Yulia Eka Putrie
Department Of Architecture, Faculty Of Science And Technology, UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Published : 9 Documents Claim Missing Document
Claim Missing Document
Check
Articles

Found 3 Documents
Search
Journal : El-HARAKAH : Jurnal Budaya Islam

Seting Perilaku dan Teritorialitas Ruang sebagai Perwujudan Adab di Masjid Gading Pesantren Kota Malang Yulia Eka Putrie; Luluk Maslucha
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 15, No 2 (2013): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1174.841 KB) | DOI: 10.18860/el.v15i2.2765

Abstract

This study concerns behavior setting and territoriality in Masjid Gading Pesantren as a part of the broader research on community based mosques and social interaction within them. The purpose is to identify some unique behavior patterns of the users of Masjid Gading Pesantren from the perspective of behavioral based research in architecture. The methods employed in this research are place-centered mapping, architectural documenting, and informal interview. The finding shows some specific behavioral pattern of the mosque’s users derived from the courtesy toward the mosque and the leader of the mosque as well as the pesantren. The behaviors form pattern as they become the tradition or local custom deriving into unique courtesy. Furthermore, this behavioral pattern also shapes the specific territories in the mosque, namely mihrab as a primary territory ‘owned’ by the kyai and legitimated by the santris. Such unique behavioral pattern belongs to local value which is largely accepted in Islam as long as it does not contradict with syariah. Penelitian ini mengenai seting perilaku dan teritorialitas ruang di Masjid Gading Pesantren yang merupakan bagian dari penelitian mengenai masjid berbasis masyarakat dan interaksi sosial yang terjadi di dalamnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kekhasan pola perilaku keruangan santri dan jamaah di Masjid Gading Pesantren dari sudut pandang keilmuan arsitektur perilaku. Penelitian ini menggunakan metode place centered mapping, dokumentasi, dan wawancara informal. Temuan menunjukkan kekhasan pola perilaku keruangan yang disebabkan adanya adab terhadap masjid dan adab terhadap kyai sebagai pemimpin masjid dan pesantren. Perilaku-perilaku ini membentuk pola karena telah menjadi tradisi atau kebiasaan setempat yang menjadi perwujudan yang khas terhadap adab. Lebih jauh, pola perilaku ini juga membentuk teritori-teritori yang khas di masjid tersebut, yaitu area mihrab yang menjadi teritori primer yang ‘dimiliki’ oleh kyai dan dilegitimasi oleh para santri. Kekhasan perilaku ini dapat dianggap sebagai kearifan lokal yang diterima secara luas keberadaannya di dalam Islam selama tidak bertentangan dengan syariat.
Seni Islam dalam Perspektif Al Faruqi: Sebuah Komparasi Yulia Eka Putrie
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 11, No 1 (2009): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (994.594 KB) | DOI: 10.18860/el.v1i1.425

Abstract

The perspective of Islamic arts proposed by Ismail Raji al Faruqi in his book Islamic Culture Atlas can be considered as a very comprehensive perspective of esthetics and arts based on Islamic worldview. Al Faruqi’s perspective of Islamic arts includes various genres of arts, such as literature, calligraphy, ornamentation, interior design, and music. Therefore, al Faruqi’s perspective is expected to be able to use in architecture, especially Islamic architecture. Although al Faruqi classifies architecture as a part of interior design, there are some characteristics of architecture in general different from the interior design characteristics proposed by al Faruqi. Hence, further studies are needed to place al Faruqi’s perspective in the context of architecture study. That should be done in order that al Faruqi’s perspective can be understood in architecture science. Furthermore, the characteristics are hoped to become one of the parameters in esthetic dimension of architecture objects designed in Islamic framework. Therefore, al Faruqi’s perspective of Islamic arts can enrich storage area of Islamic architecture science as the implementation of Islamic worldview. Perspektif seni Islam oleh Ismail Raji al Faruqi dalam bukunya Islamic Culture Atlas dapat dianggap sebagai perspektif estetika dan kesenian yang sangat komprehensif berdasarkan pandangan dunia Islam. Perspektif Al Faruqi tentang seni Islam mencakup berbagai genre kesenian, seperti sastra, kaligrafi, ornamen, desain interior, dan musik. Oleh karena itu, perspektif al Faruqi diharapkan dapat digunakan dalam arsitektur, terutama arsitektur Islam. Meskipun al Faruqi mengklasifikasikan arsitektur sebagai bagian dari desain interior, ada beberapa karakteristik arsitektur yang secara umum berbeda dengan karakteristik desain interior yang diajukan al Faruqi. Oleh karena itu, studi lebih lanjut diperlukan untuk menempatkan perspektif al Faruqi dalam konteks studi arsitektur. Itu harus dilakukan agar perspektif al Faruqi bisa dipahami dalam ilmu arsitektur. Selanjutnya, karakteristik tersebut diharapkan bisa menjadi salah satu parameter dalam dimensi estetika objek arsitektur yang dirancang dalam kerangka syariah. Oleh karena itu, perspektif al Faruqi tentang seni Islam dapat memperkaya khazanah ilmu arsitektur Islam sebagai implementasi pandangan dunia Islam.
Muqarnas: Ungkapan Keagungan Nilai Islam dalam Karya Arsitektur Yulia Eka Putrie
el Harakah: Jurnal Budaya Islam Vol 12, No 3 (2010): EL HARAKAH
Publisher : UIN Maulana Malik Ibrahim Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (1856.754 KB) | DOI: 10.18860/el.v0i0.453

Abstract

Muqarnas is the Arabic word for stalactite vault, a three-dimensional decoration element in Islamic architecture. Inspired by honey comb, this kind of architectural ornament has been developed to the highest form of aesthetics and complexity. Its uniqueness is laid on its geometrical composition, which is transformed from thousands of cells, tiers and intermediate elements.Inspite of its amazing geometrical composition, there are some values and meanings that consist in muqarnas. Infinitive design of muqarnas is mostly based on human’s awareness of God’s infinite highness and strength. Furthermore, it shows us that Allah’s creation such as honey combs, that is often being underestimated by human, contain huge of knowledge and complicated calculations. These kind of awareness and wisdoms are yielded by artists and architects in the past, who had never detached science from Islam, as the way of life. Muqarnas adalah kata Arab untuk kubah stalaktit, elemen hiasan tiga dimensi dalam arsitektur Islam. Terinspirasi oleh sarang madu, ornamen arsitektur semacam ini telah berkembang menjadi bentuk estetika dan kompleksitas tertinggi. Keunikannya diletakkan pada komposisi geometrisnya, yang ditransformasikan dari ribuan sel, tingkatan dan elemen antara. Terlepas dari komposisi geometrisnya yang menakjubkan, ada beberapa nilai dan makna yang ada di muqarnas. Desain infinitif muqarnas sebagian besar didasarkan pada kesadaran manusia akan kekuatan dan kekuatan Tuhan yang tak terbatas. Lebih jauh lagi, ini menunjukkan kepada kita bahwa ciptaan Allah seperti sarang madu, yang sering diremehkan oleh manusia, mengandung banyak pengetahuan dan perhitungan yang rumit. Jenis kesadaran dan hikmat ini dihasilkan oleh seniman dan arsitek di masa lalu, yang tidak pernah melepaskan ilmu pengetahuan dari Islam, sebagai cara hidup.