Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

FACTORS ASSOCIATED WITH IRON ANEMIA DEFICIENCY IN CHILDREN AGED 12 TO 36 MONTHS IN PUBLIC HEALTH CENTER JATILAWANG, BANYUMAS CENTRAL JAVA Sawitri Dewi; Purnomo Suryantoro; Sulistyaningsih Sulistyaningsih
Proceedings of the International Conference on Applied Science and Health No. 1 (2017)
Publisher : Yayasan Aliansi Cendekiawan Indonesia Thailand (Indonesian Scholars' Alliance)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Background: According to the WHO, anemia prevalence in preschool children in the world obtained 47.4% from the total population of anemia sufferers. Indonesia collected 44.5%, therefore, it was included in the prone region to anemia cases in pre-school children. Iron Deficiency Anemia (IDA) was closely related to low birth weight babies and premature age, nutritional status, socio-economic and low maternal education. Children who experienced anemic iron deficiency (ADB) in infancy at risk of barriers to growth and development Method: This was a cross sectional study. The population covered all healthy children aged from 12 to 36 months. The sample on the study determined by consecutive sampling, 152 subjects were selected. Examination conducted by the method Hb and serum ferritin cyanmethemoglobin using ELISA method. Data analysis used chi-square and Logistic Regression. Results: The prevalence of IDA in Puskesmas Jatilawang Banyumas regency was 28 cases (18.4%). Malnutrition status, maternal education and family income contributed a significant relationship to the incidence of iron deficiency anemia in infants. Children with malnutrition status collected 10.5 higher risk than children with good nutrition. Children with mother education backgrounds were only at Elementary School or Junior High School supported 12 times greater iron deficiency anemia (95% CI: 12,16- 202.5), and children who came from families with incomes <Rp 1.100.000,- obtained 7.08 times iron deficiency anemia(95% CI: 1,70- 29.3). Conclusions: The prevalence of iron deficiency anemia was 18.4%. Malnutrition status, maternal education and family income were risk factors of anemic iron deficiency in children aged 12 to 36 months in Puskesmas Jatilawang Banyumas. 
PENYULUHAN GIZI SEIMBANG PADA BALITA DALAM UPAYA OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG Sawitri Dewi
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (465.099 KB)

Abstract

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan semata- mata tanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayah masing- masing. Tingkat pengetahuan dan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kelompok kader Nasiyatul ‘Aisyiyah di desa Pamijen dalam melaksanakan tugasnya memberikan penyuluhan tentang gizi balita dan mengelola posyandu dilakukan secara otodidak dan arahan dari bidan desa setempat. Mereka belum pernah mendapatkan tambahan pengetahuan berupa pelatihan atau seminar. Penyuluhan pemberian gizi seimbang untuk balita dan pelatihan tehnik komunikasi dalam pemberian penyuluhan dilaksanakan untuk membantu kelompok kader melaksanakan program penggerakkan masyarakat dalam peran serta membangun posyandu. Terdapat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tehnik komunikasi anggota kader. Kontribusi kader dalam pelaksanaan penyuluhan mengenai gizi seimbang dan tehnik komunikasi dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya menggerakkan masyarakat dalam partisipasi memajukan posyandu
PENYULUHAN GIZI SEIMBANG PADA BALITA DALAM UPAYA OPTIMALISASI TUMBUH KEMBANG Sawitri Dewi
Prosiding University Research Colloquium Proceeding of The 8th University Research Colloquium 2018: Bidang MIPA dan Kesehatan
Publisher : Konsorsium Lembaga Penelitian dan Pengabdian kepada Masyarakat Perguruan Tinggi Muhammadiyah 'Aisyiyah (PTMA) Koordinator Wilayah Jawa Tengah - DIY

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Posyandu merupakan salah satu bentuk Upaya Kesehatan Bersumberdaya Masyarakat yang dikelola dan diselenggarakan oleh, untuk dan bersama masyarakat dalam penyelenggaraan pembangunan kesehatan guna memberdayakan masyarakat dan memberikan kemudahan kepada masyarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dasar. Upaya peningkatan peran dan fungsi posyandu bukan semata- mata tanggungjawab pemerintah saja, namun semua komponen yang ada di masyarakat, termasuk kader. Keberhasilan posyandu tidak lepas dari kerja keras kader yang dengan sukarela mengelola posyandu di wilayah masing- masing. Tingkat pengetahuan dan keaktifan kader dalam menjalankan posyandu karena selain sebagai pemberi informasi kesehatan kepada masyarakat juga sebagai penggerak masyarakat untuk datang ke posyandu dan melaksanakan perilaku hidup bersih dan sehat. Kelompok kader Nasiyatul ‘Aisyiyah di desa Pamijen dalam melaksanakan tugasnya memberikan penyuluhan tentang gizi balita dan mengelola posyandu dilakukan secara otodidak dan arahan dari bidan desa setempat. Mereka belum pernah mendapatkan tambahan pengetahuan berupa pelatihan atau seminar. Penyuluhan pemberian gizi seimbang untuk balita dan pelatihan tehnik komunikasi dalam pemberian penyuluhan dilaksanakan untuk membantu kelompok kader melaksanakan program penggerakkan masyarakat dalam peran serta membangun posyandu. Terdapat peningkatan pengetahuan dan ketrampilan tehnik komunikasi anggota kader. Kontribusi kader dalam pelaksanaan penyuluhan mengenai gizi seimbang dan tehnik komunikasi dapat dijadikan sebagai acuan dalam upaya menggerakkan masyarakat dalam partisipasi memajukan posyandu