Claim Missing Document
Check
Articles

Found 6 Documents
Search

Pemberdayaan Sosial dan Ekonomi pada Kelompok Penyandang Disabilitas Fisik di Kota Bandung Ariel Pandita Dhairyya; Erna Herawati
Umbara Vol 4, No 1 (2019)
Publisher : Universitas Padjadjaran

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (350.194 KB) | DOI: 10.24198/umbara.v4i1.19039

Abstract

This study explores an economic and social empowerment activities by Kelompok Berani Binangkit (KBB), an informal organization for the people with disabilities in Bandung City. KBB activities focus on pegleg and pegarm production and selling to improve the members’s livelihood. KBB also has mission to donate pegleg and pegarm for the disabled who could not affort it. All of the KBB activities are initiated by the members.The study applies qualitative method; in particular case study model. Data were collected through participation observation towards KBB’s activities and in-depth interviews to its members. The study finds that the main purpose of KBB, that is to improve the livelihood of the members has not brought a significant impact to its members. The members’ income  is relatively small and does not sufficient for their living. Meanwhile social empowerment activities has brought  a significant impact to the member’s social lives. The KBB members build an emotional bond throught several ways such as spesific model of communication among them, and build self confidence as well as develop open-minded attitude regarding their physical condition and response towards negative stigma that attached to them. These have led KBB’s members construct their new identity, so they could feel ‘normal’.
Gender Relation in Tea Plucking Workers: A Case Study of Gender Division of Labour and Gender Relation in Gambung Tea Plantation, West Java Kralawi Sita; Erna Herawati
Sodality: Jurnal Sosiologi Pedesaan Vol. 5 No. 1 (2017): Sodality
Publisher : Departement of Communication and Community Development Sciences, Faculty of Human Ecology

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (748.678 KB) | DOI: 10.22500/sodality.v5i1.16266

Abstract

ABSTRACTMen and women’s participation in tea plucking have been divided based on gender and strongly patriarchy-influenced. This division of labor cause a gender relation describes specific case of their relations in tea plantation. This study aims to describe the gender relation among the tea plucking workers at Gambung Tea Plantation, analyzed by qualitative approach, particularly treated as a case study. Data collected by in-depth interviews, observation, focus group discussion, and documentation. It was triangulated and analyzed using Harvard Analytical Framework and Gender Balance Tree in Gender Action Learning System approaches. The result shows that both men and women have equal access employment in plucking tea but their participation divided based on gender and patriarchy-influenced. Women have large participation in manual job description while men dominates on mechanic. Manual labor requires longer working-hour. It cause women have longer on working-hour than men. It is also enhance their burdern, eventhough generally they have double roles. As the consequences, women must work harder on their both roles. However, women’s participation in productive works enable women to generate income that makes them gaining better position within the household, such as a decision maker. It makes them able to access skill capacity.Keywords: gender relation, tea pluckeig worker, tea plantation, Harvard Analytical Framework, Gender Action Learning SystemABSTRAKPartisipasi laki-laki dan perempuan dalam pemetikan teh dibagi berdasarkan gender dan dipengaruhi kuat oleh patriarki. Pembagian kerja ini menimbulkan relasi gender yang menggambarkan kasus tertentu hubungan laki-laki dan perempuan di perkebunan teh. Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan relasi gender pada kegiatan pemetikan teh di Perkebunan Teh Gambung, dengan pendekatan kualitatif, dalam studi kasus tertentu. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, observasi, diskusi grup terpusat, dan dokumentasi. Data ditriangulasi dan dianalisis menggunakan Harvard Analytical Framework dan Gender Balance Tree dalam Gender Action Learning System. Hasil penelitian menunjukkan bahwa baik laki-laki dan perempuan mempunyai akses yang sama dalam pemetikan tetapi partisipasi mereka dibagi berdasarkan gender dan dipengaruhi patriarki. Perempuan mempunyai partisipasi besar dalam pemetikan manual sedangkan laki-laki mendominasi mekanisasi mesin petik. Manual membutuhkan waktu yang tinggi yang menyebabkan perempuan mempunyai waktu kerja yang lebih banyak dari laki-laki dan hal ini menambah beban perempuan yang secara general mempunyai beban ganda. Sebagai konsekuensinya, perempuan harus bekerja lebih keras. Namun, partisipasi perempuan dalam pekerjaan produktif memungkinkan perempuan untuk menghasilkan pendapatan yang memberikan perempuan posisi yang lebih baik dalam rumah tangga, seperti kekuasaan dalam pengambilan keputusan dan posisi tawar dalam mengakses peningkatan kapasitas keterampilan.Kata kunci: relasi gender, pemetik teh, perkebunan teh, Harvard Analytical Framework, Gender Action Learning System
Warga Peduli AIDS’: Community Participation in the HIV and AIDS Response in Bandung Erna Herawati
MIMBAR (Jurnal Sosial dan Pembangunan) Volume 33, No. 2, Year 2017 [Accredited by Ristekdikti]
Publisher : Universitas Islam Bandung

