Yogi Febriandi
IAIN Langsa

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Seeking Justice Through Qanun Jinayat: The Narratives of Female Victims of Sexual Violence in Aceh, Indonesia Yogi Febriandi; Muhammad Ansor; Nursiti Nursiti
QIJIS Vol 9, No 1 (2021)
Publisher : IAIN Kudus

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.21043/qijis.v9i1.8029

Abstract

This article examines the experience of Acehnese female victims of sexual violence seeking justice through Qanun Jinayat (Islamic criminal bylaw) in Aceh, Indonesia. The empirical data in this study were collected through in-depth interviews with the victims and families related to the cases of sexual violence. By employing the narrative agency, this article argues that telling the experience of seeking justice is a way female victims of sexual violence express their resistance to the implementation of Qanun Jinayat in Aceh. Regarding this, we will show that Aceh’s Qanun Jinayat, which was originally implemented to eradicate sexual violence, turns out to have limitations in realizing the desired goals. This finding ultimately confirms that the concept of legal pluralism adopted in Aceh, Indonesia, has liminality in facilitating justice for women and other marginalized communities.
Stuck in Sharia Space: The Experiences of Christian Students to Reside in Langsa, Aceh Yogi Febriandi; Yaser Amri
Al-Jami'ah: Journal of Islamic Studies Vol 59, No 1 (2021)
Publisher : Al-Jami'ah Research Centre

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.14421/ajis.2021.591.33-56

Abstract

This article examines the problem of spatial access for Christian students of Samudera University as experiences of minorities in Langsa, Aceh. This article argues that Aceh’s public space that is formed by religious identity, leads dichotomy of citizenship in social life. Using life story method, this article explores the problem of Christian students of Samudera University to reside in Langsa. The results show the formation of space by displaying a single identity has polarized majority-minority in public space. Finally, this article also shows that the formation of space by displaying a single identity created an imbalance space for minority, and compelling minority to create alternative space.[Artikel ini membahas persoalan akses ruang berdasarkan pengalaman mahasiswa minoritas Kristen di Universitas Samudera, Langsa, Aceh. Artikel ini berargumentasi bahwa ruang publik Aceh terbentuk oleh identitas religius yang berujung pada dikotomi kehidupan sosial penduduknya. Dengan pendekatan life story, artikel ini menjelaskan masalah yang dihadapi mahasiswa Kristen yang tinggal di Langsa, Aceh. Dalam kesimpulannya menunjukkan bahwa formasi ruang publik terbelah dan tidak seimbang antara identitas mayoritas dan minoritas, dimana identitas minoritas terdesak untuk menciptakan ruang alternatif baru.]     
HARMONIZATION OF ISLAM AND ADAT:: A STUDY OF ISLAMIC INDIGENIZATION OF THE PANGLIMA LAOT IN KUALA LANGSA, ACEH Yogi Febriandi
Penamas Vol 30 No 1 (2017): Volume 30, Nomor 1, April-Juni 2017
Publisher : Balai Penelitian dan Pengembangan Agama Jakarta

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Tulisan ini membahas harmonisasi antara Islam dan Adat pada masyarakat nelayan di Kuala Langsa, Aceh. Menggunakan konsep teori Pribumisasi Islam, peneliti menganalisa perjumpaan Islam dan adat dalam ritual ritual suci yang dilakukan oleh Panglima Laot. Dengan pendekatan interpretasi budaya Geertz, peneliti memadukan konsep-konsep pribumisasi dengan teori simbol kebudayaan Geertz untuk menemukan makna dari ritual yang dilakukan. Sumber data dikumpulkan melalui wawancara mendalam dan observasi perilaku keseharian masyarakat nelayan selama Maret hingga Mei 2015. Artikel ini memperlihatkan, bahwa Islam dan Adat di dalam masyarakat Kuala Langsa telah berbaur menjadi sebuah tradisi. Tradisi ini dapat dijumpai pada ritual-ritual adat Laot. Panglima Laot sebagai pemimpin adat laot memegang peran untuk menjaga harmonisasi antara adat dan Islam. Hasilnya dapat dilihat dalam setiap ritual adat, Panglima Laot memberikan akomodasi yang sama, antara Adat dan Islam untuk saling tampil tanpa harus menghilangkan jati diri keduanya. Islam tetap ditampilkan sesuai kepercayaan dengan mengedepankan nilai-nilai universal dan substantifnya. Adat tetap pada upacara-upacara ritual yang telah membudaya sejak lama. Harmonisasi keduanya di dalam ritual Adat Laot, menolak pandangan, bahwa Islam dan Adat (lokalitas) akan saling berlawanan.Kata Kunci: Islam, Pribumisasi, Panglima Laot, Aceh