Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

Pendinginan Zona Perakaran (Root Zone Cooling) pada Produksi Benih Kentang menggunakan Sistem Aeroponik Eni Sumarni; Herry Suhardiyanto; Kudang Boro Seminar; Satyanto Krido Saptomo
Indonesian Journal of Agronomy Vol. 41 No. 2 (2013): Jurnal Agronomi Indonesia
Publisher : Indonesia Society of Agronomy (PERAGI) and Department of Agronomy and Horticulture, Faculty of Agriculture, IPB University, Bogor, Indonesia

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (372.779 KB) | DOI: 10.24831/jai.v41i2.7522

Abstract

High temperature is the major constraint to potato cultivation in the lowland for it causes stress and inhibit initiation of potato tuber. This study was designed to investigate the effects of root zone cooling upon seed potato production using aeroponics system in lowland wet tropical climates. Cultivation techniques used in this study was the aeroponics system with three cooling temperatures (10, 15, and 20 oC) and control (greenhouse room temperature). Plantlet of potato ‘Granola’ variety derived from tissue culture propagation were used. The results showed that the highest number of tuber and tuber weight that can be harvested up to 90 days after planting were obtained from cooling the root zone temperature at 10 °C with the average number of tuber 14.85 tubers plant-1and average weight of tubers 409.15 mg tuber-1. Plants grown at root zone cooling at 15 and 20 °C treatments produced lower number of tubers and lower tuber weight than at 10 oC, while plants grown at greenhouse temperature did not produce tubers.Keywords: cultivation techniques, Granola, high temperature, lowland tropical, potato tuber
Aplikasi Zone Cooling pada Sistem Aeroponik Kentang Di Dataran Medium Tropika Basah Eni Sumarni; G. H. Sumartono; Satyanto Krido Saptomo
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 1 No. 1 (2013): Jurnal Keteknikan Pertanian
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.01.1.%p

Abstract

AbstractSupplies of seed potatoes in Central Java is more than 12,000 tons per year, but that can be provided only about 300 tons. From this condition, there is a large market opportunity for the provision of seed potatoes. Highland for planting potatoes in Indonesia is still limited. Therefore, the cultivation of the potato in the plains of the medium is one of the efforts to help the production of seed. The high temperature in the plains of the medium can be resolved through aeroponics system with limited cooling (zone cooling). The purpose of this study is to obtain an appropriate cooling temperature on seed potato production in medium land. Aeroponic cultivation techniques used with 3 zone cooling (15 °C, 19 °C and 24 °C) and controls. Potato varieties used in this study is Granola is from tissue culture .The results showed that the highest plant cooling obtained at day and night regions 19 °C and 24 °C at night. The highest number of leaves was obtained at 24 °C day and night. The highest number of tubers obtained at 19 °C day and night.Keywords : aeroponics, medium wet tropical climates, potato, seed, , zone coolingAbstrakKebutuhan benih kentang di Jawa Tengah lebih dari 12.000 ton per tahun, tapi baru dapat dipenuhi sekitar 300 ton. Dari kondisi ini, ada peluang pasar yang besar untuk penyediaan bibit kentang. Dataran tinggi untuk menanam kentang di Indonesia masih terbatas. Oleh karena itu, budidaya kentang di dataran medium adalah salah satu upaya untuk membantu produksi benih. Suhu tinggi di dataran medium dapat diselesaikan melalui sistem aeroponik dengan pendingin terbatas (zone cooling). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan suhu pendingin yang sesuai pada produksi benih kentang secara aeroponik didataran medium. Teknik budidaya aeroponik menggunakan 3 zona pendinginan (15 oC, 19 oC dan 24 oC) dan kontrol. Varietas kentang yang digunakan dalam penelitian ini adalah Granola dari kultur jaringan. Hasilpenelitian menunjukkan bahwa tinggi tanaman tertinggi diperoleh pada pendinginan siang dan malam suhu 19 °C dan pendinginan 24 °C di malam hari. Jumlah daun tertinggi diperoleh pada suhu 24 °C siang danmalam. Jumlah umbi tertinggi diperoleh pada suhu 19 °C siang dan malam.Kata kunci: aeroponik, benih kentang, dataran medium tropika basah, zone coolingDiterima: 01 Maret 2013; Disetujui: 03 Juni 2013
Microclimate Monitoring and Control System in a Plant Factory Using the Internet of Things Ardiansyah -- --; Ikhsan Nur Rahmaan; Eni Sumarni; Afik Hardanto
Jurnal Keteknikan Pertanian Vol. 10 No. 1 (2022): April 2022
Publisher : PERTETA

