Claim Missing Document
Check
Articles

Found 5 Documents
Search

Seni Bersahabat (SEBAT): Sebuah Program untuk Meningkatkan Psychological Well-Being pada Karyawan Laurentia Indra Cahyani; Lucia Trisni Widhianingtanti; Monika Windriya Satyajati
Jurnal Sains Psikologi Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Negeri Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.17977/um023v10i22021p101-108

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Program Seni Bersahabat (SEBAT) terhadap peningkatan psychological well-being pada karyawan. Pada penelitian ini, terdapat 6 subyek yang terdiri dari 3 subyek pada grup kontrol dan 3 subyek pada grup eksperimen yang diambil dengan teknik accidental sampling. Desain eksperimen yang digunakan yakni pretest-posttest control group design. Penghitungan secara statistika menggunakan Mann-Whitney U Test dengan menghitung nilai gain score pada hasil pretest dan posttest. Berdasarkan uji hipotesis yang dilakukan diperoleh nilai U sama dengan 0,000 dan p sama dengan 0,05 serta selisih rata-rata pretest dan posttest pada karyawan kelompok eksperimen (6,33) lebih besar dari karyawan kelompok kontrol (0,00). Hal ini menunjukkan ada perbedaan peningkatan psychological well-being pada karyawan setelah mendapatkan program SEBAT. Karyawan yang mendapat program SEBAT mengalami perubahan psychological well-being yang lebih tinggi daripada karyawan yang tidak mendapat program SEBAT.
Persepsi mengenai konflik awal keluarga pada ibu dengan anak dengan gangguan perilaku disruptif Monika Windriya Satyajati
Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia Vol 1 (2017)
Publisher : Prosiding Temu Ilmiah Nasional X Ikatan Psikologi Perkembangan Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Perilaku disruptif yang muncul pada anak dapat dipengaruhi oleh berbagai hal, misalnya pola asuh yang kurang konsisten pada orangtua. Berbagai konflik dalam pernikahan yang dialami orangtua dapat mempengaruhi pengasuhannya terhadap anak. Penelitian ini adalah studi mengenai sudut pandang Ibu terkait konflik-konflik yang ada dalam keluarga dengan anak yang mempunyai Gangguan Perilaku Disruptif. Wawancara tidak terstruktur menggunakan open-ended questions dilakukan dan dianalisis dengan metode Deskripsi Fenomena Individu. Triangulasi dilakukan dengan menggunakan data riwayat pemeriksaan psikologi anak. Beberapa tema konflik yang muncul pada fase awal keluarga melibatkan emosi marah di dalamnya pada masa prenatal, perinatal, dan masa bayi. Ibu menunjukkkan sikap dominan dalam menghadapi konflik tersebut. Selain itu, anak juga mempunyai permasalahan dalam regulasi emosi. Sikap hangat dari ibu merupakan suatu hal yang penting untuk diperhatikan dalam tumbuh kembang anak. Dalam kasus ini, didapati kurangnya kehangatan dari Ibu, yang dapat berkaitan dengan adanya kemampuan regulasi diri, internalisasi norma, dan eksternalisasi pada anak.  Kata kunci: ibu, anak, gangguan perilaku disruptif, studi kasus, pola asuh
Menerjemahkan Empati dan Penerimaan dalam Sesi Konseling Monika Windriya Satyajati
Praxis : Jurnal Sains, Teknologi, Masyarakat dan Jejaring Vol 2, No 1: September 2019
Publisher : Soegijapranata Catholic University

