Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

THE CULTURAL VALUES ​​OF THE ISLAND’S INDIGENOUS PEOPLE Elsina Titaley; Aholiab Watloly
Sosiohumaniora Vol 23, No 3 (2021): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, NOVEMBER 2021
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v23i3.28235

Abstract

The cultural values of the indigenous peoples in the form of local wisdom are identities and guidelines that must be upheld. Currently, the cultural values of the indigenous peoples in the islands are already at a weakening of their identity. So that the purpose of this research is to provide a comprehensive understanding to the indigenous people of the island of Asilulu to maintain the beauty values that have been preserved since the time of their ancestors several hundred years ago. The method used in this research is qualitative in the form of case studies to re-explore the cultural values of society. It should be noted that the people in this country are experiencing a weakening of cultural values which is marked by the loss of some traditional institutions that were previously preserved and upheld. This attenuation occurs as a result of the influence of external factors and internal factors in society. The results of the research prove that the community has the desire to revive these cultural values.
LEMBAGA SANIRI NEGERI PADA MASYARAT ADAT NEGERI RUMAHKAY Elsina Titaley
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 3 No 2 (2020): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol3issue2page119-128

Abstract

Masyarakat adat sangat lekat dengan struktur sosial dan nilai budaya sebagai identitas sekaligus sebagai pedoman untuk bertahan hidup. Keberadaan struktur dan nilai tersebut selalu mengalami perubahan sebagai akibat dari pekembangan sosial masyarakat. Penelitian ini membahas keberadaan lembaga saniri sebagai salah satu bentuk struktur sosial dan nilai budaya dan bagaimana pengaruhnya bagi spirit masyakat adat Negeri Rumahkay Kecamatan Amalatu Kabupaten Seram Bagaian Barat Provinsi Maluku yang menjadi lokasi penelitian. Penelitian dilakukan melalui metode pengumpulan data observasi, wawancara dan studi dokumentasi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa lembaga Saniri Negeri di Negeri Rumahkay masih terus dipertahankan. Lembaga ini sebagai hasil karya pendahulu, yang menjadi nilai budaya namun sekarang mengalami kelesuan dalam melaksanakan fungsinya. Untuk itu dalam upaya terus mengaktifkan dan memberdayakan lembaga Saniri Negeri, tidak mesti menjadi tanggung jawab masyarakat setempat saja, namun mesti dilakukan melalui sinergi bersama dari berbagai pihak secara internal maupun eksternal secara tersistem dan terstruktur.
MIGRASI ORANG MINANGKABAU KE KOTA AMBON Dominggus E. B. Saija; Elsina Titaley; Sulaiman Angkotasan
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 4 No 1 (2021): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol4issue1page45-61

Abstract

Penulisan ini bertujuan untuk mendeskripsikan migrasi orang Minangkabau ke Kota Ambon. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan lokasi peneitian di wilayah kecamatan Sirimau Kota Ambon. Kecamatan Sirimau adalah salah satu kecamatan dari lima kecamatan yang ada di Kota Ambon dan merupakan daerah pusat kota. Hasil penelitian menunjukkan bahwa generasi pertama orang Minangkabau yang bermigrasi ke Kota Ambon terjadi pada tahun 1920. Migrasi generasi pertama ke Kota Ambon bukan karena kehendak diri mereka sendiri atau sukarela (Voluntary) tetapi karena adanya determinasi penjajahan Belanda di daerah mereka pada waktu itu. Generasi ke-2 orang Minangkabau yang bermigrasi ke Kota Ambon yaitu pada tahun 1950 yang hanya berjumlah sekitar 20 orang. Generasi ke-2 yang bermigrasi pada saat itu, dapat juga dikatakan karena paksaan namun bukan lagi karena suatu penjajahan tetapi lebih mengarah karena ketidakstabilan situasi yang terjadi di daerah mereka. Ketidakstabilan yang di alami daerah mereka saat itu disebabkan oleh pertentangan antara adat dan Islam merupakan dua unsur budaya yang merupakan kekuatan dimiliki orang Minangkabau. Faktor lain yang juga menjadi penyebab orang Minangkabau migrasi ke Kota Ambon adalah kondisi Kota Ambon yang sejak dahulu telah dikenal sebagai kota perdagangan dan juga sifat orang Ambon yang konsumtif sehingga tentu saja sangat sesuai dengan jiwa sebagian besar orang Minangkabau yang berprofesi sebagai pedagang. Umumnya orang Minangkabau yang bermigrasi ke Kota Ambon menjalankan profesinya sebagai pedagang. Guna mempelancar usaha perdagangan mereka maka tempat di wilayah pusat Kota Ambon menjadi prioritas utama walaupun ada juga yang memilih tempat usaha di pinggiran Kota Ambon.
INTEGRASI SOSIAL ORANG BURU DAN ORANG JAWA DI DESA TIFU KECAMATAN LOLONG GUBA KABUPATEN BURU - MALUKU Elsina Titaley; Christwyn R. Alfons; Clementina O. Rumlus; Jouverd F. Frans
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 5 No 1 (2022): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol5issue1page45-58

