Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

MAKNA KERJA SEBAGAI TENAGA KESEJAHTERAAN SOSIAL KECAMATAN (TKSK) DI LINGKUNGAN DINAS SOSIAL SITUBONDO JAWA TIMUR Nuril Endi Rahman; Hendrie Adjie Kusworo
Share : Social Work Journal Vol 10, No 2 (2020): Share: Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/share.v10i2.29920

Abstract

Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan (TKSK) merupakan tenaga  non profesional yang direkrut dari unsur tokoh masyarakat setempat,  dalam rangka menyukseskan penyelenggaraan program kesejahteraan sosial di tingkat kecamatan. Bekerja sebagai TKSK yang memiliki keterbatasan materi dan karier, serta tantangan yang sulit dalam praktiknya merupakan sebuah pekerjaan yang menyimpan makna subjektif yang dialami oleh masing-masing TKSK.  Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap makna subjektif dari para TKSK di Kabupaten Situbondo dalam menjalani pekerjaannya sebagai pendamping PMKS. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif, pengumpulan data dilakukan dengan cara wawancara mendalam, observasi partisipatif, dan studi dokumen. Analisis data bersifat induktif yang dilakukan sejak proses pengumpulan data. Analisis dalam penelitian menunjukkan bahwa, Para TKSK di Dinas Sosial Situbondo menjalankan pekerjaannya berdasarkan: 1.Motif kemanusiaan dan religiusitas, di mana pekerjaannya merupakan pekerjaan yang mulia dan atas dasar panggilan untuk mendampingi para Penyandang Masalah Kesejahteraan Sosial yang merupakan kelompok marginal dan mengalami kondisi pra sejahtera, serta tidak memiliki akses terhadap program-program kesejahteraan sosial, para TKSK juga menganggap pekerjaannya adalah sebagai sarana ibadah. 2. Motif ekonomi, para TKSK menjalani pekerjaan adalah bagian dari memenuhi kebutuhan hidupnya. 3. Motif mengejar karier, para TKSK di Dinas Sosial Situbondo menjalani pekerjaan tidak terlepas dari keinginan mencapai karier yang diinginkan dalam pekerjaannya, para TKSK mengharapkan statusnya untuk disetarakan dengan Pegawai Negeri Sipil (PNS). Makna kerja sebagai calling, lebih melekat pada TKSK yang memiliki masa pengabdian 5-10 tahun, sedangkan para TKSK non-aktif lebih dominan memaknai pekrjaannya sebagai sarana pemenuhan kebutuhan hidup dan mengejar karier.                                            Kata kunci: Makna kerja, Tenaga Kesejahteraan Sosial Kecamatan, Pendamping PMKS
HUBUNGAN PENGETAHUAN TENTANG COVID-19 TERHADAP SIKAP STIGMA MASYARAKAT PADA ORANG YANG BERSINGGUNGAN DENGAN COVID-19 Nuril Endi Rahman; Anita Wijaya Tyas; Annisa Nadhilah
Share : Social Work Journal Vol 10, No 2 (2020): Share: Social Work Journal
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24198/share.v10i2.29614

Abstract

AbstrakMaraknya informasi yang bergulir mengenai Covid-19 sebagai pembentuk pengetahuan masyarakat, rentan memunculkan stigma negatif terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Penelitian survei ini adalah penelitian cross-sectional kuantitatif melibatkan 101 responden yang bertujuan untuk melihat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Covid-19 dan sikap stigma terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Hasil penelitian yang dilakukan pada masyarakat Yogyakarta yang sempat melakukan blokade pemukiman menunjukkan bahwa 78.2% tingkat pengetahuan tentang Covid-19 berkategori baik dan 21.8% berkategori cukup. Tingkat stigma mendapati hasil 63.4% memiliki sikap stigma cukup tinggi dan 33.7% memiliki sikap stigma tinggi. Adapun hasil analisis terhadap kedua variabel diketahui bahwa 47,5% responden dengan tingkat pengetahuan tentang Covid-19 berkategori baik, memiliki sikap stigma tergolong cukup tinggi. Namun, dari hasil uji Chi-Square diperoleh kesimpulan bahwa tidak terdapat hubungan antara tingkat pengetahuan tentang Covid-19 dengan sikap stigma masyarakat Yogyakarta terhadap orang-orang yang bersinggungan dengan Covid-19. Sikap stigma yang muncul adalah faktor dari kesalahpahaman dalam menerima informasi mengenai bahaya dan penularan Covid-19. 
Pengaruh Potret Pemberdayaan Masyarakat Berbasis Aset Lokal pada Kelompok Budidaya Ikan Koi di Desa Banyuglugur Kecamatan Banyuglugur Situbondo Nuril Endi Rahman
Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial Vol. 17 No. 3 (2018): Jurnal Penelitian Kesejahteraan Sosial
Publisher : Balai Besar Litbang Pelayanan Kesejahteraan Sosial

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (258.251 KB) | DOI: 10.31105/jpks.v17i3.1457

