Ardiansyah Ardiansyah
Universitas Islam Negeri Sumatera Utara

Published : 3 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search

Hadis-Hadis Tentang Syafaat Dalam Kitab Saḥīḥ Muslim Nawir Yuslem; Ardiansyah Ardiansyah; Mukhtaruddin Mukhtaruddin; Ismail Fahmi Arrauf Nasution
AL QUDS : Jurnal Studi Alquran dan Hadis Vol 5, No 2 (2021)
Publisher : Institut Agama Islam Negeri (IAIN) Curup

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (567.534 KB) | DOI: 10.29240/alquds.v5i2.2909

Abstract

Hadiths about Intercession in the Book of Saḥīḥ MuslimThis article discusses the Hadith about syafaat (intercession) in Sahih Muslim using the thematic hadith approach. The term syafaat (intercession) comes from the root word syaf'u or syafā'ah which literally means intercession (help) to convey a request to Allah or mediation, intercession or intermediary between two people. The author traces the hadiths in Sahih Muslim that talk about the topic of intercession, the result is found that in Sahih Muslim this word with its various derivations (isytiqaq) is repeated 38 times spread over 30 hadiths. In terms of structure or form of expression, the terms of intercession that are spread in Sahih Muslim appear at least in five forms of invented words (isytiqaq) each of which implies different meanings. The following article discusses at least seven kinds of expression of syafaat (intercession) with various meanings with various pressures, such as the substance of intercession, the purpose of intercession, the limitations of intercession, the way to obtain intercession, the giver and recipient of intercession, the time of the appearance of intercession, and the conditions for intercession to occur. The elaboration of these topics intends to emphasize the meaning of intercession and the matters related to it..
Tinjauan Hukum Islam Terhadap Pembagian Warisan Terhadap Ahli Waris Beda Agama Indah Sri Muthmainnah; Ardiansyah Ardiansyah; Fatimah Zahara
JURNAL USM LAW REVIEW Vol 6, No 2 (2023): AUGUST
Publisher : Universitas Semarang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.26623/julr.v6i2.6874

