Claim Missing Document
Check
Articles

Found 8 Documents
Search

ANALISIS KESULITAN BERPIKIR REFLEKTIF MATEMATIS SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL PROGRAM LINEAR DI SMA NEGERI 4 KOTA TERNATE Sitinurdelisa M Jen; Nurma Angkotasan; Hery Suharna
SAINTIFIK@: Jurnal Pendidikan MIPA Vol 6, No 1 (2021): SAINTIFIK@: Jurnal Pendidikan MIPA EDISI MARET 2021
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (739.07 KB) | DOI: 10.33387/saintifik.v6i1.3651

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesulitan berpikir reflektif matematis siswa dalam menyelesaikan soal program linear. Pendekatan penelitian dalam penelitian ini adalah kualitatf deskriptif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah instrumen tes, wawancara dan dokumentasi. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah reduksi data, penyajian data, triangulasi data, penarikan simpulan atau verifikasi. Subjek peneitian ini adalah 7 siswa, kemudian diambil 4 siswa sebagai perwakilan subjek masing-masing terdiri dari 2 siswa perempuan yaitu SP-4 dan SP-7 dan 2 siswa laki-laki yaitu SL-5 dan SL-3. Hasil penelitian menunjukan bahwa: 1) subjek SL-5 dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan berpikir reflektif yakni kesulitan menghubungkan pengetahuan baru dengan pemahaman terdahulu untuk menyelesaikan soal dengan membuat model matematika berdasarkan grafik, subjek sulit menentukan nilai optimum dengan benar dan subjek mengalami kesulitan dalam mengecek jawaban dan menjelaskan kesimpulan dari jawaban yang diperoleh, 2) subjek SP-4 dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan berpikir reflektif dimana subjek tidak dapat membuat model matematika berdasarkan grafik, subjek tidak dapat menentukan nilai optimum serta tidak dapat mengecek jawaban yang diperoleh dan juga tidak dapat menjelaskan kesimpulan dari jawaban, 3) subjek SL-3 dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan berpikir reflektif yakni kesulitan dalam membuat model matematik berdasarkan grafik, sulit untuk menentukan nilai optimum dengan benar juga sulit untuk mengecek jawaban yang diperoleh serta menjelaskan kesimpulan dan 4) subjek SP-7 dalam menyelesaikan soal mengalami kesulitan berpikir reflektif dimana subjek tidak dapat membuat model matematika berdasarkan grafik, subjek tidak dapat menentukan nilai optimum dan tidak dapat mengecek jawaban yang diperoleh serta tidak dapat menjelaskan kesimpulan dari jawaban. Kata kunci: Berpikir Reflektif, kesulitan berpikir reflektif, gender
MENINGKATKAN KEMAMPUAN BERPIKIR MATEMATIS MELALUI PEMBELAJARAN BERBASIS LEARNING MANAGEMENT SYSTEM (LMS) DIMASA KEBIASAAN BARU (NEW NORMAL) Hery Suharna; Nurningsih Hi Abdullah
SAINTIFIK@ Vol 5, No 2 (2020): EDISI OKTOBER 2020
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (259.011 KB) | DOI: 10.33387/sjk.v5i2.3647

Abstract

Beberapa waktu yang lalu dihadapkan pada suatu masa yaitu pandemi covid-19. Pada kondisi sangat berpengaruh terhadap pembelajaran di sekolah. (1) Masa pandemi merupakan mas sulit dalam pembelajaran matematika, (2) Peningkatan kemampuan berpikir matematika perlu mendapat perhatian, (3) Peningkatan kemampuan berpikir matematis merupakan tujuan utama pembelajaran, (4) Peran LMS untuk meningkatkan kemampuan berpikir matematis dalam pembelajaran matematika; dan (5) Kebiasaan baru (new normal) merupakan transisi dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah mempelajari dan mengkaji tentang meningkatkan berpikir matematis melalui pembelajaran learning management system (LMS) dimasa kebisaan baru (new normal) atau berkaitan dengan penelitian ini melalui karya ilmiah yang termuat dalam jurnal yang berkaitan dengan buku-buku teks penunjang, studi literatur, buku, artikel, jurnal, dll. Hasil penelitian diperoleh (1) LMS merupakan salah satu solusi dalam meningkatkan kemampuan berpikir matematis, (2) Meningkatkan kemampuan berpikir matematis merupakan tujuan utama dalam pembelajaran matematika, (3) Meningkatkan kemampuan berpikir matematis dengan cara mempertahankan Rutinitas Harian yang Terstruktur, dan (4) Meningkatkan kemampuan berpikir matematis dengan manfaatkan sumber daya LMS dengan kreativitas yang dimiliki oleh pengajar. Kata Kunci: Kemampuan Berpikir, LMS, dan New Normal
Rekontruksi Struktur Penalaran Matematis dalam menyelesaikan masalah matematika Hery Suharna; Yahya Hairun; Nurma Angkotasan
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/dpi.v9i1.1845