Abstract

Empowerment has recently become a keyword in any poverty alleviation programs, which is either conducted by the government or by any companies through CSR programs. Empowerment is closely related to potential, participation, and capacity enhancement, therefore it cannot be separated from the role of local institutions or local actors that exist inthe society, because of their function as the ‘driver’ in the empowerment. This study is aimed to comprehend the success of the empowerment program by the approach of the Koi fish farming groups’ asset growth in the village of Banyuglugur, especially during the empowerment process. The research used qualitative descriptive method and both the location and the informants were decided purposively to gain the samples. The data was collected by conducting observation, interviews, and documents study. The result showed that the success of the empowerment was achieved by the appliance of local asset-based approach, by local actors’ roles in encouraging the awareness of youth participation and in identifying the village potential collaboratively, and also by the proper cooperative factors between the Community Development Officer as the representative of PT PJB Paiton and the head of Karang Taruna Youth Local Organization. The word empowerment has recently become a key word in any poverty allevation program, be it a pro
PENGARUH INOVASI SOSIAL“LOCAL BUSINESS DEVELOPMENT” DENGAN STRATEGI BUSINESS MODEL CANVA (BMC) TERHADAP MODEL BISNIS UMKM PROGRAM CSR PESONA WALAHAR CREATIVE DESTINANTION BINAAN PT PERTAMINA (Persero) FUEL TERMINAL CIKAMPEK Taufik Ismail; Reza Rinaldy; Mezy Fadhila; Nuril Endi Rahman
Abdimas Galuh Vol 3, No 2 (2021): September 2021
Publisher : Universitas Galuh

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.25157/ag.v3i2.6153

Abstract

Pada tahun 2021 Pesona Walahar akan melakukan pembangunan kawasan ekonomi kreatif dan terintegrasi melalui kearifan lokal. Pengelolaan integrasi antara wisata, UMKM, dan usaha ekonomi kreatif dijadikan sebagai daya tarik dan pembangkit ekonomi masyarakat demi mengusung desa wisata serta melakukan penerapan CHSE di sekitar bendungan Walahar. Untuk mewujudkan hal tersebut diperlukan data kondisi model bisnis UMKM dan para pelaku ekonomi kreatif di wilayah Desa Walahar untuk dijadikan acuan. Data kondisi awal ini akan menangkap data tentang bagaimana perjalanan para pelaku UMKM dan ekonomi kreatif di Desa Walahar bertahan pada masa sulit pandemi Covid-19. Penelitian menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan indepth interview dan Focus Group Discussion (FGD) yang hasilnya diperlukan sebagai bahan pertimbangan pembuatan model pengembangan bisnis yang sesuai dengan kondisi dan potensi sosial ekonomi masyarakat. Peneliti melakukan pengumpulan data kondisi model bisnis sederhana para pelaku UMKM dan ekonomi kreatif di Desa Walahar menggunakan teknik wawancara mendalam untuk menangkap kondisi nyata dan strategi informan dalam membangun bisnis dan bertahan di masa pandemi Covid-19. Hasilnya, inovasi sosial yang dilakukan oleh tim CSR PT Pertamina (Persero) Fuel Terminal Cikampek dengan titik ungkit pemberdayaan melalui Yasayan Pesona Walahar Kreatif memunculkan sifat kolaboratif, saling mendukung promosi produk yang dimiliki penerima pelaku usaha lain, serta saling bahu membahu di kalangan para penerima manfaat untuk terus bertahan menjalankan usahanya. Kedepannya, Yayasan Pesona Walahar Kreatif dan para penerima manfaatnya perlu membangun kerjasama dengan para pemangku kepentingan untuk akselerasi kebaruan ilmu pengetahuan dan model bisnis, pengembangan strategi pemasaran dan produksi berkelanjutan, serta akselerasi pemasaran yang dilakukan secara paralel agar tidak tergerus di era disrupsi dan pandemi Covid-19.
COMMODIFICATION OF REOG AND WAROK ARTS AS CULTURAL IDENTITY OF PONOROGO REGENCY Rakhma Widya Dharojah; Nuril Endi Rahman; Malik Ibrahim
Nusantara Hasana Journal Vol. 3 No. 8 (2023): Nusantara Hasana Journal, January 2024
Publisher : Yayasan Nusantara Hasana Berdikari

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.59003/nhj.v3i8.1074

Abstract

The art of reog an warok in Ponorogo Regency is a community culture formed through a long historical process. Amid the onslaught of foreign cultures, reog Ponorogo still exists as an artistic tradition and is in demand by the community. Commodification is an unavoidable phenomenon in the era of globalization, where an object is converted into a selling value. Culture is inseparable from commodification, where economic value is the main attraction in commodification. This research aims to reveal and describe the various strategies of the commodification of reog and work arts in the Ponorogo Regency. The method used is descriptive qualitative. The research data collection used in-depth interview techniques, observation, and documentation studies. The research analysis was conducted inductively, and the data validity technique used source triangulation. The results of this study are, the art of reog Ponorogo has experienced commodification where the Ponorogo Regency government makes reog a symbol of tourism, which aims to present to source of regional income. Commodification and the existence of tradition in the art of reog Ponorogo can go hand in hand, despite the shift in orientation but reog art is still attached as the identity of the people of Ponorogo Regency.