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan mendeskripsikan integrasi sosial orang Buru dan orang Jawa di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif dengan lokasi penelitian di Desa Tifu Kecamatan Lolong Guba Kabupaten Buru. Hasil penelitian menunjukkan bahwa orang Buru dan orang Jawa di Desa Tifu menjalani kehidupan bersama serta berdampingan satu dengan yang lain. Pola hidup berdampingan ini yang kemudian menciptakan terciptanya interaksi sosial yang sangat intens antar warga, di Desa Tifu. Pola hidup seperti ini juga telah menyebabkan munculnya integrasi sosial antar orang Buru dan orang Jawa di desa tersebut. Integrasi sosial tersebut seperti, integrasi interaksionis, integrasi normatif, dan integrasi fungsional. Munculnya integrasi interaksionis seperti adanya kerjasama antara orang Buru dan orang Jawa dalam bentuk kerja bakti di lingkungan tempat tinggal, kelompok usaha tani, kelompok usaha mebel, dan kerjasama penambangan emas di Gunung Botak. Integrasi normatif muncul seperti adanya kebiasaan saling kunjung mengunjungi pada saat perayaan hari-hari besar keagamaan. Sedangkkan integrasi fungsional yang muncul seperti ada hubungan-hubungan yang terjalin melalui ikatan-ikatan perkawinan di antara mereka. Ikatan-ikatan perkawinan tersebut telah terjalin antara laki-laki orang Buru dengan perempuan orang Jawa dan sebaliknya antara laki-laki orang Jawa dengan perempuan orang Buru. Realitas seperti ini menunjukkan tingginya nilai-nilai toleransi dan rasa saling menghormati, dalam dan atau antar keluarga sehingga menjadi dasar yang kuat bagi terwujudnya integrasi sosial antar mereka.
CONFLICT AND VIOLENCE WITHIN THE HIBUA LAMO COMMUNITY IN TOBELO NORTH HALMAHERA Elsina Titaley; Abubakar Muhammad Nur
Sosiohumaniora Vol 24, No 2 (2022): Sosiohumaniora: Jurnal Ilmu-Ilmu Sosial dan Humaniora, JULY 2022
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/sosiohumaniora.v24i2.38168

Abstract

The Hibua Lamo Community (ethnic Tobelo) is a community group that lives and integrates integration in the North Halmahera region and is characterized by the treatment of customs. In social life, they always lived in harmony and peace, since 1606, under the foundation of cultural values. In 1999-2001, Hibua Lamo community was faced by conflict and violence between brotherhood caused of religions that triggered them to kill each other. The purpose of this research is to describe and analyze the background of conflict in Hibua Lamo community. This qualitative research includes ethnographic research on the Hibua Lamo community. The results show that the conflict in the Hibua Lamo community was triggered by the conflicts among religious adherents in Ambon 1999. This article has its own distinctive characteristics that are different from other articles becuase the researcher is an aboriginal who saw for himself the conflicts that occurred in 1999 in North Halamahera and was confirmed by important important figures in the HL community. There are three factors that are escalators of conflict and violence within the Hibua Lamo community: (1) Fanaticism of each adherent of religion, (2) Fragment of noble values in Hibua Lamo culture, (3) exodus community groups as victims of violent conflict in Ambon, each carrying information according to the suffering they experience, leads to a sense of the devout by each adherent of religion (Islam and Christian) within Hibua Lamo community, North Halmahera. This study recommends that the Hibua Lamo concept can be considered to resolve conflicts.
BUDAYA MASOHI MASYARAKAT ADAT NEGERI SAMASURU - MALUKU Elsina Titaley; Syane Matatula
KOMUNITAS: Jurnal Ilmu Sosiologi Vol 5 No 2 (2022): KOMUNITAS: JURNAL ILMU SOSIOLOGI
Publisher : Jurusan Sosiologi FISIP Universitas Pattimura

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/komunitasvol5issue2page80-97

