Claim Missing Document
Check
Articles

Found 4 Documents
Search

EFEKTIVITAS PEMANFAATAN INSTAGRAM SEBAGAI MEDIA KOMUNIKASI DIVERSIFIKASI KONSUMSI PANGAN POKOK (Kasus Akun Instagram @ayuangling) Fani Aprianti; Kartina A.M; Yudi L.A Salampessy
Jurnal Riset Komunikasi Vol 12, No 2 (2021)
Publisher : Program Studi Ilmu Komunikasi FISIP Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar | DOI: 10.31506/jrk.v12i2.12015

Abstract

Penelitian ini dilakukan untuk menganalisis terpaan dan daya tarik video diversifikasi konsumsi pangan pokok pada akun Instagram @ayuangling dan pengaruhnya terhadap sikap mengenai diversifikasi konsumsi pangan pokok dengan tingkat pengetahuan diversifikasi konsumsi pangan pokok sebagai variabel intervening. Sumber data diperoleh dari pengisian kuesioner oleh 150 orang responden yang juga merupakan para pengikut (followers) akun Instagram @ayuangling. Sampel ditarik menggunakan teknik accidental sampling. Data dianalisis menggunakan analisis jalur (path analysis). Hasil penelitian menunjukkan bahwa terpaan video diversifikasi konsumsi pangan pokok terhadap followers akun Instagram @ayuangling adalah rendah, dan daya tarik video diversifikasi konsumsi pangan pokok menurut followers akun Instagram @ayuangling adalah menarik. Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa terpaan video diversifikasi konsumsi pangan pokok tidak berpengaruh terhadap sikap mengenai diversifikasi konsumsi pangan pokok, baik secara langsung maupun tidak langsung melalui tingkat pengetahuan diversifikasi konsumsi pangan pokok sebagai variabel intervening, sementara daya tarik video diversifikasi konsumsi pangan pokok tidak berpengaruh secara langsung terhadap sikap mengenai diversifikasi konsumsi pangan pokok, namun berpengaruh secara tidak langsung terhadap sikap mengenai diversifikasi konsumsi pangan pokok melalui tingkat pengetahuan diversifikasi konsumsi pangan pokok sebagai variabel intervening.
PERSEPSI PETANI BINAAN TERHADAP KEMAMPUAN KOMUNIKASI PENYULUH PERTANIAN SEBAGAI KOMUNIKATOR PERTANIAN (KASUS KABUPATEN LEBAK PROVINSI BANTEN) Linda Nurhayati; Numayulis Nurmayulis; Yudi L.A Salampessy
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa Vol 2, No 2 (2020)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Peran penyuluh pertanian sebagai komunikator pertanian tercermin dari kemampuannya dalam menyampaikan dan mensosialisasikan program-program pembangunan pertanian, inovasi dan informasi pertanian terkini kepada dan dapat diterapkan oleh petani, mampu memberikan solusi atas permasalahan petani, membantu percepatan arus informasi dan membantu petani dalam proses pengambilan keputusan dalam berusaha tani (Asdar et al., 2018) sehingga dapat mendorong petani untuk lebih maju, memperluas wawasan dan berorientasi pasar yang menuntut penyuluh pertanian untuk selalu meningkatkan kemampuannya melalui penguasaan informasi dan inovasi pertanian terkini. Pesatnya perkembangan teknologi informasi dan komunikasi (TIK) dewasa ini dapat dimanfaatkan oleh penyuluh pertanian untuk memperoleh beragai macam informasi secara mudah melalui berbagai media komunikasi baik media offline maupun media online. Penelitian dilakukan untuk mendeskripsikan persepsi petani binaan terhadap kemampuan komunikasi penyuluh pertanian sebagai komunikator pertanian dan bagaimana pengaruh karakteristik petani binaan terhadap kemampuan komunikasi penyuluh pertanian sebagai komunikator pertanian di Kabupaten Lebak. Survey dilakukan terhadap 82 orang petani yang dibina oleh 41 orang penyuluh pertanian di Kabupaten Lebak. Sample ditarik menggunakan simple random sampling. Data karakteristik petani dan persepsi petani terhadap kemampuan komunikasi penyuluh pertanian sebagai komunikator pertanian dianalisis menggunakan komposit skor dan uji chi square untuk mengetahui pengaruh karakterstik petani binaan terhadap kemampuan komunikasi penyuluh pertanian sebagai komunikator pertanian. Hasil penelitian menunjukkan penyuluh pertanian dinilai cukup memiliki kemampuan sebagai komunikator pertanian, terutama terkait kemampuan penyuluh pertanian dalam menyampaikan informasi dan inovasi pertanian terkini kepada petani. Sementara karakteristik petani binaan tidak berpengaruh terhadap kemampuan penyuluh pertanian sebagai komunikator pertanian.
ANALISIS EKONOMI DAN STRATEGI PENGEMBANGAN USAHA SAYURAN DAUN UNTUK MENDUKUNG KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS PETANI SAYURAN DAUN DI KAWASAN AGROPOLITAN KABUPATEN TANGERANG) Sri Haryati; Kartina AM; Yudi L.A Salampessy
Jurnal Ilmu Pertanian Tirtayasa Vol 3, No 1 (2021)
Publisher : Universitas Sultan Ageng Tirtayasa

