ARIFIN, MUCHLIS
Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

SETSUZOKUSHI (KONJUNGSI BAHASA JEPANG)DALAM NASKAH PIDATO BAHASA JEPANG TINGKAT NASIONAL TAHUN 2012 ARIFIN, MUCHLIS
Jurnal Ilmiah Mahasiswa FIB Vol 7, No 8 (2014)
Publisher : Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kata Kunci : setsuzokushi, naskah, pidatoDalam bahasa Jepang terdapat banyak konjungsi.  Sebagai contoh desukara, shikashi, shoshite dan lainnya. Konjungsi tersebut sering digunakan dalam perlombaan bahasa Jepang. Alasannya ialah untuk menghubungkan konteks kalimat serta  alur percakapan yang disampaikan dalam bahasa Jepang. Konjungsi yang biasa dipakai yaitu junsetsu, gyaku setsu, wadai tenkan dan masih banyak yang lainnya. Konjungsi tersebut bukan hanya dipakai untuk menghubungkan saja, namun juga berguna untuk memberikan pemahaman yang lebih kepada pendengar tentang alur pembicaraan yang disampaikan.Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui konjungsi jenis apakah yang dipakai dalam sebuah teks pidato. Kemudian apakah fungsi konjungsi tersebut serta  permasalahan yang muncul dalam penggunaan konjungsi dalam teks pidato bahasa Jepang. Metode yang digunakan yaitu metode deskriptif kualitatif. Sedangkan data yang dipakai yaitu berupa 13 naskah pidato bahasa Jepang Tingkat Nasional Tahun 2012 yang telah dilaksanakan di Jakarta.Kesimpulan yang diperoleh dari penelitian ini ialah dalam teks tersebut ditemukan 104 buah konjungsi yang tersebar kedalam jenis junsetsu, gyakusetsu, heiritsu, sentaku, tenka, setsumei, dan wadai tenkan. Hal ini membuktikan bahwa tujuh jenis konjungsi dalam bahasa Jepang ada pada 13 naskah pidato tersebut. Dan yang paling banyak digunakan yaitu konjungsi shikashi dan soshite. Konjungsi yang dipakai dalam teks pidato sebagian besar berfungsi sebagai penghubung antar kalimat. Sedangkan yang berfungsi sebagai penghubung antar kata hanya ditemukan satu buah. Dalam pemakaiannya dijumpai pula teks pidato yang memakai konjungsi shikashi sebanyak 6 kali secara berturut-turut. Ini disebabkan karena konjungsi tersebut merupakan konjungsi yang paling populer di kalangan pembelajar bahasa Jepang. selain itu dikarenakan minimnya media pembelajaran serta informasi mengenai konjungsi bahasa Jepang serta faktor intern dari mahasiswa yang kurang aktif mencari informasi. Dalam penelitian ini ditemukan pula penggunaan konjungsi soshite dan soredemo yang tidak sesuai dengan aturan yang telah ditentukan.