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (299.21 KB) | DOI: 10.29313/mimbar.v33i2.2439

Abstract

Human immuno deficiency virus (HIV) becomes the global epidemic. It attacks human immune system; and if left untreated it leads to AIDS (acquired immunodeficiency syndrome). Indonesian governmental and non-governmental institutions are the main actors in the response to this epidemic since late 80s; while community participation has newly emerged. This study discusses ‘Warga Peduli AIDS’ (local residents concerned about AIDS) in Bandung; which is one of the rare forms of community participation in the HIV and AIDS response in Indonesia. Using ethnographic method, this study examines the main actions by Warga Peduli AIDS, such as attendance in HIV related meetings, events, and workshops; dissemination of information; and provision of support and companionship for neighbours living with HIV. This study finds that members of the community actively participate in the HIV and AIDS response through their actions as Warga Peduli AIDS; and their actions has contributed significantly to the national strategies to respond the HIV and AIDS in Indonesia
PENDIDIKAN IBADAH AKHLAK MELALUI QIRO’AH KITAB TURATS DENGAN METODE KLASIK DAN I’RAB Erna Herawati
Al Qalam: Jurnal Ilmiah Keagamaan dan Kemasyarakatan Al Qalam Vol. 14, No. 1, Januari-Juni 2020
Publisher : Sekolah Tinggi Ilmu Al-Qur'an (STIQ) Amuntai Kalimantan Selatan

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (556.489 KB) | DOI: 10.35931/aq.v14i1.312

Abstract

Salah satu  cara yang dilakukan oleh orang tua untuk membentuk lingkungan yang baik dan pergaulan yang baik untuk anak adalah menyekolahkannya di pesantren karena pesantren dianggap mampu secara optimal membantu peran orang tua dalam mendidik anak terutama dalam pendidikan ibadah dan akhlak. Pembiasaan ibadah dan akhlak anak dapat dilakukan dengan penanaman nilai-nilai fitrah manusia yang direfleksikan pada suri teladan nabi Muhammad SAW berdasarkan Al Qur’an yang termuat dan dijelaskan secara mendalam melalui kitab turats. Kitab Turats  menjadi materi ajar dan kurikulum pada pesantren. Penelitian ini akan mendeskripsikan pendidikan ibadah dan akhlak melalui Qiro’ah  kitab turats dengan metode klasik dan i’rab di Pondok Pesantren Nurul Huda Mergosono Malang tahun akademik 2018-2020. Peneliti melakukan observasi langsung dan menjelaskan data dengan kualitatif deskriptif terhadap 3 pendidik yang mengajar dengan pembacaan kitab kuning. Hasil Penelitian adalah tidak kurang dari 20 kitab kuning bidang studi tauhid, akhlak, fiqh (ibadah), ushul fiqh, tajwid, dan bahasa Arab dengan pola metode klasik yaitu penentuan mawad, qiro’a dan tarjamah, serta syarh, Juga pola metode i’rab yaitu penentuan mawad, i’rob, qiro’ah, tarjamah dan syarh. Syarh pendidik tentang kandungan kitab turats menjadi income pengetahuan anak dalam pelaksanaan ibadah dan pembiasaan akhlak, tentu disertai pendampingan penuh  kasih sayang dan  keteladanan, optimalisasi kegiatan ibadah wajib dan sunah dengan salat wajib berjama’ah dan salat sunat berjama’ah (rawatib, tahajud, witir, dan dhuha), pembelajaran al-Quran dan hadis, evaluasi dan monotoring kognitif dan afektif anak, serta pembiasaan bersosialisasi dengan masyarakat
Gaya Hidup, Persepsi, dan Motivasi Konsumen Milenial terhadap Produk Berbasis Bubuk Teh Hijau: Studi Kasus pada Mahasiswa Antropologi Fisip Unpad Malika Ade Arintya; Erna Herawati; Kralawi Sita
Jurnal Penelitian Teh dan Kina Vol 2 No 1 (2023): Jurnal Sains Teh dan Kina
Publisher : Research Institute for Tea and Cinchona