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

Pengembangan Kawasan Agropolitan Kabupaten Tangerang bertujuan agar menghasilkan produk-produk hasil komoditas unggulan yang berkualitas dan memenuhi standar kebutuhan pasar modern, menghasilkan petani-petani hortikultura handal dalam melakukan usaha tani untuk memproduksi produk hortikultura yang sehat, mengurangi pengangguran dan menciptakan lapangan pekerjaan melalui pengembangan hortikultura, serta meningkatkan pendapatan petani perkapita. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui tingkat keuntungan, potensi pengembangan dan strategi pengembangan sayuran daun di Kawasan Agropolitan Kabupaten Tangerang untuk mendukung ketahanan pangan. Responden dalam penelitian 65 petani dan 20 stakeholder. Analisis ekonomi usaha sayuran daun dengan analisis pendapatan, R/C ratio, B/C ratio dan BEP. Analisis potensi pengembangan sayuran daun dengan statistik deskriptif dan strategi pengembangan usaha sayuran daun dengan AHP. Analisis ekonomi usaha dari tiga komoditas sayuran daun yaitu caisim, kangkung dan bayam mampu memberikan keuntungan yang cukup besar bagi petani dengan nilai R/C ratio dan B/C ratio lebih dari satu menunjukkan usahatani sayuran daun efisien dan layak untuk diusahakan. Potensi pengembangan sayuran daun dapat mendukung ketahanan pangan dengan penyediaan lapangan pekerjaan dan keamanan pangan sayuran daun. Berdasarkan analisis AHP terhadap strategi pengembangan usaha sayuran daun, kriteria yang dianggap paling utama adalah pengembangan budidaya dengan nilai bobot prioritas sebesar 0,402. Budidaya sebagai subsistem hulu, yang merupakan awal dari usaha tani sehingga betul-betul harus dipastikan keberhasilannya, karena jika dibagian hulu atau budidayanya sudah berhasil, maka untuk subsistem hilirnya juga pasti akan lebih baik. Prioritas alternatif strategi dalam pengembangan usaha sayuran daun adalah pengembangan sumber daya manusia dengan bobot 0,470. Kualitas sumberdaya petani sangat penting dalam peningkatan produktivitas dan kesejahteraan petani.
The Significance of Agricultural Extension Activities for Wetland Rice Farmers in Serang, Indonesia Eka Noviyanti; Yudi L.A Salampessy
Agriecobis : Journal of Agricultural Socioeconomics and Business Vol. 6 No. 02 (2023): October
Publisher : Universitas Muhammadiyah Malang

Show Abstract | Download Original | Original Source | Check in Google Scholar

Abstract

In the context of Serang, Indonesia, agricultural extension activities have recently faced challenges related to reduced participation, as observed by the majority of agricultural extension officers. This reduced participation manifests through the limited attendance of farmers in meetings, the passive engagement of farmers and their respective groups in facilitating extension activities, and the generally muted response to agricultural technology content presented during these sessions. Conversely, fostering greater participation in agricultural extension activities can be achieved through coordinated efforts with supportive assistance or the provision of incentives. This study aims to assess the significance of agricultural extension activities for wetland rice farmers in Serang, Indonesia. It adopts a qualitative research approach, focusing on the phenomenology of extension activities within the realm of rice farming in Serang. Data analysis for this study employs Husserl's transcendental phenomenology data analysis method, which is incorporated within the interactive model data analysis framework. The information pertaining to the experiences of agricultural extension activities, as recounted by the informants (farmers), was extracted by identifying specific statements made by the farmer informants during interviews. A total of 133 individual verbatim statements provided by informants were systematically categorized. Three overarching themes, or units of meaning, emerged from this categorization, revealing the essence of agricultural extension activities and the informants' perceptions. These themes are as follows: Extension as a Source of Information, Extension as a Source of Technology, and Extension as a Source of Assistance. They encapsulate the texture and structure of the farmers' experiences with rice farming extension activities. The textural description highlights aspects closely linked to the transmission of information, technology, government initiatives, and assistance delivery. The structural aspect examines the meaning of extension activities within the economic, learning, and participation contexts of the participants. Subsequently, the combined meaning and essence of the rice farming extension experiences for each farmer informant are synthesized, collectively painting a comprehensive picture of their experiences. These experiences extend beyond the acquisition of agricultural knowledge and technology; they also encompass the provision of much-needed assistance for farmers to effectively adopt and implement these innovations.