masing di Indonesia. Sebagai contoh misalnya daerah pesisir akan berbeda bahannya dengan yang ada di wilayah penghasil padi (pegunungan). Bagi orang Dayak khususnya, tradisi meminum minuman tradisional beralkohol (traditional alcoholic beverages) bisa di katakan sebagai ciri khas darisebuah acara, biasanya dalam tradisi upacara penyambutan tamu yang datang, upacara tiwah, dan lain sebagainya. Sajian minuman tradisional yang mengandung alkohol ini pasti ada di acara-acara tersebut. Berbagai istilah disematkan bagi minuman tradisional beralkohol ini misalnya baram, anding, atau juga ada menyebutnya arak atau juga tuak.Pada bagian lainnya banyak filosofi yang menjadi semangat dalam pembuatan minuman tradisional beralkohol ini, dan ketika meminumnya pun tidak sembarangan, seperti yang disebutkan diatas ada acara-acara khusus yang menjadi bolehnya minuman tradisional ini. salah satu yang penulis ketahui misalnya bahwa tanda suksesnya sebuah keluarga dalam panen padi yang berlimpah maka baram seperti wajib dibuat oleh keluarga itu, jika panen tidak seberapa maka baram tidak akan dibuat.
Perempuan dan Partai Politik Peserta Pemilu Saputra Adiwijaya
Journal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan Vol. 1 No. 2 (2012): JISPAR
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/jispar.v1i2.349

Abstract

Sejak era reformasi tahun 1998, kondisi politik di Indonesia mengalami perubahan yang begitu drastis. Hal yang paling mudah dilihat adalah banyaknya jumlah partai politik dengan berbagai azas, prinsip dan sudut pandang, ditambah lagi dengan sistem pemilihan umum juga mengalamiperubahan. Hal ini tentunya menjadi hal yang menarik, karena ternyata arus reformasi memberikan kesempatan, kepada sebuah bangsa untuk menata ulang arah hidup bersama supaya bisa lebih demokratis. Namun, di sisi lain, terdapat pula tantangan, karena ternyata dalam menata ulang sebuah bangsa tidaklah mudah, banyak sekali pengorbanan-perngorbanan yangterjadi. Hal itu dijelaskan sebagai berikut bahwa tantangan dalam menata bangsa khususnya bidang politik juga merupakan tantangan tersendiri bagi perempuan. Sebab sebagai anak bangsa yang ikut serta dalam mengisi pembangunan maka sudah seharusnya era reformasi ini, kesempatan perempuan untuk mengukuhkan diri sebagai warga bukanterpinggirkan. Sementara itu, di tengah berbagai diskriminasi maupun stereotipe terhadap perempuan yang berkembang di masyarakat, kesempatan ini ternyata cukup berat untuk disandang. Betapa tidak jumlah perempuan yang menjadi aktivis partai politik saat ini mengalami peningkatan yang cukup berarti, namun pada sisi lain tidak diimbangi dengan anggapan positif masyarakat. Peningkatan partisipasi perempuan dalam partai politik ini, boleh jadi membuat kita berbangga, hal ini mengindikasikan bahwa perempuan mulai berani tampil dan mendalami dunia politik, yang selama ini dianggap?dunialaki-laki?. Sementara itu sebagaimana dalam sebuah sistem politik yang demokratis partai politik mempunyai andil dalam menyambung aspirasi masyarakat, karena berfungsi sebagai saluran aspirasi masyarakat yang paling mapan. Urgensi partai politik semakin bermakna ketika dihubungkan dengan kepentingan publik yang perlu di dengar oleh pemerintah terlebih lagi melalui wakil-wakilnya yang duduk di parlemen(DPR). Selain itu juga partai politik pada dasarnya merupakan salah pilar dalam sebuah negara demokratis moderen selain lembaga lain seperti : eksekutif, legislatif, yudikatif, pemilihan umum, dan pers yang independen, dalam membangun politik yang berkualitas dan beradab. Hal itu dimaksudkan bahwa partai politik diupayakan mampu meredam atau menyelesaikan berbagai persoalan yang muncul dalam masyarakat moderen. Maka pendapat Samuel P. Huntington (Agustino, 2007) menyebutkan bahwa partai-partai yang kuat dan terinstitusionalisasi (melembaga dalam masyarakat) akan menjanjikan terbangunnya sistem demokrasi yang lebih baik. Pengalaman perpolitikan di Indonesia dapat menggambarkan fenomena tentang peran dan fungsi partai politik yang mengalami dinamika. Misalnya sejak awal kemerdekaan Pemilu 1955 dan 1971perpolitikan Indonesia dianggap sangat demokratis, namun pada masa era 1977 – 1997 pemilu yang diikuti partai politik menjadi sangat minim yakni tiga partai politik : PPP, Golkar, dan PDI. Inilah kondisi pasang surut partai politik dalam sistem politikIndonesia. Pada era setelah Soeharto (Orde Baru) jumlah partai politik menjadi sangat banyak, karena kemudahan dalam mendirikan partai di dukung juga penghapusan azas tunggal Pancasila, dan yang utama adalah ada semacam euphoria politik untuk menjadi bagian penyelamatan bangsa melalui partai politik. Maka berlomba-lomba lah orang mendirikan partai politik dengan berbagai macam azas misalnya nasionalis, agama, atauPancasila.
Urgensi Kebijakan Pemberdayaan Masyarakat Miskin yang Menjadi Pasien di Rumah Sakit Dr. Soetomo Kota Surabaya Saputra Adiwijaya
Journal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan Vol. 4 No. 1 (2015): JISPAR
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/jispar.v4i1.382