Abstract

Belajar melibatkan proses berpikir dalam diri setiap manusia, untuk mencapai berbagai macam kompetensi, keterampilan dan sikap. Berpikir selalu dilakukan oleh setiap orang atau individu, dengan demikian berpikir bersifat internal, muncul dalam diri individu dan berlangsung terus-menerus.Pada penelitian sudah rekontruksi struktur penalaran ketika menyelesaikan masalah matematika.Pada penelitian studi ini ingin mengungkapkan bagaimana rekontruksi penalaran matematika ketikan menyelesaikan masalah matematika.Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan mempelajari dan mengaji hasil-hasil penelitian yang termuat dalam jurnal dan buku hasil penelitian dan buku-buku teks penunjang.Berdasarkan hasil kajian disimpulkan bahwa rekontruksi struktur penalaran matematis dalam menyelesaikan masalah matematika yaitu rekontruksi di awali terjadi disekuilibrasi atau stagnasi ketika menyelesaikan soal, selanjutnya melakukan rekontruksi asimilasi dan akomodasi, sehingga terjadi rekontruksi penalaran matematika.
BERPIKIR KONEKSI RELATIF KOMPLEKS DALAM MENYELESAIKAN MASALAH MATEMATIKA Hery Suharna; Nurningsih Hi. Abdullah
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 9, No 1 (2020)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/dpi.v9i1.1848

Abstract

Tujuan dari artikel ini adalah untuk mendeskripsikan tentang koneksi matematis relatif melalui reflektif mahasiswa dalam menyelesaikan masalah matematika. Berpikir koneksi yang perlu digaris bawahi yaitu: (1) Mahasiswa mengalami kesulitan dalam menghubungkan konsep-konsep matematika pada struktur berpikir, (2) Mahasiswa tidak membuat koneksi matematika kaitannya dengan aplikasi matematika, karena mereka tidak pernah diajarkan bagaimana aplikasi matematika, (3) Menyelesaikan masalah matematika merupakan sarana dalam melatih koneksi matematis. NCTM menyatakan tentang pentingnya koneksi dalam matematika yaitu pemecahan masalah (problem solving), penalaran dan bukti (reasoning and proof), komunikasi (communication), koneksi (connections), dan representasi (representation).Jenis penelitian ini adalah deskriptif dengan pendekatan kualitatif, pemilihan subjek penelitian yaitu snow ball. Hasil penelitian menemukan bahwa berpikir koneksi matematis bersifat relatif yaitu berpikir yang diawali dengan ketidaklengkapan struktur berpikir dengan masalah. Proses refleksi untuk menyesuaikan struktur masalah yang dimiliki dan selanjutnya melakukan koneksi yang bersifat relatif untuk menemukan penyelesaian masalah matematika. Proses berpikir koneksi yang dipengaruhi oleh proses refleksi ketika menyelesaikan masalah matematis. Kata kunci :Berpikir koneksi, menyelesaikan masalah, koneksi relatif, dan reflektif
Koneksi Produktif Matematis Mahasiswa dalam Menyelesaikan Soal Kalkulus Berdasarkan Kemampuan Matematika Hery Suharna; Yahya Hairun; Nurma Angkotasan
Delta-Pi: Jurnal Matematika dan Pendidikan Matematika Vol 10, No 2 (2021)
Publisher : Universitas Khairun