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.19028/jtep.010.1.49-58

Abstract

Jumlah penduduk Indonesia tiap tahun mengalami peningkatan, yang mengakibatkan terjadinya alih fungsi lahan pertanian menjadi pemukiman penduduk. Hal ini menyebabkan produktivitas tanaman pertanian Indonesia mengalami penurunan. Salah satu solusi dari permasalahan tersebut adalah dengan menggunakan plant factory. Plant factory merupakan cara menumbuhkan tanaman dalam lingkungan yang terkendali. Pada plant factory perlu dilakukan monitoring dan kontrol iklim mikro untuk mencapai kondisi iklim mikro yang ideal bagi tanaman. Data iklim mikro dapat dimonitoring secara online dengan memanfaatkan internet of things, sehingga mendapatkan data iklim mikro terbaru dengan lebih cepat (realtime). Penelitian ini bertujuan untuk membuat sistem monitoring dan kontrol iklim mikro berbasis internet of things menggunakan mikrokontroler, serta menganalisis kinerja sistem kontrol dalam mempertahankan kondisi iklim mikro yang optimal. Penelitian dilakukan dalam empat tahap, yaitu perancangan skema sistem kontrol, perancangan perangkat lunak, perancangan perangkat keras, serta tahap analisis data. Data iklim mikro yang diperoleh dianalisis dengan membandingkan data aktual dengan set point. Hasil penelitian menunjukan pada running 1 didapat suhu rata-rata sekitar 26,58 oC dan kelembapan rata-rata sekitar 76,22% sedangkan setpoint berada di angka 27 oC dan 75 %. Pada running 2 didapat suhu rata-rata sekitar 25,82 oC dan kelembapan rata-rata sekitar 61,58% sedangkan setpoint berada di 26 oC dan 60 %.
Aplikasi Irigasi Tetes pada Uji Pertumbuhan Fase Vegetatif Benih Kentang Hasil Aeroponik Dataran Rendah dengan Variasi Ukuran Benih Eni Sumarni
Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research Vol 1 No 1 (2020): Journal of Agricultural and Biosystem Engineering Research
Publisher : Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Pertanian, Universitas Jenderal Soedirman

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | Full PDF (537.28 KB)

Abstract

Tujuan penelitian adalah mendapatkan hasil pertumbuhan (tinggi tanaman dan jumlah daun) benih kentang hasil aeroponik. Benih yang diuji daya tumbuh berasal dari dataran rendah dengan ketinggingan 125 m dpl dan akan diuji daya tumbuh di dataran tinggi (1000 m dpl). Penelitian menggunakan RAK dengan 7 kali ulangan. Benih yang digunakan adalah varietas Granola. Analisis data menggunakan sidik ragam dan dilanjutkan dengan DMRT pada taraf α= 5%. Variasi benih yang digunakan adalah S, M, dan L. Hasil menunjukkan bahwa penggunaan irigasi tetes mendukung uji daya tumbuh benih kentang hasil aeroponik. Debit nutrisi yang keluar dari emiter menggunakan tenaga pompa lebih besar (2,54 liter/jam) dibandingkan tenaga gravitasi (0,56 liter/jam). Keseragaman debit di emiter menggunakan pompa mencapai 78% sedangkan tenaga gravitasi 54%. Pertumbuhan tanaman menunjukkan bahwa ukuran benih berpengaruh terhadap pertumbuhan fase vegetatif. Ukuran benih kentang aeroponik dari dataran rendah berukuran L memberikan potensi tinggi tanaman dan jumlah daun yang lebih tinggi dibandingkan ukuran benih S dan L.