Permintaan pasar terhadap produk bawang goreng Palu cukup besar, tidak hanya di pasar lokal tetapi juga regional dan internasional. Namun produksi bawang goreng di Palu belum mampu memenuhi seluruh permintaan pasar yang terus meningkat setiap tahunnya. Oleh karena itu, dalam menyusun perencanaan penjualan, manajemen membutuhkan informasi mengenai tingkat penjualan yang harus dicapai perusahaan agar memperoleh laba, atau pada tingkat penjualan berapa perusahaan tidak mengalami kerugian. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui besarnya pendapatan usaha bawang goreng IKM Raja Bawang selama satu kali produksi. Sehingga usaha yang dijalankan mencapai titik balik utama, atau tidak mengalami kerugian atau memperoleh keuntungan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa titik impas usaha bawang goreng diperoleh pada saat volume produksi 5,91 kg dengan harga jual rata-rata Rp. 301.142.86, dan menghasilkan pendapatan sebesar Rp. 1.780.166.46. Artinya jika IKM Raja Bawang menghasilkan lebih dari 5,91 kg bawang goreng atau memperoleh pendapatan lebih dari Rp. 1.780.166. Maka industri mengalami keuntungan, sebaliknya jika industri memproduksi kurang dari 5,91 kg atau pendapatan kurang dari Rp. 1.780.166 maka industri akan mengalami kerugian.