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.33387/dpi.v10i2.3547

Abstract

Berpikir koneksi matematis penelitian yang menarik untuk di angkat dalam suatu penelitian. Koneksi matematis pada tingkatan universitas juga sering mengalami kesulitan dalam mengontruksi koneksi matematis, masalah yang dihadapi mahasiswa diantaranya yaitu: 1) Ketidaksesuian struktur masalah dengan struktur berpikir atau sering disebut juga dengan disekuilibrium (disekuilibrasi) pada memori jangka panjang mahasiswa; 2) Ketidaklengkapan (ketidak sesuaian) pengetahuan awal yang dimiliki oleh mahasiswa tentang konsep-konsep matematika yang bersyarat; dan 3) Struktur koneksi matematis dalam mengonseptualisasi struktur masalah matematis mahasiswa ketika menyelesaikan masalah matematis. Penelitian ini mengangkat masalah bagaimana koneksi produktif mahasiswa ketika menyelesaikan soal kalkulus berdasarkan jenis kelamin (laki-laki dan perempuan). Metode penelitian yang digunakan dalam mengungkap permasalahan tersebut yaitu bersifat deskriptif eksploratif. Subjek dalam penelitian ini adalah mahasiswa matematika semester 4 program studi pendidikan matematika Universitas Khairun yang terbagi menjadi empat yaitu 2 laki dan 2 perempuan, pada artikel ini mendeskripsikan antara laki-laki dan perempuan. Teknik analisis data penelitian yang digunakan adalah deskriptif kualitatif menurut Creswell tahun 2010 yaitu (1) mengolah dan mempersiapkan; (2) membaca keseluruhan data; (3) menganalisis lebih detail dengan men-coding data, (4) terapan proses coding, mendeskripsikan dan tema-tema ini akan disajikan kembali dalam narasi/laporan kualitatif; dan (5) menginterpretasikan atau memaknai data.Koneksi produktif matematis berdasarkan jenis kelamin perempuan yaitu diawali denga terjadinya disekuilibrasi melakukan penyelesaian dengan cara yang unik. Selanjutnya koneksi produktif laki-laki yaitu diawali dengan disekuilibrasi dan selanjutnya melakukan penyelesaian dengan cara mencoba-coba dengan berulang kali. Kata kunci : Rekontruksi, struktur koneksi, koneksi produktif dan jenis kelamin
Analisis Kesalahan Siswa dalam Menyelesaikan Masalah Matematika pada Bilangan Berpangkat dan Bentuk Akar Rusdiati Lagalante; Hery Suharna; Wilda Syam Tonra
Jurnal Pendidikan Guru Matematika Vol 2, No 2 (2022): Mei
Publisher : Jurnal Pendidikan Guru Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (787.994 KB)

Abstract

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesalahan-kesalahan dan jenis-jenis kesalahan siswa kelas X siswa Madrasah Aliya Negeri Ternate dalam menyelesaikan soal matematika pada materi Perpangkatan dan Bentuk akar Dalam penelitian ini terpilih subjek penelitian sebanyak 4 siswa yang ditentukan berdasarkan hasil tes. Siswa yang terpilih sebagai subjek penelitan tersebut adalah siswa yang memperoleh kategori rendah dan sangat rendah. Data dikumpulkan dengan metode tes dan wawancara. Tes digunakan untuk menganalisis kesalahan siswa dan wawancara digunakan untuk menelusuri jenis kesalahan siswa secara mendalam. Metode analisis data yang digunakan adalah kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa terdapat 3 siswa (15%) mencapai kesalahan dengan kategori tinggi, 4 siswa (20%) mencapai kesalahan dengan kategori sedang, 4 siswa (20%) mencapai kesalahan dengan kategori rendah dan 9 siswa (45%) mencapai kesalahan dengan kategori sangat rendah dalam menyelesaikan soal pada materi perpangkatan dan bentuk akar. Berdasarkan hasil kerjanya, subjek tersebut tidak menuliskan jawaban akhir yang diminta dala soal tes (kesalahan prinsip), subjek tidak mengetahui konsep dari soal yang diberikan sehngga subjek tidak mampumenyelesaikan atau menuliskan jawaban yang diminta (kesalahan konsep), subjek tidak mengerjakan soal yang sampai selesai disebabkan karena tidak mengerti cara pengoperasian daru jawaban yang diminta (kesalahan operasi), terhadap permasalahan pada soal perpangkatan dan bentuk akar. Kesalahan yang dilakukan siswa kelas X Madrasah aliya negeri Ternate dalam menyelesaikan soal matematika pada materi perpangkatan dan bentuk akar yaitu meliputi: 1) kesalakesalahan prinsip yang dilakukan oleh R-1 dan SR-2 melakukan kesalahan yaitu tidak menuliskan jawaban akhir (kesalahan prinsip). Kesalahan konsep yang dilakukan R-1 dan R-2 karena sybjek tidak mengetahui konsep dari soal yang diberikan sehingga subjek tidak mampu untuk menyelesaikan atau menuliskan jawaban ari soal yang ada (kesalahan konsep). Pada kesalahan operasi dilakukan oleh subjek R-2 dan SR-1 dimana subjek tidak mengerjakan soal sampai selesai disebabkan karena tidak mengerti cara pengoperasian dari jawaban yang diminta.
Defragmenting Proses Berpikir Matematis Siswa dalam Menyelesaikan soal Matematika pada Materi Pangkat dan Bentuk Akar Muhammad Faisal; Hery Suharna; Soleman Saidi
Jurnal Pendidikan Guru Matematika Vol 1, No 1 (2021): Januari
Publisher : Jurnal Pendidikan Guru Matematika