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/praxis.v2i1.2281

Abstract

Abstract Giving empathy and acceptance for clients is such an important technique that needs to be done by every counselors. Despite of the counselors’ psychological approach, empathy and acceptance are still mandatory skills that need to be mastered. While many references had cited the need to perform this skill, a detailed and practical example to do these skills is still rare to be found. This article reviews several references which show conversation between counselor and clients. One of the conversations chosen is a conversation by Carl Rogers in a Person-Centered counseling. The other conversation was done by Natalie Rogers in a Person-Centered Expressive Arts Therapy session. Following the conversations, explanation and analysis related the empathy and acceptance are given. The conversation samples given were categorized in four settings, which are (1) responding clients’ question, (2) giving response for clients’ blocking, (3) reflecting clients’ emotional story, and (4) reflecting clients’ emotional expression that was directed to counselor. The explanation showed that empathy and acceptance are difficult skills to be mastered. Nevertheless, those skills are still playing important roles in counselor sessions, especially when handling clients’ emotional condition. Abstrak Memberikan empati dan penerimaan kepada klien adalah hal yang sangat perlu untuk dilakukan oleh setiap konselor. Terlepas dari pendekatan apa yang dipakai, empati dan penerimaan tetap menjadi keterampilan utama yang perlu dimiliki. Berbagai sumber ajar mengenai empati dan penerimaan telah menuliskan mengenai konsep ini, namun uraian secara lebih terperinci mengenai penerapannya belumlah diberikan. Tulisan ini mengulas mengenai beberapa kajian yang memaparkan percakapan antara konselor dengan klien pada sesi konseling. Percakapan yang diulas adalah percakapan antara Carl Rogers dengan kliennya dalam sesi konseling Person-Centered, dan juga percakapan antara Natalie Rogers dengan kliennya dalam sesi terapi seni dengan pendekatan Person-Centered. Uraian mengenai konsep empati dan penerimaan diberikan penulis terkait dengan setiap contoh percakapan pada berbagai kondisi konseling yaitu (1) menanggapi pertanyaan klien, (2) memberikan respons terhadap blocking klien, (3) merefleksikan muatan emosi terhadap cerita klien, dan (4) merefleksikan muatan emosi klien yang ditujukan ke konselor. Pemaparan tersebut menunjukkan bahwa empati dan penerimaan merupakan keterampilan yang sulit tetapi sangat diperlukan, terutama menghadapi berbagai kondisi emosional klien
Efektivitas Pelatihan Keterampilan Bimbingan Dan Konseling Untuk Meningkatkan Kemampuan Konselor Lucia Hernawati; Monika Windriya Satyajati
Patria : Jurnal Pengabdian Kepada Masyarakat Vol 3, No 2: September 2021
Publisher : Universitas Katolik Soegijapranata

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.24167/patria.v3i2.3189

Abstract

Perguruan tinggi bukan hanya tempat mahasiswa memperoleh pengetahuan akademik namun juga tempat pembentukan karakter yang cerdas, inovatif, tangguh dan resilien . Salah satu cara pembentukan karakter mahasiswa yang cerdas, inovatif, tangguh dan resilien, melalui pengolahan berbagai masalah yang dialaminya dalam bidang akademik maupun non akademik. Unit Sahabat Psikologi (sabpsi) adalah sebuah unit yang memberi layanan bimbingan dan konseling kepada mahasiswa S1 dan S2 Fakultas Psikologi UNIKA Soegijapranata. Masalah yang dialami mahasiswa semakin bervariasi jenis dan intensitasnya,  bukan hanya masalah  akademik  namun juga masalah yang mengarah pada psikopatologis klinis. Tujuan dari aktivitas pengabdian masyarakat ini untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan bimbingan dan konseling (konselor) sabpsi agar dapat melayani mahasiswa secara maksimal. Pelatihan ini diberikan selama 4 minggu  meliputi pelatihan (1) kepribadian yang terapeutik; (2)psikopatologis klinis (3) psikoedukasi, dan konseling online; (4) konseling kelompok. Pelaksanaan pelatihan dengan frekuensi 1 minggu 1 topik  dengan durasi 120 menit secara daring menggunakan platform google meet. Setiap sesi pelatihan diikuti tugas rumah yang didiskusikan pada pertemuan berikutnya. Berdasar pembandingan pretes dan postes  diketahui bahwa  setelah mengikuti pelatihan, peserta (1)lebih mampu mengarahkan dirinya agar memiliki kepribadian yang terapeutik; (2)lebih memahami psikopatologis klinis; (3) mampu membuat program layanan psikoedukasi dan melaksanakan konseling online; (4)mampu memfasilitasi konseling kelompok. 
Psychological Reactance and Beliefs in Conspiracy Theories During the Covid-19 Pandemic: Overview of the Extended Parallel Process Model (EPPM) Bartolomeus Yofana Adiwena; Monika Windriya Satyajati; Widawati Hapsari
Buletin Psikologi Vol 28, No 2 (2020)
Publisher : Faculty of Psychology Universitas Gadjah Mada

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (530.936 KB) | DOI: 10.22146/buletinpsikologi.60212

Abstract

Compliance with health protocols plays an important role in minimizing the spread of Covid-19. However, Indonesia is still facing a robust challenge including non-compliance to persuasive recommendations or messages (psychological reactance) and belief in conspiracy theories. Issues related to conspiracy theories and theories had obscured the message for the people to keep their behavior safe from the virus. The Extended Parallel Process Model (EPPM) is a theory that explains how people would obey the messages they received, particularly health messages. Perception of threats and efficacy contribute significantly to the effectiveness of the message people received. In this article, we discussed four psychological conditions that possess the chance to affect society's threats and efficacy to comply with health protocols. These conditions were viewed from social, clinical, and industrial-organizational psychology perspectives. Four solutions to cope with non-compliance tendencies were also proposed. We suggest that these solutions should be applied to strengthen the tendency for people to obey health protocols.