Abstract

Pembangunan suatu bangsa mutlak memerlukan sinergi yang baik antara pemerintah sebagai pembuat kebijakan dan masyarakat sebagai penerima kebijakan. Masyarakat yang masuk dalam kategori masyarakat miskin yang menjadi pasien di rumah sakit Dr. Soetomo, harus tetap mendapatkan pelayanan yang baik dan memenuhi standar. Pada kondisi di lapangan penerapan kebijakan-kebijakan kesehatan bagi masyarakat miskin seringkali tidak memenuhi standar sehingga kemudian didalam masyarakat itu sendiri diperlukan pemberdayaan agar kemandirian mereka bisa menjadi bahan perbaikan bagi pembangunan suatu bangsa.
PERLUKAH BARAM DILEGALKAN? Saputra Adiwijaya
Journal Ilmu Sosial, Politik dan Pemerintahan Vol. 7 No. 1 (2018): JISPAR
Publisher : Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Palangka Raya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.37304/jispar.v7i1.422

Abstract

Sebagai bangsa yang kaya beragam akan budaya, Indonesia mempunyai banyak hasil dari kebudayaan yang hingga saat ini mengalami tantangan globalsehingga perlu dilestarikan, suatu saat bukan tidak mungkin satu persatu hasil dari kebudayaan itu hanya menjadi cerita dongeng di masa yang akan datang.Sebagaimana diketahui juga bahwa hasil kekayaan kebudayaan yang beranekaragam itu lahir dan terbentuk karena adanya usaha nenek moyang kita pada masa lampau dalam mengatur kehidupan dan beradaptasi dengan lingkungannya.Salah satu hasil dari kebudayaan itu adalah minuman tradisional yang beralkohol (traditional alcoholic beverages), bermacam bahan baku menjadi ciri khas dari pembuatan minuman beralkohol ini, dan tergantung dari potensi-potensi alam yang ada di daerah masing-masing di Indonesia. Sebagai contoh misalnya daerah pesisir akan berbeda bahannya dengan yang ada di wilayah penghasil padi (pegunungan). Bagi orang Dayak khususnya, tradisi meminum minuman tradisional beralkohol (traditional alcoholic beverages) bisa di katakan sebagai ciri khas darisebuah acara, biasanya dalam tradisi upacara penyambutan tamu yang datang, upacara tiwah, dan lain sebagainya. Sajian minuman tradisional yang mengandung alkohol ini pasti ada di acara-acara tersebut. Berbagai istilah disematkan bagi minuman tradisional beralkohol ini misalnya baram, anding, atau juga ada menyebutnya arak atau juga tuak.Pada bagian lainnya banyak filosofi yang menjadi semangat dalam pembuatan minuman tradisional beralkohol ini, dan ketika meminumnya pun tidak sembarangan, seperti yang disebutkan diatas ada acara-acara khusus yang menjadi bolehnya minuman tradisional ini. salah satu yang penulis ketahui misalnya bahwa tanda suksesnya sebuah keluarga dalam panen padi yang berlimpah maka baram seperti wajib dibuat oleh keluarga itu, jika panen tidak seberapa maka baram tidak akan dibuat.
The Potential of Poverty in the City of Palangka Raya: Study SMIs Affected Pandemic Covid 19 Pipit Anggriati Ningrum; Alexandra Hukom; Saputra Adiwijaya
Budapest International Research and Critics Institute (BIRCI-Journal): Humanities and Social Sciences Vol 3, No 3 (2020): Budapest International Research and Critics Institute August
Publisher : Budapest International Research and Critics University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33258/birci.v3i3.1094

Abstract

This study aims to analyze the increasing potential for poverty in the city of Palangka Raya from the perspective of SMIs due to the impact of the 19th COVID pandemic. The data was obtained based on the results of in-depth interviews from February to April 2020 with 10 SMIs and supported from secondary data from the Central Statistics Agency. The data is processed based on qualitative research principles based on the type of case study research. In the results of this study it was found that the SMIs experienced a very detrimental impact in terms of sales and marketing of products so that employees who come to work are terminated indefinitely, in this connection it appears that there is potential increases in poverty that can occur in the future come.