Abstract

In the context of Islamic inheritance law, it is important to note that not all heirs are entitled to receive inheritance due to certain stipulations that exist within this legal framework. These stipulations serve as reasons that may prevent certain heirs from gaining their rightful share of inheritance. The objective of this study is to examine the influence of Islamic law on the equitable allocation of inheritance among heirs from diverse religious backgrounds in the Batang Serangan District. Additionally, it seeks to ascertain the societal perception of heirs from different religions within the Batang Serangan District. The research in question holds significant academic importance as a valuable resource for investigating the reflection of Islamic law on the equitable distribution of inheritance among heirs belonging to diverse religious backgrounds. Qualitative research approaches encompass the utilisation of observation, interviews, and document studies. The results obtained in the study are as follows: There exist religious disparities between the adherents of muwarrit and those who espouse cessation. According to Islamic principles, individuals who are not adherents of the Islamic faith cannot convert Muslims, nor can Muslims convert individuals who do not follow Islam, either through familial ties or marital relationships. The equitable distribution of inheritance is not in alignment with the stipulations of the Shari'a. The perceptions of the community in Batang Serangan District Regarding the inheritance rights of individuals from diverse religious backgrounds during the process of dividing the legacy in Batang Serangan District, it was unanimously determined that an equal distribution was the only viable option. No issues arose during the distribution process, regardless of whether the sons requested a larger portion or we insisted on an equal share. Consequently, the bequest was promptly divided evenly among the beneficiaries. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengkaji pengaruh hukum Islam terhadap pemerataan pembagian warisan di antara ahli waris dari latar belakang agama yang berbeda di Kecamatan Batang Serangan. Selain itu, juga untuk mengetahui persepsi masyarakat terhadap ahli waris yang berbeda agama di Kecamatan Batang Serangan. Dalam konteks hukum waris Islam, penting untuk dicatat bahwa tidak semua ahli waris berhak menerima warisan karena ketentuan-ketentuan tertentu yang ada dalam kerangka hukum ini. Ketentuan ini menjadi alasan yang dapat mencegah ahli waris tertentu untuk mendapatkan bagian yang sah dari warisan. Penelitian tersebut memegang kepentingan akademik yang signifikan sebagai sumber berharga untuk menyelidiki refleksi hukum Islam tentang pemerataan warisan di antara ahli waris yang berasal dari latar belakang agama yang berbeda. Pendekatan penelitian kualitatif meliputi penggunaan observasi, wawancara, dan studi dokumen. Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat perbedaan agama antara penganut muwarrit dan penganut penghentian. Menurut prinsip-prinsip Islam, orang yang bukan pemeluk agama Islam tidak dapat berpindah agama Islam, begitu pula orang Islam tidak dapat berpindah agama kepada orang yang tidak mengikuti Islam, baik melalui ikatan keluarga atau hubungan perkawinan. Pembagian warisan yang adil tidak sesuai dengan ketentuan syariat. Persepsi masyarakat kecamatan batang serangan tentang hak waris individu dari beragam latar belakang agama selama proses pembagian warisan di Kecamatan Batang Serangan, disepakati dengan suara bulat bahwa satu-satunya pilihan yang bisa dilakukan adalah pemerataan. Tidak ada masalah yang muncul selama proses pembagian, terlepas dari apakah anak laki-laki tersebut meminta porsi yang lebih besar atau kami menuntut bagian yang sama. Akibatnya, wasiat segera dibagi rata di antara penerima manfaat.   
Penyelesaian Hukum Terhadap Wanprestasi Pembayaran Jasa Shopee Affiliate Perspektif Fatwa DSN MUI No. 62/DSN-MUI /XXI/2007 (Studi Kasus Aplikasi Shopee Medan) Anita Rahman; Ardiansyah Ardiansyah
Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia Vol 9, No 2 (2023): Jurnal EDUCATIO: Jurnal Pendidikan Indonesia
Publisher : Indonesian Institute for Counseling, Education and Therapy (IICET)

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.29210/1202323301

Abstract

Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah guna menganalisis penyelesaian hukum terhadap wanprestasi pembayaran jasa Shopee Affiliate dari perspektif Fatwa Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia (DSN MUI) No. 62/DSN-MUI/XXI/2007. Fatwa ini memberikan pedoman hukum terkait dengan transaksi afiliasi dalam sistem perdagangan elektronik, seperti yang dijalankan oleh platform Shopee. Dengan menerapkan metode deskriptif analitis sebagai metode penelitian ini. Data diperoleh melalui studi literatur terkait fatwa DSN MUI No. 62/DSN-MUI/XXI/2007, peraturan perundang-undangan terkait transaksi elektronik, dan kasus-kasus yang terkait dengan wanprestasi pembayaran jasa Shopee Affiliate. Hasil penelitian menunjukkan bahwa fatwa DSN MUI No. 62/DSN-MUI/XXI/2007 memberikan arahan hukum yang jelas terkait dengan transaksi afiliasi dalam konteks Shopee Affiliate. Fatwa tersebut mengatur tentang hak dan kewajiban antara pihak yang menjalankan program afiliasi (pemilik produk atau penjual) dan afiliasi (pemasar produk). Dalam hal wanprestasi pembayaran jasa Shopee Affiliate, fatwa ini mengatur bahwa pihak yang melakukan pelanggaran terhadap perjanjian afiliasi wajib mengganti kerugian yang timbul. Selain itu, penyelesaian hukum terhadap wanprestasi pembayaran jasa Shopee Affiliate juga dapat dilakukan melalui mekanisme penyelesaian sengketa yang diatur oleh Shopee, seperti mediasi atau arbitrase. Hal tersebut selaras dengan prinsip hukum Islam yang mendorong penyelesaian sengketa melalui musyawarah dan mediasi sebelum mencari keputusan pengadilan.