Fauziatul Halim
Unknown Affiliation

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

MEMAHAM KESIAPAN BELAJAR ANAK MELALUI 7 PRINSIP PEMBELAJARAN PADA ANAK USIA DINI Halim, Fauziatul
Jurnal Pendidikan Almuslim No 3 (2017): Edisi Khusus
Publisher : Jurnal Pendidikan Almuslim

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Kesiapan belajar merupakan fakta dan  dengan pahamnya orang tua serta pendidik mengenai teori kesiapan maka anak dapat meraih kemampuan holistik sesuai dengan tugas perkembangannya, menurut Seefelt & Wasik (2008 : 33) Kesiapan didefenisikan sebagai tersiapkan, terbekali, siap melakukan, langsung bertindak, atau menggunakan sesuatu. Tiga Teori besar yang biasanya menjelaskan kesiapan adalah : Teori maturationalist, behaviorist, dan constructivist, maturationist punya pemahaman bahwa kematangan sebagai dasar pertumbuhan, pertumbuhan, perkembangan dan pembelajaran merupakan buah dari hukum kematangan internal Gesel dalam Seefelt dan Wasik (2008).Pada Masa kanak-kanak inilah merupakan masa yang paling kritis dalam pertumbuhan dan perkembangan hidup manusia baik segi fisik maupun emosi, dan kesiapan belajar merupakan langkah pondasi dibentuknya karakter anak dan akan terus berkembang serta akan melekat pada dirinya hingga dewasa, pada taman kanak-kanak perlu mulai diarahkan pada dasar-dasar kecakapan hidup awal seperti percaya diri, berani menonjolkan ide/gagasan, rasa estetika, bekerja dalam kelompok dan lain-lain. Pada Teori Maturasional oleh G. Stanley dan Gesell dalam Seefelt & Wasik (2008 : 34) maturasional adalah pertumbuhan bergerak maju melalui serangkaian tahapan yang tidak berubah, setiap tahapannya dicirikan oleh struktur organisme yang berbeda secara kualitatif dan pola interaksi yang berbeda secara kualitatif antara organisme dan lingkungannya dan pada keyakinan Aliran behaviorisme meyakini bahwa semua pengetahuan dan keterampilan berasal dari kesan indra, baik sebagai gagasan sederhana, manusia seperti halnya semua mamalia memiliki struktur netral bagi pembentukan asosiasi antara masukan (input) dan keluaran (output) indra. Kajian keyakinan ini dijelaskan mengenai sesuatu hal sederhana misalnya tentang berat atau ringannya ember berisi air dan yang kosong dapat dia dapatkan perbedaannya melalui indra yang dimilikinya, mencoba mengangkat ember berisi air dengan tangannya lalu mengeluh “ ini berat ….” Lalu mengangkat ember kosong tanpa diisi air lalu berseru “ini tidak berat…..lebih mudah untuk mengangkatnya”. Lalu dalam gagasan ini anak memperoleh stimulus- respon atau kebiasaan dan Lev Vygotsky (1896 – 1934) percaya bahwa perkembangan tidak bisa dijelaskan oleh faktor tunggal (Maturasionalist) atau faktor diluar individu (Behaviorisme) tapi bergantung pada interaksi pada dua faktor ini. Vygotsky berkeyakinan bahwa “ ciri dalam kesiapan belajar ialah belajar merupakan zona perkembangan proximal : perantara, artinya kesiapan belajar anak dapat dilihat jika anak dapat berinteraksi dengan orang orang dilingkungannya dan bekerja sama dengan teman sebaya, dengan memahami kesiapan belajar peserta didik dan melibatkan 7 komponen prinsip belajar anak usia dini yaitu (1).Children learn from direct experiences (Anak belajar dari pengalaman langsung) (2). Children Learn From Hands Of activities (Anak belajar melalui Aktifitas tubuh geraknya dan indera perasanya) (3). Children Learn from Present Time, Here and Now (Pikiran Anak-anak terikat pada kekinian, disini dan saat sekarang). (4). Children Learn Holistically From Whole to Part(anak-anak belajar secara holistik  dari keseluruhan menuju bagian-bagian kecilnya)(5). Children Learn By Implicitly Or Subconscious (Anak-anak belajar secara implisit melalui pemerolehan (dalam proses bawah sadar)) (6). Children Have Different Learning Style(Anak-anak memiliki gaya belajar yang berbeda) (7). Children Learn From Deductive Approaching to Inductive Approaching(anak-anak belajar dari yang umum ke khusus). Pengetahuan dan pemahaman pendidik mengenai kesiapan belajar anak dan prinsip belajar AUD diharapkan agar memberikan peluang yang baik bagi peserta didik untuk lebih mengembangkan potensi dan kecakapan mereka dimasa yang akan dating.
Penggunaan metode pembelajaran control to free sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan menulis teks report Fauziatul Halim
At-Tarbawi : Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan Vol 5 No 2 (2018): At-Tarbawi: Jurnal Pendidikan, Sosial dan Kebudayaan
Publisher : Fakultas Tarbiyah dan Ilmu Keguruan IAIN Langsa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Penggunaan metode pembelajaran yang bervariasi dirasa mampu untukmeningkatkan semangat peserta didik dalam mengikuti proses belajar mengajar,karena dengan pembelajaran secara kooperatif semaksimal mungkin partisipasi siswadalam memperoleh pengetahuan sangat diperlukan. Oleh karena itu, metodepembelajaran yang menjadi alternatif pilihan adalah metode control to free. Metodepembelajaran yang akan diterapkan harus memperhatikan sasaran atau subyek pelakutindakan. Subyek penellitian ini adalah siswa MTsN Langsa kelas IX-1 dengan jumlah34 siswa. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatankualitatif dan jenis penelitiannya adalah penelitian tindakan kelas yang terdiri atas 2siklus. Analisis data menggunakan teknik analisis deskriptif komparatif denganmembandingkan kondisi awal dengan hasil-hasil yang dicapai pada setiap siklus dananalisis deskriptif kualitatif hasil observasi dan refleksi pada siklus I dan siklus II.Hasil penelitian menunjukkan pada kondisi awal nilai rata-rata hanya sebesar 53,67.Sedangkan pada Siklus I nilai rata-rata mencapai 61,21 dan pada Siklus II rata-ratamencapai 85,23. Kesimpulan yang dapat diambil dari penelitian ini yaitu penggunaanmetode pembelajaran control to free dapat meningkatkan kemampuan menulis siswakelas IX-1 pada materi teks report di MTsN Langsa.Keywords : Metode Control To Free, Kemampuan Menulis, Tek