Abstract

Masyarakat Negeri Samasuru sebagai masyarakat adat di Maluku yang menempati wilayah selatan Pulau Seram, di dalamnya terdapat banyak nilai budaya yang dipraktekkan termasuk nilai budaya masohi. Juga, nama Samasuru digunakan sebagai nama lambang adat beberapa negeri adat di Pulau Saparua, Pulau Haruku, pulau Nusalaut dan Pulau Ambon. Melalui metode penelitian kualitatif deskriptif diketahui bahwa terdapat hubungan sosial berdasarkan sejarah dari negeri-negeri yang menggunakan nama Samasuru. Pelaksanaan budaya masohi oleh masyarakat Negeri Samasuru sangat bermanfaat bagi kepentingan jangka pendek maupun jangka panjang, dimana solidaritas sosial dalam masyarakat terus terbina bahkan mengalami peningkatan secara berkualitas. Saat ini pelaksanaan budaya masohi mengalami kelesuan oleh karena warga masyarakat telah memiliki fasilitas untuk menyelesaikan masalah pribadi, juga terbentuknya kelompok-kelompok di dalam masyarakat yang berkonflik sampai pada konflik fisik atas pengeruh pemerintah sebagai akibat sengketa batas wilayah kabupaten antara Kabupaten Maluku Tengah dengan Kabupaten Seram Bagian Barat. Kata Kunci: Budaya, masohi, Samasuru, solidaritas sosial, konflik. The Samasuru village community is an indigenous community in Maluku which occupies the southern region of Seram Island, in which many cultural values ​​that are practised including masohi cultural values. Also, the name Samasuru is used as the name of the traditional symbol of several indigenous villages on Saparua Island, Haruku Island, Nusalaut Island and Ambon Island. Through descriptive qualitative research methods, it is known that there are social relations based on the history of countries that use the name Samasuru. The implementation of masohi culture by the people of Samasuru village is very beneficial for both short and long-term interests, where social solidarity in society continues to be fostered and even increases in quality. At present, the implementation of masohi culture is experiencing sluggishness because members of the community already have the facilities to resolve personal problems, as well as the formation of groups within the community that are in conflict to the point of physical conflict over the influence of the government as a result of a district boundary dispute between Central Maluku Regency and Seram Regency. Keywords: Culture, masohi, Samasuru, social solidarity, conflict.
MEMBERDAYAAN MASYARAKAT ADAT TERHADAP EKSPLOITASI GAS BLOK MASELA Elsina Titaley
Pattimura Proceeding 2020: PROSIDING SEMINAR NASIONAL KELAUTAN DAN PERIKANAN 2019
Publisher : Pattimura University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.30598/PattimuraSci.2020.SNPK19.51-58

Abstract

Penentuan pengelolaan Blok Masela di darat oleh Presiden Republik Indonesia Ir. Joko Widodo agar proses dan hasilnya dapat dinikmati juga oleh masyarakat lokal, mestinya menjadi spirit bagi masyarakat adat pemilik petuanan di darat dan pesisir dengan harapan masyarakat adat turut menikmatinya. Walaupun masyarakat adat memiliki pengetahuan dan dinamika yang terbatas, namun mereka memiliki pontesi yang istimewa yakni petuanan, struktur-struktur dan nilai-nilai sebagai akar budaya yang menjadi identitas mereka. Peneliti terdorong melakukan penelitian terhadap potensi-potensi tersebut dalam pemberdayaan masyarakat adat khususnya pada wilayah pengelolaan Blok Masela. Data diperoleh melalui penelitian pustaka serta wawancara langsung dengan tokoh masyarakat adat. Hasil penelitian menunjukan bahwa pemberdayaan masyarakat adat adalah upaya meningkatkan martabat masyarakat adat dalam pengaruh dinamika pengelolaan Blok Masela. Dibandingkan dengan potensi adat yang besar, kemampuan pengolaan dan pengetahuan masyarakat adat sangatlah terbatas. Untuk itu penguatan pemahaman masyarakat terhadap pemanfaatan wilayah petuanan dan kewibawaan masyarakat adat dengan petuanannya, penguatan kelembagaan masyarakat adat, serta penguatan nilai-nilai budaya perlu diperhatikan sebagai proses pemberdayaan, agar masyakat mampu berkembang dan berkompetisi dengan tetap berdasar pada nilai budaya identitas masyarakat adat
Pemberdayaan Masyarakat Melalui Potensi Lokal Sukun dalam Upaya Mendukung Pengembangan Pariwisata Berkelanjutan di Negeri Latuhalat, Kota Ambon Simona C.H. Litaay; Hermien L. Soselisa; Elsina Titaley; Syane Matatula; Christwyn Ruusniel Alfons; Jouverd F. Frans; Pieter Hendra Manuputty; Rizki Muhammad Ramdhan
Jurnal Nusantara Berbakti Vol. 1 No. 4 (2023): Oktober : Jurnal Nusantara Berbakti
Publisher : Universitas Kristen Indonesia Toraja

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59024/jnb.v1i4.252

Abstract

This community outreach initiative is driven by the limited awareness among the community regarding the abundant breadfruit potential thriving in the city of Ambon, which serves as an attractive resource for supporting tourism and providing a positive economic impact on the local population. Breadfruit trees are widespread along the streets and in residents' yards, possessing significant historical value for the people of Ambon. Breadfruit has long been an integral part of Ambonese culture and traditions. Consequently, empowering the community through socialization and holistic training methods is of utmost importance. This project was conducted in the village of Latuhalat, Nusaniwe District, Ambon City, Maluku Province, and was attended by local government officials, community leaders, community groups who own breadfruit trees, as well as entrepreneurs/producers and sellers of breadfruit-based products. The project progressed smoothly and effectively, resulting in increased participant understanding and knowledge, fostering awareness about the promotion and marketing of breadfruit products, and further enhancing the community's ability to manage the local breadfruit potential in support of sustainable tourism development.