Astagini, Nuria
Universitas Esa Unggul

Published : 2 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

STEREOTIP PEREMPUAN PEKERJA RUMAH TANGGA DALAM VIDEO “PEMBANTU ZAMAN OLD VS PEMBANTU ZAMAN NOW Nuria Astagini
JOURNAL OF SCIENTIFIC COMMUNICATION (JSC) Volume 3 Issue 1, April 2021
Publisher : Magister Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (715.044 KB) | DOI: 10.31506/jsc.v3i1.10712

Abstract

Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan tenaga kerja yang bertugas untuk menyelesaikan berbagai tugas rumah tangga. Sebagian besar dari mereka adalah perempuan yang berasal dari kawasan pedesaan dengan kondisi ekonomi dan tingkat pendidikan yang rendah. Oleh karena itu muncul berbagai stereotip negatif terhadap perempuan yang berprofesi sebagai PRT. Stereotip ini kemudian dilanggengkan melalui berbagai media termasuk media sosial. Salah satu media sosial yang menampilkan stereotip perempuan PRT adalah “Pembantu jaman old vs Pembantu jaman now” yang diunggah pada media sosial Youtube. Studi ini bertujuan untuk mendeskripsikan dan menganalisis stereotip perempuan PRT yang direpresentasikan pada video “Pembantu jaman old vs Pembantu jaman now” Penelitian ini menggunakan metode semiotika dari Roland Barthes untuk menganalisis adegan-adegan yang menampilkan sosok perempuan PRT. Terdapat representasi pada PRT masa lalu (zaman old) yang memiliki stereotip sebagai perempuan yang inferior, pasrah dan selalu menuruti pengguna jasa. Sedangkan PRT masa kini (zaman now) mendapatkan stereotip sebagai perempuan yang genit, malas bekerja, suka bergunjing, dan tidak takut terhadap pengguna jasa. Video ini menampilkan ideologi yang mengukuhkan PRT sebagai pihak yang tidak setara dan bertugas untuk melayani pengguna jasa. Oleh karena itu, PRT masa lalu direpresentasikan memiliki hal-hal yang positif dibandingkan PRT masa kini yang sudah memahami hak mereka sebagai pekerja.
Narasi Pekerja Perempuan di Media Televisi Lokal Melati Puspitasari Machmud; Nuria Astagini; Ikbal Rachmat; Indriati Yuliastiani
JOURNAL OF SCIENTIFIC COMMUNICATION (JSC) Volume 5 Issue 1, April 2023
Publisher : Magister Komunikasi Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31506/jsc.v0i0.19028

Abstract

Pekerjaan di media televisi hingga kini masih identik dengan kaum laki-laki. Oleh karena itu, keberadaan pekerja perempuan pada media televisi seringkali dianggap tidak signifikan. Jumlah perempuan yang berkarir di dalam industri media masih sangat terbatas.  Sehingga banyak kebijakan perusahaan yang tidak mengakomodasi suara pekerja perempuan. Hal ini dirasakan oleh pekerja perempuan di media televisi lokal yang harus berjuang untuk mempertahankan posisi mereka di tengah dominasi rekan kerja mereka yang mayoritas berjenis kelami laki-laki.  Narasi dari para pekerja perempuan yang bekerja di perusahaan media lokal dapat memberikan sebuah realitas akan dunia industri yang membatasi ruang pekerjanya hanya karena mereka berjenis kelamin perempuan. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis dan mendeskripsikan narasi yang merupakan standpoint para pekerja perempuan yang berkarir di perusahaan media lokal. Penelitian ini menggunakan teori standpoint yang mengasumsikan bahwa perempuan memiliki persepsi, opini, cara pandang terhadap dunia yang berbeda dari kaum laki-laki. Paradigma yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma konstruktivisme kritis. Dengan teknik purposeful sampling diperolah tiga orang subjek penelitian Melalui wawancara mendalam dan observasi diketahui bahwa para pekerja perempuan menerima posisi mereka sebagai minoritas di dalam ruang lingkup pekerjaan sebagai konsekuensi dari pekerjaan yang mereka pilih. Namun mereka berjuang untuk memiliki ruang untuk bersuara dan membela kehormatan diri, alih-alih menjadi objek pelecehan dan tindakan diskriminatif yang dilakukan oleh pekerja laki-laki.  Standpoint yang dimiliki pekerja perempuan menunjukkan bahwa mereka menyadari posisi mereka yang sangat rentan. Oleh karena itu para pekerja perempuan memiliki berbagai strategi untuk berjuang dan mempertahankan posisi mereka sebagai pekerja media yang setara dengan rekan sekerja mereka yang berjenis kelamin laki-laki.