Arvianti, Nurul Rieski
Unknown Affiliation

Published : 1 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 1 Documents
Search

UJI PENETRASI SALEP FASE AIR ESKTRAK IKAN GABUS (Channa striata) DAN MADU KELULUT (Trigona sp) DENGAN PENENTUAN KADAR PROTEIN MENGGUNAKAN METODE LOWRY Arvianti, Nurul Rieski
Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN Vol 5, No 1 (2021): Jurnal Farmasi Kalbar
Publisher : Jurnal Mahasiswa Farmasi Fakultas Kedokteran UNTAN

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Luka merupakan suatu bentuk kerusakan jaringan pada kulit. Terdapat banyak bahan alam yang digunakan untuk penyembuhan luka. Salah satu bahan alam yang memiliki potensi dalam penyembuhan luka adalah Ikan Gabus (Channa striata). Ikan gabus (Channa striata) merupakan ikan air tawar yang mengandung protein tinggi terutama albumin yang sering digunakan untuk penyembuhan luka. Obat yang beredar di pasaran biasanya menggunakan antibiotik untuk mempercepat proses penyembuhan luka. Dengan penggunaan antibiotik dapat menyebabkan resisten dalam penyembuhan luka. Bakteri yang resisten terhadap antibiotik menimbulkan ancaman serius, sehingga dibutuhkan pengobatan alternatif untuk mengganti dengan beralih ke bahan alam, salah satunya adalah madu Kelulut (Trigona Sp). Madu sebagai bahan alam dapat digunakan sebagai antibakteri. Pemanfaatan ikan gabus dalam penyembuhan luka dapat dioptimalkan dalam bentuk sediaan salep. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah madu dapat meningkatkan protein pada fase salep fase ekstrak ikan gabus (Channa striata) dan madu kelulut (Trigona Sp.). Penelitian menggunakan sel difusi Franz untuk mengetahui jumlah protein yang terpenetrasi melalui kulit tikus yang ditentukan dengan nilai fluks dan dianalisis secara deskriptif dengan penentuan kadar menggunakan metode Lowry. Hasil antara salep kombinasi dan salep tunggal, dimana salep kombinasi memiliki nilai fluks yang lebih besar (178.333 g/cm-2 jam-1 ) pada jam ke-18 dan salep tunggal memiliki nilai fluks yang lebih kecil (187.456 g/cm-2 jam-1 ) pada jam ke-18. Hasil analisis menunjukkan bahwa kelompok tidak memberikan perbedaan yang signifikan.