ABSTRAKPerairan laut dan pesisir Kabupaten Pesisir Barat merupakan zona subdiksi lempeng Indo-Australia dengan lempeng Eurasia. Kondisi ini menyebabkan Kabupaten Pesisir Barat sangat rawan terhadap tsunami. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat kerentanan tsunami agar dapat dimanfaatkan sebagai masukan data dalam upaya mitigasi untuk penyusunan rencana tata ruang wilayah (RTRW) yang berbasiskan tingkat kerentanan tsunami. Sistem Informasi Geografis (SIG) dan Analytical Hierarchy Process (AHP) dapat digunakan untuk memperkirakan dan mengklasifikasikan daerah yang rentan terhadap tsunami berdasarkan data spasial daerah tersebut. Parameter input yang digunakan berasal dari data Digital Elevation Model (DEM), peta Rupa Bumi Indonesia (RBI) dan data lapangan, semua data tersebut dianalisis melalui SIG. Parameter yang digunakan pada penelitian ini adalah ketinggian dan kemiringan yang dibuat dari Aster GDEM versi 3, jarak dari pantai dan jarak dari sungai yang dibuat dari peta RBI. Kelas kerentanan dibagi menjadi lima kelas. Bobot pada setiap parameter ditimbang menggunakan metode AHP melalui perbandingan berpasangan kemudian dinormalisasi dan diiterasi sebayak lima kali. Keempat parameter digabung menggunakan wighted overlay tool pada aplikasi SIG untuk mendapatkan peta kerentanan tsunami. Hasil penelitian menunjukan bahwa 576 hektar Kabupaten Pesisir Barat berada di kelas sangat rentan. Kecamatan yang memiliki kelas kerentanan sangat rentan paling luas adalah Kecamatan Bangkunat yaitu 260 hektar. Kecamatan yang memiliki persentase kelas kerentanan sangat tinggi paling besar adalah Kecamatan Krui Selatan yaitu 1,23%. Penelitan ini penting untuk memahami peran data spasial terhadap bencana tsunami. Kata Kunci: analisis spasial, ahp, sig, tsunami ABSTRACTSpatial analysis of tsunami vulnerability levels using the geographic information system method in the west coast district. Spatial analysis of tsunami vulnerability levels using geographic information system (GIS) methods In the west coast district region. The sea waters and coastal districts of the Pesisir Barat Regency are subdivided zones of the Indo-Australian plate with the Eurasian plate. This condition makes Pesisir Barat Regency very vulnerable to tsunami. The aim of this research is to know the level of tsunami vulnerability so that it can be used as input data in mitigation efforts for the preparation of regional spatial plans based on the level of tsunami vulnerability. Geographical Information Systems (GIS) and Analytical Hierarchy Process (AHP) can be used to estimate and classify areas that are vulnerable to tsunamis based on spatial data of those areas. Input parameters used are derived from Digital Elevation Model (DEM) data, Rupa Bumi Indonesia (RBI) maps and field data, all the data are analyzed through GIS. The parameters used in this study are the height and slope made from Aster GDEM version 3, the distance from the coast and the distance from the river made from the RBI map. Vulnerability classes are divided into five classes. Weights on each parameter are weighed using the AHP method through pairwise comparisons and then normalized and iterated five times. The four parameters are combined using the wighted overlay tool in the GIS application to obtain a tsunami vulnerability map. The results showed that 576 hectares of Pesisir Barat District were in a very vulnerable class. The sub-district which has the most vulnerable vulnerability class is the Bangkunat sub-district which is 260 hectares. The district that has the highest percentage of very high vulnerability classes is the South Krui District, 1.23%. This research is important to understand the role of spatial data in the tsunami disaster. Keywords: spatial analysis, ahp, gis, tsunami