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/pptk.jur.jstk.v2i1.171

Abstract

Tidak kalah dengan negara-negara penghasil teh lainnya, industri produk teh pun turut berkembang juga di Indonesia. Diantara banyaknya teh yang terproduksi, Indonesia juga menjadi produsen salah satu bentuk olahan populer teh hijau; bubuk teh hijau. Untuk meningkatkan pemasaran dan penjualan produk bubuk teh hijau, perlu melihat gaya hidup dari konsumen yang hendak dituju, dimana nantinya faktor pendorong konsumen untuk mengonsumsi produk tersebut dapat terlihat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memahami dan mengkaji gaya hidup kelompok masyarakat muda, dalam penelitian ini adalah mahasiswa Antropologi FISIP Unpad, sebagai target konsumen dari produk bubuk teh hijau. Penelitian ini menggunakan metode survei secara daring, dimana data dikumpulkan melalui kuesioner. Data yang diperoleh kemudian dianalisis secara deskriptif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa: (1) Olahan bubuk teh hijau bukanlah suatu hal yang mengikat responden milenial secara kultural; (2) Tidak banyak hal yang membuat responden secara khusus memotivasi mereka untuk mengonsumsi bubuk teh hijau dalam kesehariannya; (3) Minimnya pengetahuan umum responden terkait produk bubuk teh hijau, pasalnya responden milenial tidak begitu memerhatikan aspek manfaat dari bubuk teh hijau, melainkan lebih fokus pada rasa dari produk tersebut; (4) Responden tidak menerapkan gaya hidup konsumen teh dimana mereka mengonsumsi bubuk teh hijau dalam kesehariannya, namun produk ini menjadi bagian dari konsumsi mereka dalam memenuhi kebutuhan sosial, sebagai produk makanan dan minuman untuk menemani mereka bersosialisasi, dibandingkan dikonsumsi sebagai produk kecantikan atau kesehatan; dan (5) Perlu adanya strategi pendekatan pada konsumen milenial dengan target membangun brand awareness yang dapat dilakukan melalui promosi yang dilakukan oleh para influencer dengan sebaran umur yang setara dengan generasi milenial.
Relasi Gender di Pabrik Pengolahan Teh Hijau Pusat Penelitian Teh dan Kina Paramita Jayanthi; Erna Herawati; Kralawi Sita
Jurnal Penelitian Teh dan Kina Vol 2 No 1 (2023): Jurnal Sains Teh dan Kina
Publisher : Research Institute for Tea and Cinchona

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.22302/pptk.jur.jstk.v2i1.173

Abstract

Divisi kerja yang ada pada karyawan pengolahan teh hijau Pusat Penelitian Teh dan Kina (PPTK) dipengaruhi erat oleh budaya patriarki. Hal ini mengarah pada terjadinya perbedaan partisipasi, akses dan kontrol antar kedua gender tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan relasi gender yang ada pada karyawan pengolahan teh di PPTK serta pengaruhnya terhadap kinerja karyawan dengan metode kualitatif deskriptif. Pengumpulan data dilakukan dengan metode wawancara mendalam, data kemudian akan dianalisis menggunakan Gender Analysis Pathway. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kinerja karyawan pabrik pengolahan teh hijau terdeteksi amat baik. Pembagian kerja antara perempuan dan laki-laki di pabrik teh hijau, secara umum dapat dinegosiasikan. Akses terhadap fasilitas perusahaan, upah dan jam kerja dibagi secara setara berdasarkan status karyawan. Namun, dalam akses atas jenis pekerjaan masih terdapat ketimpangan relasi gender di mana mayoritas jenis pekerjaan masih didominasi oleh laki-laki. Hal ini dipengaruhi erat oleh mesin pabrik yang belum ramah perempuan dan budaya patriarki sehingga perempuan kesulitan untuk mengaksesnya.