AbstrakPersoalan hidup yang sering kali dihadapi oleh remaja akhir perempuan yang berasal dari keluarga broken home secara holistik menyebabkan munculnya masalah penyesuaian diri, menurunnya nilai akademis, menurunnya tanggung jawab sosial, dan menjadi pribadi antisosial. Agar individu mampu membangun relasinya dengan orang lain serta memperbaiki hubungan dengan orang tuanya, maka diperlukan cara untuk mengatasi serta menyembuhkan luka batin yaitu dengan cara memaafkan. Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan kematangan emosi dengan pemaafan pada remaja akhir perempuan yang berasal dari keluarga broken home. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain korelasi. Partisipan penelitian berjumlah 31 remaja akhir perempuan yang berasal dari keluarga broken home (perceraian, KDRT, salah satu atau kedua orang tuanya meninggal) yang berusia 18-22 tahun dengan menggunakan teknik purposive sampling. Pengukuran penelitian menggunakan Emotional Maturity Scale (α = 0,873) dan Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory (TRIM-18; α = 0,899). Hasil penelitian menunjukkan bahwa adanya hubungan positif signifikan antara kematangan emosi dengan pemaafan pada remaja akhir perempuan yang berasal dari keluarga broken home (r = 0,533, p=0,001). Hasil penelitian ini memberikan gambaran positif bagi setiap individu yang berasal dari keluarga broken homen, agar dapat memaknai setiap perjalanan hidup untuk terus belajar berdamai dengan memberikan pemaafan agar berdampak pada peningkatan kesehatan mental. Kata kunci: Kematangan Emosi, Pemaafan, Broken Home. AbstractLife problems that are often faced by late teens who come from broken home families holistically cause problems of adjustment, a decline in grades, a decline in social values, and becoming antisocial. So that individuals can build relationships with other people and improve relationships with their parents, it is necessary to have a way to heal inner wounds, namely by forgiving. This study aims to see the relationship between emotion and forgiveness in late adolescent girls who come from broken home families. This study uses a quantitative method with a correlation design. The research participants were 31 late adolescent girls who came from broken home families (divorce, domestic violence, one or both parents died) aged 18-22 years using a purposive sampling technique. The measurement of the research used the Emotional Maturity Scale (α = 0.873) and the Transgression-Related Interpersonal Motivation Inventory (TRIM-18; α = 0.899). The results showed that there was a significant positive relationship between emotional maturity and forgiveness in late adolescent girls who came from broken home families with a value of r = 0.533 and a significance of 0.001 (p < 0.01). The results of this study provide a positive picture for each individual who comes from a broken home family, to be able to interpret every journey of life to continue to learn to make peace by giving forgiveness so that it has an impact on improving mental health.  Keywords: Emotional Maturity, Forgiveness, Broken Home