Claim Missing Document
Check
Articles

Found 2 Documents
Search

PENGARUH DISTRIBUSI HUJAN TERHADAP PERHITUNGAN DEBIT BANJIR PADA DAERAH RAWA DAS MARTAPURA Amal, Nilna; Wiranata, Hendra Aji
Jurnal Kacapuri : Jurnal keilmuan Teknik Sipil Vol 6, No 2 (2023): Vol 6, No 2 (2023 JURNAL KACAPURI : JURNAL KEILMUAN TEKNIK SIPIL (Edisi Desember
Publisher : Universitas Islam Kalimantan Muhammad Arsyad Al-Banjari Banjarmasin

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31602/jk.v6i2.12965

Abstract

Intensitas hujan yang terjadi terdistribusi dengan durasi yang berbeda dan distribusi ini dapat menjadi penentu dan pembeda besaran dan lamanya debit puncak yang terjadi. Distribusi hujan seharusnya ditemukan melalui pengamatan di lapangan melalui alat-alat ukur hujan otomatis. Untuk daerah yang tidak terdapat data hujan otomatis, terdapat beberapa jenis distribusi hujan yang diusulkan untuk menggantikan distribusi hujan aktual. Dalam penelitian ini dipilih distribusi hujan metode Mononobe dan Alternating Block Method (ABM). Penelitian ini dimaksudkan untuk melihat perbedaan penggunaan jenis distribusi terhadap besaran dan lamanya debit puncak dan lamanya mencapai waktu puncak dengan menggunakan aplikasi komputer HEC-HMS. Metode analisis dilakukan dengan melakukan simulasi terhadap hujan aktual pada waktu di mana dilakukan penelitian terdahulu oleh peneliti lain untuk menggunakan formula yang diusulkan oleh penelitian sebelumnya. DAS Martapura dibagi menjadi dua sub DAS yaitu sub DAS Riam Kiwa dan sub DAS Riam Kanan. Analisis dilakukan untuk memodelkan volume dan debit aliran melalui metode transormasi hidrograf satuan SCS dan model loss yaitu Curve Number untuk setiap distribusi Mononobe dan ABM. Debit banjir rencana hasil simulasi pada berbagai kala ulang menunjukkan bahwa perbedaan besaran intensitas tidak menyebabkan perubahan terhadap waktu mencapai puncak. Perbedaan intensitas menentukan perbedaan besaran debit maksimum yang mencapai hingga 30%.sebagaimana ditunjukkan oleh debit puncak pada distribusi ABM kala ulang 2 tahun sebesar 15.770 m3/s  terjadi pada jam ke 5, sedangkan pada distribusi Mononobe intensitasnya sebesar 12.113 m3/s terjadi pada jam ke 3.Perbedaan pola distribusi tidak hanya menyebabkan perubahan durasi aliran puncak namun juga menyebabkan perbedaan besarnya aliran puncak. Studi lebih lanjut mengenai distribusi curah hujan aktual diperlukan untuk lebih mendukung kesimpulan tentang pola distribusi empiris.lebih cocok diaplikasikan di daerah aliran sungai Martapura.
Analisis Neraca Air Sesuai Pola Tanam Eksisting Padi Lokal pada Daerah Irigasi Rawa (DIR) Antasan Sutun Kabupaten Banjar Amal, Nilna; Wulandari, Rizki Ayu
PUBLIKASI RISET ORIENTASI TEKNIK SIPIL (PROTEKSI) Vol 6 No 1 (2024): Vol. 6 No.1 (2024)
Publisher : Universitas Negeri Surabaya

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26740/proteksi.v6n1.p94-101

Abstract

The Antasan Sutun Swamp Irrigation Area (DIR), which is located in Sungai Tabuk, South Kalimantan Province, is the source of water for local agricultural land that covers a rice field area of 737.8 Ha. Local farmers have implemented a once-a-year cropping pattern, but there is a need for more water during the dry season. Therefore, this study aims to analyze the amount of availability compared to water demand based on existing cropping patterns. The research method was carried out by analyzing the need and availability of water with a water balance model. Potential evapotranspiration is calculated using the Penman Modification method. The availability of water is calculated using the mock method. The results showed that the maximum water demand discharge was 1.09 m3/sec in March II and a minimum of 0.19 m3/sec in July II. The results of the availability discharge with a maximum mainstay discharge (Q80) of 2.11 m3/sec in January I and a minimum discharge in October II of 0.19 m3/sec. The result showed that all of the moths are water surplus, meaning that the water available in DIR Antasan Sutun can meet the needs of agricultural land with the planting period that the community uses