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (563.982 KB)

Abstract

This study aims to describe the defragmenting of mathematical thinking processes based on students' ability to solve mathematical problems in the material rank and root form. This research is a qualitative descriptive study using test and interview methods. The subjects in this study were students of SMA Negeri 3 Tidore Kepulauan amounting to 3 people and students of SMA Negeri 4 Ternate City totaling 3 people based on the level of student ability (each low, medium, and high). The research instrument consisted of test questions on the process of defragmenting. The results showed that: (1) the students included in the category of high mathematical ability process defragmenting carried out 5 times with the same error indication, as well as the process defragmenting in the same way namely defragmenting through reflection, defragmenting through mathematical connections, and defragmenting with the provision of scaffolding. (2) the students included in the category of mathematical ability are in the process of defragmenting which is done 3 to 6 times with an indication of an error that is not much different, and the process of defragmenting in the same way that is, defragmenting through reflection, defragmenting through mathematical connections, defragmenting by giving scaffolding and defragmenting with cognitive conflict formation. (3) Students who are included in the category of low mathematical ability process defragmenting carried out as much as 4 to 8 times with an error indication that is not much different, and the process of defragmenting, in the same way, is defragmenting through mathematical connections, defragmenting through reflection, defragmenting by giving scaffolding and defragmenting with cognitive conflict formation.
WORKSHOP PEMANFAATAN MEDIA GEOGEBRA UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN GURU SMA ALHAIRAT KOTA TERNATE Hery Suharna; In Hi Abdullah
Jurnal Pengabdian Pendidikan Masyarakat (JPPM) Vol 4 No 2 (2023): Jurnal Pengabdian Pendidikan Masyarakat Vol 4 No 2 (2023)
Publisher : LP3M STKIP MUHAMMADIYAH MUARA BUNGO

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.52060/jppm.v4i2.1201

Abstract

This Community Service was carried out at Alkhairat High School, Ternate City. Partner problems namely (1) Teachers experience obstacles in the distance learning process (online); (2) the internet network is not optimal so that it becomes an obstacle in evaluating online learning; (3) Less use of learning media applications has not been utilized optimally; and (4) the teacher experiences difficulties when the teacher uses the application because the teacher lacks knowledge of the application used. This PKM aims to provide solutions for partners, namely Alhairat High School Teachers in Ternate City to improve the ability to use applications in learning. The PKM implementation method is carried out by: (1) Providing material about Geogebra, (2) Learning practices with the Geogebra Application in carrying out learning evaluations, (3) evaluating and mentoring. The results of the PKM that was carried out were (1) the Geogebra Media Utilization Workshop was able to improve the Capability of Alhairat High School Teachers in Ternate City in the Alkhairat High School Hall. Participants who took part were 26 teachers. The results of the participant response sheets stated that the results were very good; and (2) the GeoGebra Media Utilization Workshop has been able to improve the Capabilities of Alhairat High School Teachers in Ternate City like this must continue to be carried out in order to improve teachers' abilities to utilize GeoGebra media in learning, especially for mathematics teachers so that learning has variations in utilizing technology-based learning media.